×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Cerita Rakyat

Provinsi

Jawa Timur

Asal Daerah

Sidoarjo

Dewi Sekardadu dan Nyadran Sidoarjo

Tanggal 11 Jul 2018 oleh Deni Andrian.

Upacara tradisional nyadran yang dilakukan masyarakat nelayan di Sidoarjo, setiap tahun, dipusatkan di makam GUSTI AYU DEWI SEKARDADU, Dusun Kepetingan, Desa Sawohan, Kecamatan Buduran. ABDUL ROHIM alias Pak DUROHIM menceritakan legenda GustiAyu Dewi Sekardadu kepada saya.

Pria yang ramah ini tidak bisa berbahasa Indonesia dan tak bisa baca-tulis, tapi ingatannya luar biasa. Ceritanya runut dan detail. 

“Saya sudah hafal di luar kepala," ujar Durohim kepada saya di kompleks Makam Dewi Sekardadu, Kepetingan, Sidoarjo.

Durohim ibarat pemandu wisata di pantai wisata utama Kabupaten Sidoarjo itu. Begitu tahu akan ditanya legenda singkat Dewi Sekardadu, Durohim sangat antusias. Ceritanya detail, khas ahli dongeng atau penutur cerita rakyat tempo doeloe. 

"Dewi Sekardadu itu bukan orang sembarangan. Beliau ibundanya Raden Paku, salah satu wali penyebar agama Islam," tuturnya, ramah.

Cerita bermula dari Tanah Blambangan, Banyuwangi, pada masa Prabu MINAK SEMBUYU. Dewi Sekardadu, putri Minak Sembuyu yang cantik jelita, diserang penyakit sangat berat. Segala macam upaya sudah dicoba, tabib-tabib terkenal sudah bekerja, tapi sia-sia. Pada tahun 1362 (versi Pak Durohim), kebetulan Syech MAULANA ISKAK (asal Yaman) tengah menyebarkan Islam di Pulau Jawa. 

Waktu itu, ujung rezim Majapahit, penduduk tanah Jawa memang belum banyak memeluk Islam. Kebetulan Maulana berada di Blambangan. Raja yang putus asa akhirnya bikin sayembara. Siapa yang bisa menyebuhkan Dewi Sekardadu akan dijadikan mantu kalau masih muda. Kalau sudah tua, jadi kerabat kerajaan. Maulana, sang ustad, ikut sayembara, dan akhirnya sukses menyembuhkan Dewi Sekardadu. 

Syech dari Timur Tengah itu pun menikah dengan DEWI SEKARDADU BINTI MINAK SEMBUYU. "Tapi Raja nggak suka Maulana karena nggak mau jadi Islam. Itu membuat permusuhan di antara mereka. Tegang terus," tutur Pak Durohman. 

Diserang terus oleh Minak Sembuyu membuat Maulana pamit mundur kepada istrinya. Saat itu Dewi sudah hamil tujuh bulan. Kalau lahir laki-laki, pesan Maulana, namakan dia RADEN PAKU. Syech Maulana kemudian meninggalkan Blambangan, pergi berdakwah di tempat lain. "Tahun 1365 Sunan Giri alias Raden Paku lahir," kata Durohim.

Raja Blambangan murka. Ia khawatir Raden Paku bakal merusak wibawanya. Karena itu, ia memutuskan untuk membuang cucunya ini ke laut. Para prajurit memasukkan si bayi ke dalam peti dan mengapungkannya. Mengetahui anak tercintanya dibuang ke laut, Dewi Sekardadu menceburkan diri ke laut mengejar-ngejar anaknya. Sia-sia. Gelombang terlalu besar, dan apalah kemampuan berenang manusia.

Singkat cerita, kata Durohman, jasad Dewi Sekardadu dan peti pembawa Raden Paku harus berpisah. Dewi Sekardadu dibawa ke arah Sidoarjo, sementara peti berisi bayi Raden Paku nyasar ke Gresik.

Kebetulan, pada 1365 itu, ada nelayan Balongdowo [Sidoarjo] tengah mencari kerang di perairan Selat Madura. Kaget sekali mereka melihat jasad perempuan cantik yang digotong ramai-ramai oleh ikan keting. Jasad itu terdampar di pantai, dan dikebumikan secara terhormat oleh warga. Tempat itu akhirnya dinamakan KETINGAN alias KEPETINGAN. 

"Jadi, Ibu Dewi Sekardadu itu, ya, dikubur di sini. Di tempat kita duduk sekarang," ujar Durohman kepada saya.

