|
|
|
|
Reong Dongkol Tanggal 28 Dec 2018 oleh Sri sumarni. |
Kesenian reog dongkol pada awalnya merupakan jenis kesenian leluhur orang Sunda yang dipergelarkan di lingkungan masyarakat Kota Banjar. Saat itu, reog dongkol sebagai alat hiburan setelah pelaksanaan panen. Di mana para petani berkumpul di tempat tertentu sambil bersendagurau.Pada kegiatan itu biasanya diiringi bentuk tetabuhan yang berirama. Sejalan dengan waktu, kegiatan tersebut disempurnakan dengan alat kesenian (waditra) dogdog, angklung, bahkan menggunakan gong. Seiring dengan perkembangan zaman serta kreativitas manusia, kesenian reog tidak hanya menggunakan waditra dogdog melainkan menggunakan lodong dan kohkol. Pengertian dongkol itu sendiri ialah merupakan singkatan dari lodong dan kohkol.
Reog dongkol pada awalnya mengadopsi nama kesenian Reog atau Ogel. Reog adalah jenis kesenian tradisional yang memiliki penggemar khusus dan dihargai sebagai seni budaya yang komunikatif; dialog dengan mimik yang tidak dibuat-buat; efektif melalui dinamika seperti tabuh dogdog, seni suara, karawitan, humor yang segar, dan tema berupa sempal guyon yang pada umumnya menyampaikan program pembangunan, dalam upaya membantu pemerintah secara luwes melalui dialog hidup tanpa pidato yang dipaksakan.
Pakaian yang dikenakan berupa celana pangsi dan baju kampret yang memperlihatkan kesederhanaan, namun juga sebagai tanda keberanian dan tanggungjawab untuk mengembangkan kesenian dan memajukan masyarakat Kota Banjar. Hal tersebut terlihat dari lagu pokok yang dinyanyikan pada saat pergelaran, di antaranya Dengkleung dengdek, Kembang gadung, Daun hiris, Karatagan pahlawan, Sabilulungan, ririungan, Mupu kembang, dan Papatet.
Reog dongkol menandakan tatanan nilai, maksud atau gagasan di samping upaya pelestarian alam. Pelestarian dimaksud mengajarkan nilai-nilai, seperti adanya sikap gotong royong, juga adanya saling menghormati, saling melengkapi, dan saling mengingatkan. Selanjutnya sebagai simbol pegangan hidup, manusia berupa waditra “kohkol” kentongan yang cara membunyikannya “ditakol” dan di “korek”. Dimaksudkan dengan bunyi: “korek … korek” merupakan wejangan atau petuah kepada manusia agar berhati-hati dalam menjalani kehidupan, selain itu manusia harus memiliki pertimbangan dalam hidup supaya tidak salah langkah, karena dalam kehidupan ini terdapat banyak aturan hidup yang harus dilalui.
Sumber : Buku Pentapan WBTB 2018
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |