×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Permainan

Elemen Budaya

Permainan Tradisional

Provinsi

Nanggroe Aceh Darussalam

Peh Kayee

Tanggal 25 May 2018 oleh Oase .

Salah satu permainan yang berkembang di dalam masyarakat Aceh dan digemari anak-anak pada masa dahulu di dalam masyarakat Aceh adalah peh kayee. Nama permainan ini menurut hasil wawancara dengan masyarakat penggemarnya adalah berdasarkan kepada caranya melakukan permainan dan alat yang dipergunakan di dalam permainan tersebut. Meuen peh kayee terdiri atas tiga kata, yaitu meuen, peh, dan kayee. Meuen berarti bermain atau permainan, peh dapat berarti dengan memukul, dan kayee berarti kayu. Jadi, meuen peh kayee secara keseluruhannya berarti sejenis permainan yang mempergunakan kayu sebagai peralatan permainan dengan cara memukul kayu tersebut.

Walaupun permainan ini disebut meuen peh kayee, tidak berarti mutlak harus mempergunakan kayu sebagai alatnya, kadang-kadang juga mempergunakan kayu sebagai alatnya, kadang-kadang juga mempergunakan rotan, pelepah rumbia, atau aur yang telah kering. Cara dan fungsinya akan dijelaskan di dalam jalannya permainan. Permainan ini selain disebut meuen peh kayee, ada pula yang menyebutnya meuen gök, dan ada pula yang menyebutnya dengan meuen sungkeet. Pemberian nama berdasarkan cara melakukan permainan seperti yang telah disebutkan di atas. Meuen sungkeet adalah permainan yang dilakukan dengan cara menyungkit kayu yang akan dipukul, sedangkan pemberian nama meun gok, yang diwawancarai tidak dapat memberikan arti yang sesungguhnya dan mereka menyebutkan memang telah diberikan sejak dulu. Waktu

Sejarah

Dalam menelusuri sejarah lahirnya serta perkembangan permainan ini agak sukar karena tidak diperoleh data-data yang diperlukan untuk dianalisa. Hal ini disebabkan permainan ini telah terdapat di dalam masyarakat Aceh dalam kurun waktu yang cukup lama. Para informan yang dulu pernah melakukan permainan ini, memberikan jawaban yang menyebutkan bahwa mereka hanya meneruskan permainan yang telah lama dikenal sejak dahulu atau generasi sebelumnya.

Di samping tidak berhasil mengungkapkan sejarah lahirnya atau asal usul dari permainan ini, juga sejarah perkembangannya, berdasarkan data-data yang dapat dikumpulkan permainan ini dalam perkembangannya telah mendapat tempat yang baik di dalam masyarakat. Hal ini disebabkan bahwa di dalam permainan ini terkandung unsurunsur pendidikan dan olah raga. Unsur pendidikan yang terkandung di dalamnya adalah kejujuran dan hitungan karena mempergunakan angka bilangan sampai seribu atau lebih (sesuai dengan perjanjian) untuk mengakhiri permainan. Angka-angka ini harus diperoleh oleh satu group atau seorang pemain dan mereka menghitungkan masingmasing, tidak boleh melakukan penipuan; sedangkan olah raga terletak pada gerakan permainan yang melakukannya

Waktu Pelaksanaan

Meuen peh kayee atau disebut juga meuen gok, atau meuen sungkeet, waktu pelaksanaannya permainan ini tidak terikat sama sekali, artinya tidak bergantung pada waktu tertentu hanya bergantung pada siapa yang akan bermain. Jika para pemainnya telah ada minimal dua orang, permainan dapat dilangsungkan. Hal ini bergantung pula pada tersedianya lapangan permainan yang cukup. Karena pada umumnya lapangan permainan ini telah tersedia di beberapa tempat yang mudah dijangkau oleh anak-anak atau dengan kata lain lapangan yang telah disediakan adalah di tempat yang strategis, biasanya di tengah-tengah perkampungan. Apabila anak-anak yang akan bermain telah hadir dan sepakat untuk bermain, maka permainan dapat dilangsungkan. Permainan ini tidak pernah dimainkan pada malam hari dan bergantung pada keadaan alam. Waktu yang sering digunakan anak-anak pada umumnya sehabis makan atau pada waktu istirahat setelah melakukan sesuatu pekerjaan atau pada waktu mereka telah sampai di tempat-tempat pengajian sebelum melakukan pengajian.

Pemain

Para pemain yang bermain permainan ini adalah yang telah dapat menghitung atau mereka yang telah belajar menghitung karena permainan ini menggunakan hitungan dalam mengakhiri setiap permainan. Para pemain dapat terdiri atas anak-anak laki saja dapat pula anak-anak perempuan saja, atau dapat pula laki-laki dan perempuan. Dalam permainan yang bersifat campuran, yang harus diperhatikan adalah faktor keseimbangan kelompok seperti yang telah dijelaskan di atas, sehingga permainan dapat berlangsung dalam waktu yang lama dan seimbang.

Peralatan atau Perlengkapan Permainan Perlengkapan yang diperlukan hanyalah sebuah gagang sepanjang kurang lebih 60 cm yang dipergunakan sebagai alat pemukul dan sebuah anak kayee sepanjang lebih kurang 10--15 cm untuk dipukul pemain. Selain itu diperlukan pula sebuah lapangan untuk bermain yang mempunyai panjang antara 10-20 meter.

Adapun alat yang dipergunakan untuk gagang ataupun anak dapat dipakai kayu yang telah kering atau dapat pula bahan-bahan lain seperti rotan, pelepah rumbia, atau aur. Jika yang dipergunakan untuk gagang adalah kayu, maka untuk anaknya harus dipergunakan kayu pula, demikian pula seterusnya. Hal ini adalah untuk menjaga keseimbangan antara gagang dan anaknya, sehingga tidak ada yang lebih berat, misalnya lebih berat gagang yang terbuat dari kayu sedangkan anak dari pelepah rumbia lebih ringan dan ini tidak dibenarkan dalam permainan ini.

Jalannya Permainan

Permainan baik dalam bentuk perseorangan maupun dalam bentuk beregu, cara dan aturan permainan adalah sama. Dalam permainan kelompok sebelum memulai permainan terlebih dahulu mereka membagi kelompok atas dua bagian yang sama kuat untuk menjaga keseimbangan permainan. Sebelum kita jelaskan jalannya permainan baiklah diperkenalkan lebih dahulu beberapa istilah yang dipergunakan di dalam permainan, yaitu boh sungkeet, boh pet, dan boh jeungki. Yang dimaksud boh sungkeet adalah bola pertama dalam memulai permainan dengan menyungkit anak yang telah diletakkan di atas lobang yang telah disediakan dengan gagangnya sekuat mungkin ke arah lawan. Boh peh adalah bola kedua di mana anak diumpamakan sebagai bola sesudah dilambung ke atas kemudian dipukul sekuat mungkin ke arah lawan, sedangkan boh jengki adalah bola ketiga, di mana anak diletakkan di atas lobang secara membujur yang sebagian berada di dalam lobang dan sebagian berada di atas, kemudian dipukul bagian atas sampai naik, setelah anak ini naik dari atas lobang diusahakan untuk dipukul secara lemah beberapa kali dan seandainya tidak dapat dipukul secara lemah barulah dipukul yang kuat ke arah lawan.

Setelah pembagian pemain menjadi dua regu dan untuk masingmasing regu memilih pimpinan regu untuk mengatur jalannya permainan regunya masing-masing. Kedua pimpinan regu melakukan sut, demikian pula dalam permainan per seorangan, untuk menentukan pemenang yang akan memulai permainan dan yang kalah menjadi penjaga. Tugas pimpinan regu yang lain juga menentukan siapa yang naik pertama, kedua, dan seterusnya; tidak pula dilupakan untuk menghitung. Seperti telah dijelaskan di atas bahwa permainan ini adalah permainan anak-anak yang telah pandai berhitung. Anak-anak yang selalu melakukan permainan ini adalah anak-anak yang telah berumur sekitar 8-16 tahun. Apabila dibandingkan dengan keadaan sekarang, para pemain yang dapat melakukan permainan adalah mereka yang telah duduk di kelas dua serendah-rendahnya sampai kepada mereka yang telah belajar di SMP.

Mengenai jumlah pemain dapat dijelaskan bahwa permainan ini dapat dimainkan oleh per seorangan atau beregu. Bila permainan dilakukan secara per seorangan dapat dilakukan oleh dua atau tiga orang yang masing-masing akan menghadapi lawan bermainnya secara sendiri-sendiri. Selain dapat dilakukan permainan secara per seorangan dapat pula dilakukan dengan berkelompok yang pada dasarnya terdiri atas dua kelompok. Masing-masing kelompok tidak ada pembatasan bergantung pada jumlah pemain yang hadir. Untuk membagi kelompok, yang harus diperhatikan adalah faktor keseimbangan baik dari segi umur maupun dari segi kecakapan pemain. Hal ini dapat diterangkan misalnya ada 6 orang pemain, masing-masing regu 3 orang. Kriteria pertama dipakai umur dan yang kedua kecakapan bermain, jangan sampai untuk satu regu ketiga pemain pandai-pandai dan yang satu lagi semuanya pemain yang belum pandai.

Menylnggung latar belakang para pemain dan jenis kelaminnya tidak terdapat perbedaan. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa permainan ini tidak membedakan tentang latar belakang sosial para pemain, mereka dapat bermain secara bersama-sama. Demikian pula mengenai jenis kelaminnya, mereka dapat melakukan permainan secara bersama-sama. Kemudian secara bersama-sama menentukan besar point yang harus dicapai untuk mengakhiri setiap kali permainan, biasanya antara 1.000--10.000 point. Apabila sudah disepakati bersama barulah permainan dimulai.

Setelah selesai pembagian regu dan tugas setiap regu, regu pemenang menempati bagian yang dipakai untuk melakukan pemukulan dan yang kalah menempati lapangan untuk menjaga bola. Setiap pemain memulai dengan bola pertama, yaitu boh sungkeet. Ia meletakkan anak di atas lobang yang telah digali berukuran lebih kurang dalamnya 5 cm, panjang 10 cm, dan luas 5 cm. Cara meletakkan anak adalah melintang lobang, yang kemudian ia menyungkit anak itu dengan gagang yang telah tersedia ke arah lawan sejauh mungkin.

Dalam melakukan penyungkitan ia harus menghindari agar anak itu tidak dapat disambut oleh lawannya karena kalau berhasil disambut berarti yang sedang naik ini dinyatakan mati dan kelompok lawan mendapat 10 point. Bila setelah ia melakukan penyungkitan anak tersebut tanpa berhasil disambut oleh lawannya, sekarang ia harus letakkan gagang pemukul tadi di atas lobang dengan melintang. Kelompok penjaga mengambil bola di tempatnya jatuh, di tempat itu ia berdiri lalu melempar ke arah gagang tersebut. Bila lemparannya mengena berarti pemain pertama telah mati atau sebaliknya, jika pada waktu melemparkan gagang tidak kena dan kalau jauh dari lobang yang sedang naik dapat diukur dengan gagang berapa gagang anak itu jauh dari lobang, jika misalnya 5 (lima) berarti yang sedang naik telah mendapat 5 (lima) point.

Setelah ia melakukan penyungkitan anak (bola) pertama dan ternyata tidak mati, ia melanjutkan kepada bola kedua (boh peh). Ia tetap berdiri di tempat pemukulan, yaitu di pinggir lobang dengan memegang gagang di tangan kanan dan anak di tangan kiri atau sebaliknya menurut kemampuannya. Lalu bola (anak) dilambung ke atas dengan tidak seberapa tinggi, kemudian dipukul. Jika di pihak lawan berhasil menyambut bola (anak) tersebut mereka telah mendapat 20 angka (point) dan pihak yang naik telah mati. Kalau tidak dapat disambut, untuk selanjutnya anak akan dikembalikan ke lobang tempat pemukul yang berusaha memukul kembali anak yang telah dikembalikan tersebut agar tidak masuk ke lobang. Bila anak tersebut masuk lobang berarti yang sedang naik mati, tetapi bila berhasil jauh dipukul, dia akan mendapat point (angka). Cara menghitung angka dari boh peh adalah seberapa jauh ia dapat memukul anak yang dikembalikan oleh lawannya ke lobang dan dihitung dari tempat jatuh anak sampai ke tepi lobang dengan jalan mengukurnya dengan anak itu sendiri. Misalkan anak yang berhasil dipukul dari pengembalian lawan sejauh 30 kali ukuran anak itu sendiri, berarti mereka telah memperoleh 30 point.

Demikian pula halnya bila dalam pengembalian anak itu tidak dapat dipukul dan anak itu masuk ke dalam lobang yang sedang naik mati.

Pada pemukulan boh jeungki, cara pemukulannya telah disebutkan di atas, yaitu dengan cara meletakkan anak secara membujur di dalam lobang dengan seperdua atau lebih berada di atas lobang yang kemudian dipukul bagian yang berada di atas lobang, sehingga terangkat ke atas. Setelah itu ia berusaha untuk memukul pelan-pelan dan terakhir bila pemukulan ini tidak berhasil lagi barulah dilakukan pemukulan yang keras. Dalam melakukan pemukulan pertama tersebut si pemukul mendapat point, setiap kali berhasil dipukul dihitung 10 point. Jadi, bila ia berhasil melakukan pemukulan pelan ini sebanyak 10 kali berarti ia telah memperoleh 100 point. Dalam ia melakukan pemukulan yang terakhir bila dapat disambut oleh pihak lawan berarti yang sedang naik dinyatakan mati, sedangkan yang dapat menyambut mendapat 50 point. Pada pemukulan boh jeungki ada suatu hal istimewa, yaitu pemukul walaupun ia telah melakukan pemukulan terakhir dapat disambut dan dinyatakan mati, tetapi pointnya dihitung berapa kali ia berhasil memukul anak itu secara pelanpelan seperti yang telah disebutkan di atas. Setelah ia melakukan pemukulan terakhir dan tidak berhasil disambut pihak lawan, perhitungan point menjadi bertambah. Perhitungannya dilakukan dengan cara jumlah pemukulan kecil ditmbah dengan jauhnya jatuh anak dari tepi lobang yang diukur dengan anak itu sendiri dan setiap satu anak mendapat 10 point. Sebagai contoh dapat disebutkan sebagai berikut: Si A yang melakukan pemukulan boh jeungki berhasil memukul secara pelan-pelan 5 kali berarti 50 point karena setiap kali berhasil dipukul mendapat 10 point. Selanjutnya ia berhasil pula me71 mukul anak itu untuk terakhir kali tanpa dapat disambut lawan sejauh 10 kali ukuran anak dari tepi lobang. Ia mendapat 100 point karena setiap satu kali ukuran anak mendapat point 10. Dengan sendirinya pada pemukulan boh jeungki yang dilakukan si A tersebut telah memperoleh 150 point.

Demikianlah cara melakukan permainan dan cara menghitung nilai atau point yang didapat oleh seseorang pemain di dalam permainan ini. Apabila ia telah berhasil memukul sejak dari bola pertama (boh sungkeet) sampai ke bola ketiga (boh jeungki), barulah ia menjumlahkan nilainya dan kemudian ia melanjutkan permainan yang dimulai lagi dari boh sungkeet. Selanjutnya cara menentukan pemenang adalah kelompok yang terlebih dahulu memperoleh nilai sebanyak yang telah dimufakati bersama yang batasnya antara 1000- 10.000. Inilah cara-cara yang dilakukan di dalam permainan yang memerlukan ketangkasan pemain, baik per orangan maupun beregu, dan dari segi lain melatih mereka agar dengan cepat dapat menghitung untuk menjumlah angka yang diperoleh dari boh sungkeet ditambah boh peh, dan ditambah lagi boh jeungki yang merupakan point setiap pemain atau beregu.

Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2018/02/peh-kayee-nad/

DISKUSI


TERBARU


Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

Refleksi Realit...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Refleksi Keraton Yogyakarta Melalui Perspektif Sosiologis

Manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Adanya manusia menjadi penyebab munculnya kebudayaan. Kebudayaan sangat penting dalam k...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...