SEPERTI babat atau cerita rakyat lainnya, urusan makam DEWI SEKARDADU memang ada beberapa versi. Konon, makam ibunda Sunan Giri ini ada di tiga, bahkan tujuh tempat. Abdul Rohim alias Pak Durohim, penjaga makam Dewi Sekardadu di Kepetingan, tenang-tenang saja. 

"Nggak apa-apa, yang penting makam Dewi Sekardadu yang benar itu, ya, di sini," katanya. 

Berdasarkan kisah turun-temurun, yang sangat ia kuasai, Durohim hakul yakin putri Raja Blambangan, Prabu Minak Sembuyu, ini hanyut di laut dan digotong oleh ikan keting [asal mula nama Dusun Ketingan atau Kepetingan] dan dimakamkan di sana.

Kenapa makam Dewi Sekardadu ada di Kepetingan dan Gresik? Durohim punya pendapat. Suatu ketika, tahunnya tidak jelas, kerabat dan para santri Raden Paku alias Sunan Giri mengetahui bahwa jenazah Dewi Sekardadu, ibunda Sunan Giri, dimakamkan di Kepetingan. Mereka pun datang untuk mengambil jasad itu.

"Tapi tidak diambil fisiknya. Mereka pakai cara gaib. Jadi, yang dibawa ke Gresik itu sukmanya. Jasadnya tetap di Ketingan. Kalau mereka bilang makam Dewi Sekardadu di Gresik, ya, bisa benar. Di sini juga benar. Saya ini kan keturunan orang Gresik juga, jadi tahu persis ceritanya," ujar Durohim dalam bahasa Jawa halus, yang diterjemahkan Haji Waras, ketua komunitas nelayan Bluru Kidul, Sidoarjo.

Bagi nelayan Ketingan, Balongdowo, dan Bluru Kidul, kontroversi seputar lokasi makam Dewi Sekardadu tidak begitu penting. Yang paling penting, Dewi Sekardadu bukan orang sembarangan karena ia ibunda Sunan Giri, salah satu wali penyebar Islam di Jawa. 

Karena itu, ritual nyekar atau ziarah di makam Dewi Sekardadu menjadi tradisi turun-temurun para nelayan di Sidoarjo. Upacara nyadran senantiasa menjadi momen untuk mengucap syukur kepada Tuhan atas hasil laut yang telah mereka nikmati. Mereka juga berdoa, menggelar pengajian di kompleks makam Dewi Sekardadu, agar rezeki dari laut selalu dilimpahkan kepada para nelayan. "Tempatnya bagus untuk berdoa, sekaligus syukuran," kata Haji Waras.

Saya beberapa kali ikut upacara nyadran yang sangat kental dengan nuansa tradisi Jawa dan Islam. Sebuah kombinasi atau inkulturasi yang sangat harmonis. Para nelayan, khususnya ibu-ibu, menyiapkan tumpeng--semakin banyak semakin baik--untuk dilarung di beberapa tempat penting di sepanjang sungai.

Sebagian tumpeng dibawa ke kompleks makam Dewi Sekardadu. Setelah pengajian, mendengar khotbah cukup panjang, makanan rakyat itu pun dinikmati bersama. Warga Ketingan, sebagai tuan rumah dan 'penjaga' makam Dewi Sekardadu menerima para tamunya dari Balongdowo atau Bluru Kidul dengan ramah. Mereka memang sama-sama orang laut.

Dari kompleks makam, proses perahu dilanjutkan ke tengah laut, dekat Selat Madura. Diyakini, zaman dulu jasad Dewi Sekardadu ditemukan oleh para nelayan Sidoarjo, yang tak lain nenek-moyang para nelayan di Sidoarjo sekarang. Mereka melakukan napak tilas itu dengan mempersembahkan tumpeng utama di situ. Lalu, pulanglah rombongan perahu nyadran untuk melanjutkan acara di kampungnya. 

Begitulah. NYADRAN alias TASYAKURAN LAUT alias PETIK LAUT selalu menjadi hajatan meriah bagi keluarga besar nelayan Sidoarjo. Sebuah tradisi orang kampung untuk bersyukur kepada Allah yang Mahabesar.

 

Sumber: http://hurek.blogspot.com/2007/03/dewi-sekardadu-dan-nyadran-sidoarjo.html

DISKUSI


TERBARU


Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

Refleksi Realit...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Refleksi Keraton Yogyakarta Melalui Perspektif Sosiologis

Manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Adanya manusia menjadi penyebab munculnya kebudayaan. Kebudayaan sangat penting dalam k...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...