Produk Arsitektur
Produk Arsitektur
Budaya Sumatera Barat Minangkabau
Rangkiang #DaftarSB19
- 20 Januari 2018

Rangkiang adalah lumbung padi atau tempat penyimpanan padi milik suatu kaum khas suku Minangkabau, yang pada umumnya dapat ditemui di halaman Rumah Gadang. Bangunan kecil ini pun dibuat bergonjong seperti arsitektur rumah gadang. Hanya saja desain dibuat sederhana, dengan 4 atau 6 buah tiang, berdinding anyaman bambu, tanpa pintu, dan diatap bergonjong dua.

Uniknya, bangunan ini sengaja dibuat tanpa pintu. Sebagai gantinya dibuatkan singkok yang berada di bagian atas salah satu dindingnya. Sehingga untuk menyimpan atau mengambil padi, biasanya digunakan tangga bambu yang disimpan di kolong apabila sudah tidak digunakan lagi.

Istilah rangkiang sendiri diadaptasi dari akar kata Ruang Hyang Dewi Sri. yang berarti ruang penyimpanan dewi sri-padi. Padi yang dipanen dibagi-bagi berdasarkan prioritas keperluan, kemudian disimpan di dalam rangkiang. Setelah panen padi, masyarakat kemudian menyimpannya dalam rankiang. keempat rangkian diisi sesuai dengan proporsi dan fungsinya masing-masing. Berdasarkan fungsinya, rangkian terbagi menjadi 4 jenis, yaitu:

  1. Sitinjau Lauik.
    Rangkiang ini digunakan untuk menyimpan padi yang akan digunakan untuk keperluan-keperluan rumah tangga, termasuk didalamnya untuk kebutuhan yang sifatnya harian ataupun belanja baang-barang yang tidak bisa dibuat sendiri. Bentuk Rangkiang yang juga disebut dengan Kapuak Adat Jo Pusako ini lebih langsing dibandingkan dengan Rangkiang yang lain, berdiri di atas empat tiang dan terletak di tengah di antara rangkiang yang lain.

    Rangkiang tagak sajaja
    Di tangah sitinjua lauik
    Panjapuik si dagang lalu
    Paninjau pincalang masuak

     
  2. Sibayau-Bayau.
    Disebut juga Kapuak Salang Tenggang, padi yang disimpan dalam Rangkiang ini digunakan untuk kebutuhan makan sehari-hari anggota keluarga Rumah Gadang. Rangkiang yang letaknya di ujung kanan ini berdiri di atas enam tiang, dengan bentuknya yang lebih besar dari Rangkiang yang lain. Selain itu, Rangkiang ini juga digunakan untuk keperluan-keperluan upacara adat, misal upacara pengangkatan penghulu, upacara pernikahan, aqiqah, sunat rasul dan lain sebagainya yang diselenggarakan dalam Rumah Gadang.

    Di kanan si bayau-bayau
    Lumbuang makan patang pagi

     
  3. Sitangguang Lapa atau Sitangka Lapa.
    Rangkiang ini digunakan untuk menyimpan padi cadangan yang akan digunakan di musim paceklik. Dahulu, tekonologi pertanian masih sangat tradisional. Musim bercocok tanampun masih tergantung pada musim hujan. Sehingga ketika sempat terjadi gagal panen, maka terjadilah musim paceklik, dimana masyarakat susah mendapatkan makanan. Ketika musim paceklik tiba, disanalah kemudian isi rangkiang ini dipergunakan. Rangkiang ini merupakan penolong disaat masa sulit, tidak hanya bagi pemilik rumah gadang tapi kerapkali dipinjam-pinjamkan apda masyarakat sekitaryang juga kekurangan makanan. Bentuknya sama dengan Rangkiang Sitinjau Lauik hanya saja Rangkiang ini diletakkan di ujung kiri. Rangkiang ini juga disebut dengan Kapuak Gantuang Tungku.

    Di kiri sitenggang lapa
    Tampek si miskin salang tenggang
    Panolong urang kampuang
    Di musim lapa gantuang tungku

     
  4. Kaciak.
    Rangkiang ini digunakan untuk menyimpan Padi Abuan yang akan dijadikan benih atau bibit yang akan disawahkan. Pada umumnya, bentuk dari Rangkiang ini sama halnya dengan bentuk dari Rangkiang Sitinjau Lauik, hanya saja bentuk atapnya yang terkadang tidak gonjong.

    Lumbuang kaciak salo-manyalo
    Tampek manyimpan padi abuan

Sumber:

https://googleweblight.com/?liteurl=https://id.m.wikipedia.org/wiki/Rangkiang&ei=n2n9OvD7&lc=id-ID&s=1&m=123&host=www.google.co.id&ts=1516455829&sig=AOyesT5xPU3YuwoOHL96Erk6fwsq62hCA

https://www.wonderfulminangkabau.com/rangkiang-rumah-gadang/

http://batubusuak.blogspot.com/2012/09/macam-macam-rangkiang-di-minangkabau.html

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya
Gambar Entri
Prajurit Pemanah Kasultanan Kasepuhan Cirebon Di Festival Keraton Nusantara
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
Kirab agung milad ke 215 kesultanan kacirebonan
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
PANURUNG: Pasukan Pengawal Keraton Sumedang Larang
Senjata dan Alat Perang Senjata dan Alat Perang
Jawa Barat

Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU