Produk Arsitektur
Produk Arsitektur
Runah Tradisional Sulawesi Utara Sulawesi Utara
Rumah Walewangko
- 24 Maret 2018

Rumah Walewangko adalah rumah adat dari Sulawesi Utara, rumah adat ini merupakan desain rumah adat untuk penduduk suku Minahasa. Walewangko atau yang disebut juga rumah Pewaris ini mempunyai beberapa keunikan dan juga ciri khasnya tersendiri baik itu dari segei arsitektur, ataupun struktur bangunannya.

1. Arsitektur dan Struktur Rumah Walewangko 

Sama halnya seperti kebanyakan rumah tradisional di Pulau Sulawesi, rumah adat Walewangko ini juga berstrukturkan rumah panggung serta terbuat dari bahan dasar yang berasal dari alam. Kayu-kayuan dipakai untuk bagian lantai, dinding, tiang, dan juga perlengkapan rumah lainnya. Seentara pada bagian atapnya memakai bahan daun rumbia, walaupun belakangan ini bahan dari seng atau dari genting tanah lebih kerap dipakai. 

Struktur tiang pada rumah adat Provinsi Sulawesi Utara ini memungkinkan adanya sebuah tangga yang berguna sebagai jalan masuk bagi seseorang yang akan naik ke atas rumah adat. Ada 2 tangga pada rumah adat suku Minahasa ini, satunya terletak dibagian kiri, dan satunya lagi terletak dibagian kanan rumah adat secara simetris. Secara keseluruhan, desain pada rumah Walewangko ini dapat dikatakan telah seperti desain rumah modern. Sistem sirkulasi udara yang dipunyai dengan adanya jendela serta ventilasi dalam jumlah banyak memungkinkan jika rumah Walewangko ini begitu nyaman untuk dihuni.

2. Fungsi Rumah Walewangko 

Selain berfungsi sebagai ikon kebudayaan bagi masyarakat suku Minahasa, rumah adat Provinsi Sulawesi Utara ini dimasa lampau juga berfungsi sebagai tempat tinggal bagi tetua adat. Untuk menunjang fungsi kepraktisannya tersebut, maka rumah adat ini dibagi ke dalam beberapa bagian ruang utama, yakni yang disebut dengan Lesar, Sekey, dan juga Pores. 

  • Lesar atau bagian depan Rumah Adat 

Lesar atau bagian depan rumah adat merupakan ruangan yang digunakan oleh para tetua adat dan juga kepala suku ketika hendak memberikan wejangan ataupun maklumat kepada para warga. Bagian ini dapat juga disebut dengan teras atau beranda, sebab tidak dilengkapi dengan dinding sehinggga bisa juga dipakai sebagai tempat bersantai ataupun mengobrol sesama para anggota keluarga dan juga tetangga. 

  • Sekey atau Serambi depan 

Berbeda halnya dengan Lesar yang tanpa menggunakan dinding, sekey ini justru dilengkapi dengan dinding tertutup dan terbuat dari bahan dasar kayu. Letaknya persis berada dibagian depan pintu masuk sesudah melewati Lesar. Fungsi dari ruangan ini adalah sebagai tempat untuk menerima para tamu, mengadakan musyawarah, ataupun sebagai tempat digelarnya upacara adat. Pada Sekey ini terdapat berbagai macam hiasan dan juga pajangan etnik khas suku Minahasa. 

  • Pores

Pores merupakan ruangan yang terletak setelah melewati Sekey. Ruangan ini difungsikan sebagai tempat menerima kerabat dekat dan juga sebagai tempat bercengkrama bersama dengan keluarga. Pada saat sedang ada hajat ataupun acara adat, maka ruangan ini selalu digunakan oleh para ibu-ibu untuk berkumpul sementara itu para pria duduk dibagian ruang Sekey. Ruang ini juga menjadi tempat penghubung langsung dengan beberapa ruang lainnya, seperti di ruang dapur dibagian belakang, kamar tidur, dan tempat makan. 

 

3. Ciri Khas dan Nilai Filosofi Rumah Walewangko 

Ada beberapa ciri khas yang yang membedakannya rumah adat Provinsi Sulawesi Utara ini dengan rumah adat lainnya yang ada di Indonesia. Beberapa ciri khasnya tersebut ada pada desainnya yang simetris jika dilihat dari depan, adanya 2 buah tangga sebagai pintu keluar masuknya yang arahnya saling berlawanan, dan juga adanya sebuah pagar yang berukir yang mengelilingi ruang adat ini.

