Apakah para pembaca pernah mendengar Kampung Naga? Kalau belum pernah, pasti bertanya-tanya, Kampung Naga? kampung yang isinya banyak naga? jawabannya bukan. Kampung Naga adalah suatu pemukiman penduduk yang sangat memegang kuat adat istiadat leluhurnya, yaitu adat Sunda. Lalu, pasti ada yang bertanya lagi, kenapa dinamakan Kampung Naga? Dinamakan Kampung Naga karena jalan yang terdapat disana itu berkelok-kelok seperti ular dan terletak di sisi-sisi gawir atau masyarakat menyebutnya dengan kata "Nagawir" maka dari itu dibuatlah nama "Kampung Naga".
Kampung yang terletak di Tasikmalaya ini sangat menarik perhatian banyak wisatawan karena penataan rumahnya yang bertingkat-tingkat seperti terasering. Rumah-rumah di Kampung Naga berjumlah 105 buah yang tertata secara rapi dalam kelompok dan terdapat tanah lapang di tengah. Tanah lapang berfungsi sebagai pusat aktivitas sosial, ritual masyarakat, dan tempat orientasi. Di sekitar perumahan penduduk juga ada masjid dan balai pertemuan. Di tempat yang lebih atas di perumahan penduduk, tepatnya di sebelah barat, terdapat rumah kepala adat. Semua rumah dan bangunan yang terdapat di Kampung Naga dibangun mengarah ke Sungai Ciwulan yang berfungsi sebagai sumber air penduduk. Di dekat sungai, terdapat balong/kolam dan beberapa pancuran air.
Rumah di Kampung Naga berbentuk seperti rumah panggung dan mempunyai kolong setinggi 40-60 cm dari atas tanah. Kolong berfungsi sebagai tempat penyimpanan alat pertanian, kayu bakar dan kandang ternak selain sebagai pengatur suhu dan kelembapan. Rumah-rumah di Kampung Naga berbentuk persegi panjang. Rumah Panggung ini sendiri menjelaskan bahwa masyarakat masih mempercayai kepercayaan bahwa dunia terbagi menjadi dunia bawah, dunia tengah, dan dunia atas. Dunia tengah melambangkan pusat alam semesta dengan manusia sebagai pusat dari alam semesta itu.
Ukuran rumah penduduk di Kampung Naga tergantung dari banyak/tidaknya anggota keluarga dan juga kemampuan penghuni. Jika penghuni perlu tambahan ruang, penghuni dapat membuat sosompang atau bangunan tambahan yang menempel pada bangunan induk di bagian kiri atau bagian kanan rumah. Di Kampung Naga ini, rumah tidak ada yang di cat. Menurut masyarakat, memberi warna pada rumah adalah tabu, kecuali dikapur atau dimeni. Pintu rumah harus menghadap utara atau selatan pada satu sisi rumah sesuai dengan ketentuan adat.
Atap rumah-rumah di kampung naga berbentuk pelana yang disebut suhunan panjang dan dibuat dari ijuk. Fungsi ijuk selain kedap air, juga bisa menjaga suhu rumah tetap hangat saat malam hari. Ventilasi rumah juga diatur agar rumah tetap kering dan sejuk mengimbangi Tasikmalaya dengan kondisi iklim tropis. Berdasarkan kepercayaan masyarakat Kampung Naga, manusia tidak boleh menentang kodrat alam, maka pada ujung timur dan ujung barat atap dan sesuai dengan arah edar matahari, diletakkan dekorasi cagak gunting untuk menghindari malapetaka.
Tembok-tembok rumah penduduk dibuat dari anyaman bambu dengan jenis anyaman sasag yang merupakan anyaman paling kuat dan tahan lama. Untuk keperluan membuat temnok, penduduk menanam bambu di sekitar kampung dan hutan. Penduduk di Kampung Naga pun banyak yang menjadi pengrajin bambu.
Rumah-rumah di Kampung Naga terbagi menjadi 3 bagian yaitu ada bagian muka, tengah, dan belakang. Bagian depan adalah ruangan untuk menerima tamu. Bagian tengah adalah ruangan besar tempat keluarga berkumpul. Dapur dan tempat penyimpanan beras terletak di bagian belakang.
Arsitektur Kampung Naga sangat sederhana namun banyak mengandung kepercayaan yang dipercayai penduduk setempat. Walaupun sederhana, arsitekturnya dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan mempunyai keindahan tersendiri yang semoga saja bisa dipelihara dan dilestarikan.
#OSKMITB2018
credits:
https://travel.detik.com/domestic-destination/d-3200641/menjelajah-sunda-masa-silam-di-kampung-naga
http://harnas.co/2018/02/25/masyarakat-kampung-naga-dukung-anton-charliyan
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja
Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...