Provinsi Jawa Timur mempunyai rumah adat bernama Tanean Lanjhang. Rumah adat ini berasal dari kebudayaan masyarakat suku Madura di Provinsi Jawa Timur. Secara bahasa Tanean Lanjhang ini artinya adalah "Halaman Panjang". Hal tersebut sesuai dengan pola struktur bangunannya yang memanjang dari arah Barat ke arah Timur.
Rumah Tanean Lanjhang sendiri selain berfungsi sebagai tempat tinggal, juga dianggap sebagai gambaran kehidupan sosial dari masyarakat suku Madura di Provinsi Jawa Timur yang sangat mengutamakan tentang hubungan kekerabatan. Oleh sebab itu, pola dari rumah adat ini mempunyai beberapa keunikan yang timbul akibat dari nilai-nilai filosofis kehidupan sosial dari suku Madura tersebut. Nah, apa sajakan keunikan dari rumah adat Provinsi Jawa Timur ini? berikut ini penjelasannya.
1. Pola Rumah Tanean Lanjhang
Tanean Lanjhang sebenarnya bukanlah sebutan untuk satu rumah saja, melainkan mencakup dari beberapa rumah dan kelengkapannya di dalam satu lingkungan. Di dalam satu Tanean Lanjhang ada beberapa rumah yang berdiri berjajar dan memanjang dari arah barat ke arah timur dilengkapi dengan adanya sebuah mushola sebagai tempat beribadah keluarga serta sumur, kandang ternak, dan halaman yang memanjang.
Letak lingkungan rumah adat Provinsi Jawa Timur ini umumnya berada dekat dengan lahan garapan, ladang, sungai, sawah, dan jalan. Sebagai pembatasnya, kompleks rumah adat dipagari dengan tanaman hidup atau galangan, yaitu tanah yang ditinggikan sehingga akan terpisah dari lahan garapan.
Satu kompleks Tanean Lanjhang ini bisa terdiri dari 2-10 rumah. Masing-masing rumah tersebut dihuni oleh satu keluarga dan dalam satu kompleks tersebut para pemiliknya masih saling mempunyai hubungan kekerabatan. Rumah yang berada di bagian Barat adalah rumah orang yang mempunyai tingkat kekerabatan yang lebih tinggi, contohnya kakek, kakak dari ibu atau ayah, orang tua, dan seterusnya, sementara semakin ke arah timur pemilik rumah umumnya mempunyai hubungan kekerabatan yang lebih rendah.
Kompleks pada rumah ini biasanya juga dilengkapi dengan bangunan langgar (masjid). Letaknya berada di bagian ujung barat kompleks rumah. Sementara pada kandang ternaknya berada di bagian depan rumah seberang halaman. Setiap rumah mempunyai satu kandang. Kandang tersebut dapat berisi beragam hewan peliharaan, seperti sapi, kerbau, dan ayam.
2. Komponen Penyusun Ruang
Secara umum, rumah adat Tanean Lanjhang ini disusun oleh beberapa komponen utama. Komponen-komponen tersebut mempunyai fungsi-fungsi yang spesifik, di antaranya sebagai berikut:
Langghar berbentuk persegi panjang dan memanjang ke belakang dengan ukuran sekitar 23,1 meter. Di bagian dalamnya ada perlengkapan alat sholat dan sarana pendukung lainnya, seperti sajadah, mukena, tikar, dan pengeras suara. Keberadaan dari langgar tersebut menunjukkan bahwa masyarakat suku Madura merupakan masyarakat yang sangat religius.
Dapur berbentuk persegi panjang dan memanjang ke belakang dengan ukuran sekitar 3,8 x 6,6 meter. Setiap rumah di dalam kompleks Tanean Lanjhang mempunyai dapur. Di dalam dapur ada berbagai keperluan masak, seperti peralatan masak lincak, dan rak piring.
Rumah berbentuk persegi panjang dan memanjang ke samping dengan ukuran sekitar 6,6 x 11 meter.
Kandang Berbentuk persegi panjang dengan ukuran sekitar 6,6 x 5,9 meter. Tanean atau halaman berbentuk persegi panjang dan membujur dari barat ke arah timur dengan panjang 90 meter.
Tanean biasa dipakai untuk tempat bermain bagi anak-anak, tempat menjemur hasil pertanian bila musim panen, dan tempat dilangsungkannya sebuah acara keluarga.
3. Material Bangunan Rumah Tanean Lanjhang
Rumah adat ini dibangun menggunakan berbagai macam material. Ada yang berasal dari alam, ada juga yang dibeli di toko. Untuk lantai pada rumah ini bisa ditemukan dengan alas tanah ataupun plesteran semen. Tinggi lantai umumnya sekitar 40 cm dari tanah di sekitarnya. Ketinggian ini guna menghindari merembesnya air ke atas permukaan lantai dalam rumah ketika terjadi hujan.
Bagian dinding dan kerangka rumah terbuat dari kayu. Pada kerangka dinding dari balok kayu, sedangkan dinding dari papan, sementara pada kerangka atap terbuat dari bambu. Untuk atapnya sendiri memakai genteng tanah, daun nipah, atau dari daun alang-alang tergantung dari kemampuan ekonomi para pemiliknya.
Untuk bagian atap, dikenal beberapa desain yang umumnya dipakai dalam rumah adat Provini Jawa Timur ini, yakni desain jadrih, pacenan, dan trompesan. Jadrih mempunyai 2 (dua) bubungan, Pacenan mempunyai hiasan berupa tanduk atau ekor ular di bagian bubungannya seperti pada rumah atau bangunan China, sementara pada trompesan adalah atap dengan 3 (tiga) patahan bagian.
Rumah Adat Tanean Lanjhang
Referensi: http://www.kamerabudaya.com/2017/09/rumah-tanean-lanjhang-rumah-adat-provinsi-jawa-timur.html
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja