Di daerah Kalimantan Timur ada sebuah permainan tradisional yang disebut sebagai belincar. Belincar adalah sebutan bagi masyarakat Bulungan untuk sebuah permainan melontar dengan menggunakan benda pipih ke arah taruhan yang berupa daun-daunan atau kertas bekas bungkus rokok. Konon, dahulu permainan ini dimainkan oleh anak-anak yang berada di daerah pedesaan, kemudian berkembang ke daerah perkotaan. Namun, dewasa ini permainan belincar sudah jarang dimainkan oleh anak-anak karena kalah “bersaing” dengan permainan elektronik buatan luar negeri.
Pemain
Permainan belincar dapat dimainkan oleh 2 hingga 6 orang. Hal itu bergantung dari sifat permainannya (individual atau kelompok). Apabila pemainnya hanya dua orang atau berjumlah ganjil, maka permainannya bersifat individual. Sedangkan, apabila pemainnya berjumlah empat atau enam orang (genap), maka permainan bersifat kelompok. Pada umumnya permainan ini dilakukan oleh laki-laki yang berumur 5 hingga 15 tahun. Namun, apabila ada perempuan yang ingin bermain, maka ia akan menggabungkan diri dengan kaum laki-laki. Apabila jumlah perempuannya lebih dari satu orang, mereka dapat membentuk sebuah kelompok sendiri.
Tempat Permainan
Permainan belincar dapat dilakukan di mana saja. Jadi, bisa di halaman rumah, di halaman rumah adat, atau di lapangan. Di dalam arena permainan tersebut akan dibuat sebuah bujur sangkar dengan sisinya kira-kira 60 cm atau sebuah lingkaran untuk menaruh dam-daman atau taruhan. Kemudian, dibuat sebuah garis anjak (tempat para pemain melempar kebot) yang jaraknya antara lima sampai sepuluh langkah dari tempat menaruh dam-daman.
Peralatan Permainan
Peralatan dalam permainan belincar adalah sebuah kebot yang dapat terbuat dari kayu yang keras, pecahan genting atau batu lepek/pipih. Hal ini dimaksudkan agar jika dilempar tidak melayang. Kebot nantinya akan digunakan sebagai gacu untuk mengenai dam-daman atau utan (bahasa Bulungan) yang terbuat dari kertas pembungkus rokok atau dedaunan yang bentuknya bagus. Sebagai catatan, dahulu utan atau dam-daman yang dijadikan sebagai taruhan nilainya dapat mencapai satu, sepuluh, atau seratus rupiah. Hal itu bergantung kesepakatan antarpemain.
Peraturan Permainan
Peraturan permainan belincar tergolong mudah karena hanya melontarkan kebot ke arah dam-daman atau utan yang berada di dalam garis kotak atau lingkaran. Jika seseorang dapat mengeluarkannya dalam jumlah yang banyak (lebih banyak daripada lawan mainnya), maka ia akan menjadi pemenangnya. Agar permainan ini dapat berjalan dengan tertib dan lancar, maka aturan permainan sangat diperlukan. Aturan-aturan dalam permainan ini adalah sebagai berikut:
(1) apabila lontaran tidak berhasil mengenai dam-daman, maka pelontarnya harus memberi kesempatan pemain lain untuk melontar;
(2) lontaran dianggap sah apabila posisi pemain berada di garis anjak yang jaraknya lima sampai sepuluh langkah dari lingkaran tempat ditaruhnya dam-daman;
(3) dan apabila melontar dan ternyata dam-daman bersama batu pelontar berada di luar garis lingkar, maka dam-daman tersebut berhak diambil dan pelontar masih diberi kesempatan melontar lagi.
Jalannya Permainan
Sebelum permainan dimulai, dilakukan pemilihan untuk menentukan peserta yang akan memulai permainan dengan jalan gambreng dan suit. Gambreng dilakukan dengan menumpuk telapak tangan masing-masing peserta yang berdiri dan membentuk sebuah lingkaran. Kemudian, secara serentak tangan-tangan tersebut akan diangkat dan diturunkan. Pada saat diturunkan, posisi tangan akan berbeda-beda (ada yang membuka telapak tangannya dan ada pula yang menutupnya). Apabila yang terbanyak adalah posisi telapak terbuka, maka yang memperlihatkan punggung tangannya dinyatakan menang dan gambreng akan diulangi lagi hingga nantinya yang tersisa hanya tinggal dua orang peserta. Kedua orang tersebut nantinya akan melakukan suit untuk menentukan siapa yang akan memulai permainan.
Selanjutnya, pemain pertama akan mulai melontarkan kebotnya ke arah lingkaran untuk mengeluarkan dam-daman. Cara melontar kebot adalah dengan berdiri di belakang garis anjak, kemudian salah satu tangan yang menggenggam kebot diangkat. Setelah itu kebot akan dilontarkan ke arah dam-daman. Apabila dapat mengenai dam-daman hingga keluar dari lingkaran, maka dam-daman taruhan tersebut menjadi milik si pelontar. Namun, apabila tidak ada satu dam-daman taruhan pun yang dapat dikenai, maka pelontar harus digantikan oleh pemain yang lain. Pemain yang dapat mengumpulkan dam-daman taruhan paling banyak dinyatakan sebagai pemenang.
Nilai Budaya
Nilai yang terkandung dalam permainan yang disebut sebagai belincar ini adalah keterampilan, kecermatan dan sportivitas. Nilai keterampilan dan kecermatan tercermin dari usaha para pemain untuk sedapat mungkin mengeluarkan dam-daman dari garis lingkar agar dapat diambil sebagai nilai kemenangan. Seseorang dapat dengan mudah mengeluarkan biji taruhan dari dalam lubang apabila telah menguasai teknik-teknik melontarkan kebot dan memiliki kecermatan dalam memilih sasarannya. Keterampilan melontar dan memilih sasaran tersebut hanya dapat dimiliki, apabila seseorang sering bermain dan atau berlatih melontarkan kebot. Dalam kehidupan sehari-hari, apabila orang selalu melatih keterampilan dan kecermatan yang dimilikinya, apapun bentuknya, kemungkinan besar akan meraih kesuksesan dalam setiap usahanya. Dan, nilai sportivitas tercermin dari sikap dan perilaku yang sportif para pemain. Dalam hal ini pemain yang kalah harus mengakui kekalahannya, sedangkan bagi pihak yang menang tidak boleh menyombongkan diri, sebab pada permainan yang akan datang, mungkin saja dapat dikalahkan oleh pihak yang sebelumnya kalah.
Sumber:
Tim Koordinasi Siaran Direktorat Jenderal Kebudayaan. 1992. Aneka Ragam Khasanah Budaya Nusantara IV. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.