 

 

Sumber: https://www.kamerabudaya.com/2017/06/rumah-walewangko-rumah-adat-provinsi-sulawesi-utara.html

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Vila Van Resink
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Vila Van Resink adalah bangunan cagar budaya berbentuk vila yang terletak di Jalan Siaga, Kalurahan Hargobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemilik awal vila ini adalah Gertrudes Johannes "Han" Resink, seorang anggota Stuw-groep , sebuah organisasi aktif pada Perang Dunia II yang memperjuangkan kemerdekaan dan pembentukan negara demokratis Hindia Belanda. Bangunan tersebut dibangun pada masa pemerintah Hindia Belanda sebagai bagian dari station hill (tempat tetirah pada musim panas yang berada di pegunungan) untuk boschwezen dienst (pejabat kehutanan Belanda). Pada era Hamengkubuwana VII, kepengelolaan Kaliurang (dalam hal ini termasuk bangunan-bangunan yang berada di wilayah tersebut) diserahkan kepada saudaranya yang bernama Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Mangkubumi. Tanah tersebut lantas dimanfaatkan untuk perkebunan nila, tetapi kegiatan itu terhenti kemudian hari karena adanya reorganisasi pertanian dan ekonomi di Vors...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Gereja Kristen Jawa Pakem Kertodadi
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Gereja Kristen Jawa (GKJ) Pakem Kertodadi adalah salah satu gereja di bawah naungan sinode Gereja Kristen Jawa, yang terletak di Jalan Kaliurang km. 18,5, Padukuhan Kertadadi, Kalurahan Pakembinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Awal mula pertumbuhan jemaat gereja ini berkaitan dengan keberadaan Rumah Sakit Paru-Paru Pakem, cabang dari Rumah Sakit Petronela (Tulung), yang didirikan di wilayah Hargobinangun. Sebelum tahun 1945, kegiatan keagamaan umat Kristen diadakan secara sederhana dalam bentuk renungan atau kebaktian pagi yang berlangsung di klinik maupun apotek rumah sakit yang dikenal dengan nama "Loteng". Para perawat di rumah sakit tersebut juga melakukan pelayanan kesehatan ke dusun-dusun di sekitarnya, yaitu Tanen, Sidorejo, Purworejo, dan Banteng. Menurut Notula Rapat Gerejawi, jemaat gereja ini mengadakan penetapan majelis yang pertama kali pada 21 April 1945. Tanggal tersebut lantas disepakati sebagai hari jadi GKJ Pa...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Situs Cepet Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Situs Cepet Pakem adalah situs arkeologi yang terletak di Padukuhan Cepet, Kalurahan Purwobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan temuan dua buah yoni dan sejumlah komponen arsitektur candi di sekitarnya, situs ini diduga merupakan reruntuhan sebuah candi Hindu dari masa klasik. Lokasinya kini berada di area permakaman umum Padukuhan Cepet, berdekatan dengan sebuah masjid. Benda cagar budaya (BCB) utama yang ditemukan di situs ini adalah dua buah yoni yang terbuat dari batu andesit. Kondisi keduanya telah rusak, sedangkan lingganya tidak ditemukan. Yoni pertama awalnya berada di pekarangan penduduk bernama Pujodiyono, tetapi sekarang dipindahkan di halaman makam. Yoni ini memiliki ukuran relatif besar dengan bentuk yang sederhana, yaitu lebar 134 sentimeter, tebal 115 sentimeter, dan tinggi 88 sentimeter. Bagian bawah cerat yoni tersebut tidak bermotif dan memberikan kesan bahwa pengerjaannya belum selesai. Sementara itu, terdap...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Situs Potro
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Situs Potro atau Pancuran Buto Potro adalah situs arkeologi yang terletak di Padukuhan Potro, Kalurahan Purwobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Situs ini terdiri atas dua benda cagar budaya (BCB) utama yang seluruhnya terbuat dari batu andesit, yaitu jaladwara dan peripih. Jaladwara di situs ini oleh masyarakat setempat dikenal dengan nama Pancuran Buto, karena bentuknya menyerupai kepala raksasa (kala) dengan mulut terbuka, gigi bertaring, dan ukirannya menyerupai naga. Sementara itu, keberadaan peripih berukuran cukup besar di situs ini menimbulkan dugaan bahwa pernah berdiri sebuah bangunan keagamaan di sekitar lokasi, kemungkinan sebuah candi, meskipun bentuk dan coraknya tidak dapat dipastikan karena minimnya artefak yang tersisa.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Sambal Matah
Makanan Minuman Makanan Minuman
Bali

Resep Sambal Matah Bahan-bahan: Bawang Merah Cabai Rawit Daun Jeruk Sereh Secukupnya garam Minyak panas Pembuatan: Cincang bawang merah, cabai rawit, daun jeruk, dan juga sereh Campur semua bahan yang sudah dicincang dalam satu wadah Tambahkan garam secukupnya atau sesuai selera Masukkan minyak panas Aduk semuanya Sambal matah siap dinikmati

avatar
Reog Dev