×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Ritual

Provinsi

Nanggroe Aceh Darussalam

Asal Daerah

Nanggroe Aceh Darussalam

Ritual Peusijuek (Tepung Tawar)

Tanggal 11 Aug 2018 oleh OSKM18_16418285_FASHHAN Hanif Al Mutahajjid.

                Tradisi Peusijuek, atau di daerah Melayu disebut Tepung Tawar, adalah sebuah ritual atau prosesi adat dalam budaya masyarakat Aceh yang dilakukan pada hampir untuk semua kegiatan di dalam kehidupan. Secara etimologi, ritual Peusijuek diartikan sebagai ritual untuk mendoakan agar diberi ketentraman dan diberi keberkahan oleh Tuhan dalam hidup (Peusijuek = Membuat sesuatu menjadi dingin). Tradisi Peusijuek ini masih dipraktikkan oleh sebagian besar masyarakat Aceh. Ritual ini dilakukan ketika ada kegiatan penyambutan rumah baru, memulai sebuah usaha, terlepas atau selesai dari bencana, terlepas atau selesai dari sengketa, merayakan kelulusan, memberangkatkan orang pergi haji atau penyambutan sepulang dari haji, sunatan, kembalinya keluarga dari perantauan, dan masih banyak lagi.

                 Pada masyarakat perdesaan, ritual ini sudah biasa dilakukan bahkan dilakukan untuk hal-hal yang kecil sekalipun, misalnya ketika membeli kendaraan baru, menaur benih di sawah, merayakan musim panen, pembelian tanah sawah, atau peresmian dan pemberangkatan perahu nelayan yang baru.Sementara bagi masyarakat perkotaan yang lebih modern, tradisi Peusijuek ini dilakukan hanya dilakukan untuk upacara adat saja, seperti pernikahan, penyambutan bayi baru lahir, sunatan, atau ada juga sebagian kecil dari masyarakat perkotaan yang melakukan ritual ini ketika menempati rumah baru atau membuka usaha baru.

               Ritual Peusijuek ini mirip dengan tradisi Tepung Tawar dalam budaya Melayu. Di Aceh yang melakukan prosesi ini adalah tokoh agama maupun tokoh adat yang dituakan di tengah-tengah masyarakat. Bagi kaum laki-laki yang melakukan Peusijuek adalah tokoh pemimpin agama (Teuku/Ustadz), sedangkan bagi perempuan yang melakukan Peusijuek adalah Ummi atau perempuan yang dituakan di tengah masyarakat. Diutamakan yang melakukan ritual Peusijuek ini adalah tokoh-tokoh yang memahami dan menguasai hukum agama sebab prosesi Peusijuek ini diisi dengan acara mendoakan keselamatan dan kesejahteraan bersama sesuai dengan agama Islam yang merupakan agama mayoritas yang dianut secara umum oleh masyarakat Aceh.

                  Prosesi ritual ini menggunakan perlengkapan diantaranya :Talam satu buah, breuh padee (beras) satu mangkok, bu leukat kuneng (ketan kuning) satu piring besar bersama tumpoe (panganan berupa kue yang terbuat dari tepung dan pisang) atau campran kelapa-gula merah yang sering disebut inti u (inti kelapa), teupong taweu (tepung yang sudah dicapur dengan air yang hanya membuat warna air sedikit keruh), on sineujeuk (daun cocor bebek), on manek mano (sejenis daun-daunan), on naleung samboo (sejenis rerumputan), daun pandan, glok ie (tempat mencuci tangan), dan sangee (tudung saji). Daun-daun tadi diikat menjadi satu dan diletakkan di dalam mangkok cuci tangan.

                    Tata cara pelaksanaan Peusijuek adalah sebagai berikut : Pertama, dengan menaburkan beras padi ke seseorang yang akan di-Peusijeuk atau di objek yang akan dilakukan ritual; Kedua, memercikkan air tepung tawar dengan menggunakan ikatan dedaunan ke seseorang yang akan di-Peusijuek atau di objek yang akan dilakukan ritual; Ketiga, mencuil sedikit nasi ketan (bu leukat kuneng) berikut inti kelapa (inti u) dan menyuapkannya kepada seseorang yang akan di-Peusijuek; Terakhir adalah pemberian uang (Teumutuek) kepada seseorang yang di-Peusijuek serta diakhiri dengan ucapan selamat, permohonan dan harapan, serta doa-doa. Tata cara Peusijuek ini umumnya hampir sama di setiap daerah Aceh, tetapi juga kadang-kadang terdapat beberapa perbedaan menurut kegiatan yang diadakan Peusijuek tersebut, misalnya jika yang dilakukan ritual Peusijuek adalah sebuah benda, maka prosesiya hanya sampai tahap ke dua dan diakhiri dengan pembacaan doa. Dan di beberapa daerah di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, misalnya di daerah Aceh Selatan, prosesi pemberian uang kepada orang yang dilakukan ritual tidak dilakukan, hanya sebatas sampai menyuapkan nasi ketan kuning (bu leukat kuneng) dan diakhiri dengan doa.

                     Ritual ini sejatinya adalah ucapan rasa syukur masyarakat Aceh kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kasih sayang yang dilimphkan kepada masyarakat Aceh, khususnya kepada orang yang dilakukan ritual Peusijuek. Ritual ini juga memohon agar selalu diberi ketenangan dan kelapangan dalam hidup, selalu diberikan dan dilimpahkan kelapangan rezeki,  dan dijauhkan dari musibah dan mara bahaya.

                      Semoga dengan artikel ini, dapat menumbuhkan semangat cinta budaya Indonesia pada kita dan bersemangat untuk mencari tahu dan mempelajari lebih dalam lagi tentang budaya-budaya dari daerah asal kita.

(Disadur dari : - https://id.wikipedia.org/wiki/Peusijuek

                       https://www.kompasiana.com/rifkifakhr/552c7a0c6ea83416388b4598/peusijuek-tradisi-warisan-leluhur-masyarakat-aceh

  Dengan pengubahan seadanya)

#OSKMITB2018

DISKUSI


TERBARU


Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

Refleksi Realit...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Refleksi Keraton Yogyakarta Melalui Perspektif Sosiologis

Manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Adanya manusia menjadi penyebab munculnya kebudayaan. Kebudayaan sangat penting dalam k...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...