Punceuek sebagai salah satu alat memasak yang dipergunakan di dalam masyarakat Aceh, dalam bahasa Indonesia dapat diartikan alat untuk mengukus nasi pulut. Punceuek berbentuk kerucut yang dianyam dari daun iboh yaitu sejenis daun lontar. Punceuek ada juga yang dibuat dari upih pinang. Punceuek yang dibuat dari upOi pinang diberi berlubang-lubang kecil guna air dapat menguap ke dalamnya, sedangkan yang dari daun iboh melalui selah-selah anyaman air dapat menguap ke dalamnya.
Punceuek biasanya di dalam masyarakat Aceh dipergunakan untuk memasak nasi pulut dengan cara pengukusan. Punceuek dapat diperoleh dengan mudah, karena semua wanita terutama ibu-ibu yang sering menganyam tikar dapat membuatnya. Pun ceuek yang dibuat dari daun iboh dapat bertahan lebih lama jika dibandingkan yang dibuat dari upih pinang. Punceuek yang dibuat dari upih pinang hanya bisa dipergunakan sampai 5 kali pakai, sedangkan yang dianyam dari daun iboh mencapai 2 sampai 3 tahun.
Punceuek dipergunakan untuk memasak nasi ketan pada upacara-upacara yang memerlukan nasi ketan dalam jumlah yang banyak. Beras ketan yang telah direndam selama satu malam baru kemudian dikukusnya ke dalam punceuek. Cara kerjanya dapat dijélaskan sebagai berikut. Mula-mula diambil sebuah keutuyong (kendi) dan diletakkan di atas tungku. Ke dalam kendi diisi air seperdua kendi lalu dipanaskan. Ke dalam mulut kendi dimasukkan punceuek, yang kemudian düsi dengan beras pulut yang telah direndam tadi. Setelah diisi dengan beras pulut di atasnya ditutup dengan peunee dan dibiarkan sampai nasi pulut menjadi matang. Air dapat menguap ke dalam punceuek melalui celahcelah anyaman atau lubang-lubang yang dibuat khusus.
Punceuek yang telah dipakai lalu dibersihkan atau dicuci agar sisa-sisa nasi ketan yang melekat dapat dibuang seluruhnya. Tindakan berikutnya punceuek dikeringkan dengan cara dianginkan. Punceuek yang telah dibersihkan untuk selanjutnya disimpan di tempat yang aman seperti di atas sandeng.
Selain ketiga jenis alat-alat yang telah disebutkan itu masih banyak alat-alat lain yang dipergunakan di dalam dapur umum. Alat-alat ini sesungguhnya telah disebut pada alat-alat memasak di dapur rumah tangga. Di antara alat-alat itu seperti aweuk, geunuku, batee lada, cinu, leusong dan lain-lain
Sumber: Buku Dapur dan Alat-Alat Memasak Tradisional Propinsi Daerah Istimewa Aceh
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang