|
|
|
|
Peutroen Aneuk atau Turun Mandi Tanggal 10 Jul 2018 oleh Arum Tunjung. |
Aceh tediri dari masyarakat mulikultural dengan berbagai ragam budaya yang unik dan variatif, meskipun secara umum budaya aceh hampir sama disetiap daerahnya namun ada beberapa bagian tertentu disetiap daerah terdapat keunikan tersendiri sehingga menjadi keanekaragaman yang mencitrakan identitas daerah tertentu, salahsatunya adalah tradisi peutroen aneuk (turun mandi). Sebelum prosesi berlansung, bayi akan di peusunteng (ditepung tawar) oleh pihak keluarga.
Masyarakat adat yang masih kental dengan tradisi, akan terus melestarikan budaya dengan cara melaksanakan setiap tradisi dengan sentuhan budaya yang diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi. Begitu juga dalam melaksanakan acara “Peutron Aneuk U Tanoh” atau dikenal dengan turun mandi yang biasaya dilakukan setelah umur 44 hari si bayi.
Rangkaian tradisi turun mandi diawali dengan acara peucicap, dimana tokoh agama setempat akan mengoles madu, makanan dan buah-buahan pada bibir bayi disertai dengan doa dan pengharapan dengan kata-kata agar sibayi kelak tumbuh menjadi anak yang saleh, berbakti kepada orang tua, agama dan bangsa. Selanjutnya sibayi akan di cuko ok (cukur rambut) dan didandani.
Seterusnya sibayi akan digendong oleh tokoh agama menuju ke luar rumah diringi doa-doa dari ayat suci Al-Quran serta dipayungi dengan selembar kain putih, yang dipegang oleh empat orang pada setiap sisinya. Di atas kain tersebut dibelah kelapa agar bayi menjadi pemberani. Suara saat batok kelapa dibelah ditamsilkan sebagai suara petir, si bayi nantinya tidak takut terhadap petir dan berbagai tantangan hidup lainnya. Ia akan menjadi seorang anak yang ceubeh dan beuhe (gagah berani).
Selanjutnya, bayi akan digendong oleh pemain silat yang biasanya dimainkan oleh dua orang dihalaman rumah yang sudah disiapkan dengan tanaman tebu, pisang, pinang dan keladin, disini sibayi akan tetap berada didalam gendongan diantara atraksi-atraksi silat dengan menggunakan parang disertai dengan menebang tebu, pisang, pinang dan keladi. Secara adat untuk mengibaratkan suatu keperkasaan dimana kelak sibayi akan dikaruniai sifat-sifat pejuang dan ksatria. Seterusnya bayi akan dituntun menginjakkan kakinya ke tanah disertai dengan membawa berkeliling rumah.
Di mesjid bayi akan dimandikan setelah itu baru bayi dibawa pulang untuk dimasukkan kedalam ayunan yang dilanjutkan dengan lantunan barzanji oleh santri-santri dengan irama-irama yang merdu sebagai sebuah pengharapan untuk pencapaian sesuatu yang lebih baik.
Berzanji atau Barzanji ialah suatu doa-doa, puji-pujian dan penceritaan riwayat Nabi Muhammad saw yang dilafalkan dengan suatu irama atau nada.
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |