×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Prasasti

Elemen Budaya

Naskah Kuno dan Prasasti

Provinsi

Sumatera Barat

Asal Daerah

Kabupaten Tanah Datar

Prasasti Pagaruyung

Tanggal 13 Nov 2018 oleh Hamzahmutaqinf .

Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat merupakan daerah yang paling kaya dengan peninggalan prasasti dari masa Melayu Kuno sekitar abar XIII – XIV M, prasasti – prasasti tersebut sebagian besar berasal dari Raja Adityawarman yang memerintah sekitar awal abad sampi seperempat akhir abad XIV M. Jumlah prasasti yang pernah ditemukan di daerah Tanah Datar sekitar 22 buah, yang tersebar di Kecamatan Pariangan, Kecamatan Rambatan, Kecamatan Tanjung Emas, dan Kecamatan Lima Kaum.

Beberapa buah prasasti yang ditemukan di sekitar Bukit Gombak, kecamatan Tanjung Emas telah dikumpulkan dalam suatu tempat yang kemudian disebut dengan Kompleks Prasasti Adityawarman. Prasasti – prasasti yang ada di kompleks ini dikenal dengan nama Prasasti Pagaruyung. Ada delapan buah prasasti yang terdapat di kompleks ini, yaitu Prasasti Pagaruyung I, II, III, IV, V, VI, VII dan VII

Kompleks prasasti ini berada dipinggir jalan raya Pagaruyung – Batusangkar, tepatnya di Jorong Gudam, Nagari Pagaruyung, Kecamatan Tanah Emas, Kabupaten Tanah Datar. Sayang sekali, lokasi asal temuan prasasti – prasasti tersebut tidak dapat diketahui dengan pasti, demikian pula tentang riwayat penemuannya.

Berikut ini adalah isi dari tiap – tiap prasasti yang berada dalam kompleks ini yang penulis ambil langsung dari keterangan yang terdapat dalam situs cagar budaya ini.

  • Pagaruyung I

Prasasti Pagaruyung I berangka tahun 1278 Saka atau 1356 M. Secara garis besar, Isi prasasti Pagaruyung I berdasarkan pada struktur mencakup hal – hal penting seperti, puji – pujian akan keagungan dan kebijaksanaan Adityawarman sebagai raja yang banyak menguasai pengetahuan, khususnya di bidang keagamaan. Adityawarman juga dianggap sebagai cikal bakal keluarga Dharmaraja. Adityawarman sendiri menggunakan nama rajakula ini di dalam salah satu gelarnya, yaitu Rajendra Maulimaniwarmmadewa.

Pada baris ke 20 dan 21, prasasti ini menyebutkan nama penulis prasasti atau biasa disebut Citralekha  dan yang menjadi penulisnya adalah Mpungku Dharmma Dwaja bergelar Karuna Bajra. Prasasti ini juga menyebutkan Swarnnabhumi sebagai nama wilayah Adityawarman. Swarnnabhumi mempunyai arti tanah emas, yang memberikan petunjuk bahwa daerah tersebut mempunyai tambang emas.

  • Pagaruyung II

Prasasti Pagaruyung II mempunyai tulisan yang indah dan rapi serta goresan yang cukup dalam. Hurufnya jawa Kuno dengan bahasa Sansekerta. Isi yang terkandung dalam prasasti ini belum dapat dijelaskan secara lengkap, karena terjemahan yang dihasilkan meloncat – loncat. Diperkirakan prasasti ini berangka tahun 1295 Saka atau 1373.

  • Pagaruyung III

Prasasti Pagaruyung III memiliki pertanggalan prasasti berupa Candra Sengkala, yaitu dware rasa bhuje rupa atau gapura, maksud, lengan, rupa. Dware bernilai 9, rasa = 6, bhuje = 2, dan rupe = 1. Jika dibaca dari belakang menjadi 1269 saka atau 1347 M.

Pada dasarnya penulisan Prasati Pagaruyung III dimaksudkan untuk memperingati berdirinya suatu bangunan atau tempat suci keagamaan, yang sayangnya bangunan yang dimaksud tidak diketahui lagi keberadaannya.

  • Pagaruyung IV

Isi  Prasasti Pagaruyung IV menyebutkan kata Sarawasa pada bari ke 9. Kaya yang hampir sama dapat dijumpai pada Prasasti Saruaso I, yaitu Surawasan, yang kemudian berubah menjadi Saruaso, nama sebuah nagari di Kabupaten Tanah Datar, sekitar 7 Km dari Kota Batusangkar. Apabila pembacaan ini benar, maka sarawasa atau Surawasa merupakan sebuah tempat atau daerah yang penting pada masa Adityawarman

  • Pagaruyung V

Dibandingkan dengan prasasti lainnya, Prasasti Pagaruyung V memiliki isi yang unik karena berisi tentang masalah taman dan di luar kelaziman prasasti – prasasti dari Adityawarman.

  • Pagaruyung VI

Isi dari Prasasti Pagaruyung VI adalah Om. Pagunnira tumanggung kudawira yang berarti bahagia atas hasil kerja Tumanggung Kudawira. Artinya, prasasti ini merupakan stempel atau cap pembuatan bagi Tumanggung Kudawira. Jabatan tumanggung merupakan jabatan yang lazim dipakai dalam pemerintahan Singasari dan Majapahit. Adapun nama Kudawria jelas merupakan nama seseorang, yang berarti kuda yang gagah perwira. Dari catatan sejarah tentang ekspedisi Pamalayu yang dijalankan Kertanegara dari Singasari, dapat diperkirakan bahwa Kudawira ini merupakan tumanggung dari kerajaan Singasari yang ikut dalam ekspedisi tersebut.

  • Pagaruyung VII

Prasasti ini tidak diketahui angka tahunnya. Isi dari prasasti ini adalah suatu sumpah atau kutukan yang ditujukan kepada orang yang mengganggu atau tidak mengindahkan maklumat raja di dalam prasasti tersebut.

  • Pagaruyung VIII

Prasasti Pagaruyung VIII merupakan sebuah pertulisan yang dipahatkan pada sebuah artefak lesung batu berbentuk empat persegi dengan sebuah lubang di tengahnya. Prasasti tersebut digoreskan pada ketiga sisinya, terletak dibagian atas. Awal tulisan dimulai pada sisi yang berbaris dua lalu dilanjutkan pada kedua sisi lainnya dan diakhiri sisi pertama. Prasasti ini berangka tahun 1291 Saka atau 1369 M.

Isi dari prasasti ini adalah “Om tithiwarsatitha ratu ganato hadadi jestamasa dwidasa drta dana satata lagu nrpo kanaka jana amara wasita wasa” yang artinya bahagia, pada tahun Saka 1291 bulan Jyesta tanggal 12 (adalah) seorang raja yang selalu ringan dalam berdana emas dan menjadi contoh bagaikan dewa yang (berbau) harum selain itu ada juga perintah untuk “Sukhasthita” yang artinya tertib dan selalu gembira.

Itulah isi dari masing – masing prasasti yang ada dalam kompleks situs Prasasti Pagaruyung, namun apa yang dituliskan dalam artikel ini hanyalah berupa rangkumannya saja, jika anda tertarik untuk mempelajarinya lebih lanjut silahkan langsung datang ke situs ini karena bisa menambah pengetahuan mengenai sejarah yang pernah terjadi di Ranah Minang khususnya pada masa – masa pemerintahan Adityawarman.

 

Sumber:

https://www.jelajahsumbar.com/situs-prasasti-pagaruyung-batusangkar/ - JelajahSumbar.com

DISKUSI


TERBARU


Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

Refleksi Realit...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Refleksi Keraton Yogyakarta Melalui Perspektif Sosiologis

Manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Adanya manusia menjadi penyebab munculnya kebudayaan. Kebudayaan sangat penting dalam k...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...