×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Ritual

Provinsi

Sumatera Barat

Asal Daerah

Sumatera Barat

Pakilia, Upacara Menyambut Keluarga Baru di Mentawai

Tanggal 09 Jul 2018 oleh Arum Tunjung.

Di provinsi Sumatera Barat terdapat satu suku yang memiliki banyak kekhasan. Suku tersebut adalah suku Mentawai. Suku Mentawai terdapat di kepulauan Mentawai yang terdiri dari pulau-pulau yaitu Siberut, Sipora, Pagai Utara dan Pagai Selatan. Dalam beberapa pandangan tentang asal usul masyarakat Mentawai, ada yang mengatakan bahwa masyarakat Mentawai berada dalam garis orang polisenia. Menurut kepercayaan masyarakat Siberut, nenek moyang masyarakat Mentawai berasal dari satu suku/uma dari daerah Simatalu yang terletak di Pantai Barat Pulau Siberut yang kemudian menyebar ke seluruh pulau dan terpecah menjadi beberapa uma/suku.


Pada masyarakat Mentawai terdapat kebudayaan yang menjadi kebiasaan di dalam masyarakat Mentawai. Kebudayaan itu adalah upacara Pakilia. Upacara tersebut diadakan pada saat upacara pernikahan. Upacara ini tidak bisa dilaksanakan setiap ada pernikahan berlangsung. Upacara pakilia bisa dilaksanakan dengan ketentuan bahwa orang yang akan melaksanakan memahami susunan dan sukat yang akan dikumandangkan oleh sikebbukat umadan yang tahu itu tinggal satu suku yaitu suku Sikaraja.


Pakilia adalah upacara menyambut keluarga (baru) pada sebuah keluarga atau suku. Pakilia akan mulai dilakukan setelah pemberkatan pernikahan di gereja. Upacara pakilia dilakukan bagi masyarakat Mentawai yang beragama Katolik. Sesudah dari gereja maka pihak sikebbukat uma dan juga sabajak dan sakamaman mulai mempersiapkan bahan-bahan untuk prosesi Pakilia. Seperti ayam yang masih muda (simanosa) empat ekor, katsaila empat buah, gendang (gajeumak), ayam jantan satu ekor.


Pelaksanaan upacara Pakilia dilaksanakan pada saat pengantin dan pendamping yang memakai pakaian adat Mentawai berbaris satu bajar. Bagian depan, nomor satu dan dua adalah pendamping yang memakai pakaian adat. Nomor tiga adalah pengantin perempuan dan yang terakhir adalah pengantin laki-laki. Permulaan upacara Pakilia dilakukan dimulai dari jembatan rumah mempelai laki-laki karena mempelai perempuan akan ikut keluarga mempelai laki-laki. Ini berdasarkan garis keturunan ayah atau patrilineal. Pendamping dan mempelai akan  diberikan katsaila dan tangan kiri masing-masing diberikan ayam simanosa di bagian tangan kanan masing-masing. Sebelum berjalan dengan iringi bunyi gajeuma, sikebbukat uma memotong ujung paruk ayam agar mengeluarkan darah. Darah itu akan dititikkan pada salah satu bagian di wajah pendamping dan mempelai. Bisa di kening, bisa di pipi kiri atau kanan, atau juga bisa di hidung.


Saat semua siap, sikebbukat uma akan memegang ayam jantan dan mengucapkan sukat pakilia sambil mengangkat ayam jantan. Sukatyang mau dikumandangkan sikebbukat uma tersebut yang tidak diketahui dan dipahami oleh sikebbukat uma lain.
Sukat yang diucapkan sikebbukat uma adalah:


Ekeu kina Toiten,
Sibalu takkakna,
Elek simaoingo buana,
Abe kabuntenna
Simatoroimianan, elek sigereibagana
Sigerei bagamai.
Ekeu kina oinan
Elek atak tirikna
Rapakerek tubum
Ubun sikatirikna
Elek abe kamongana
Elek rokui-rokui
Elektak sigerei bagana
Sigeri bagamai.
Ekeu kina repdep
Raik-raik gajuna
Elek abe kabuntenna
Elek simakuiramman
Elektak simairam mata
Maila matamai
Tak sigerei bagana
Sigerei bagamai
Luluou…….


Cara pengucapan dan gaya membaca sukat diatas berbeda dari biasanya dan makna sukat tersebut yaitu paragraf pertama menceritakan tentang sebatang pohon kelapa yang punya tangga dan berbuah lebat dan manis. Artinya dalam kehidupan sehari-hari dalam berumah tangga meniti kehidupan perlahan dan pertahap untuk menciptakan keluarga yang rukun dan sejahtera, bahagia.
Paragraf kedua menceritakan tentang air sungai yang mengalir dari hulu menuju hilir dan pintu muara sungai. Artinya dalam kehidupan berumah tangga selalu ada awal dan akhir kehidupan yang diwarnai berbagai macam cobaan, namun selalu satu tujuan yaitu kehidupan yang baik. Paragraf ketiga menceritakan tentang sejenis pohon tebu yang tumbuh di tepi sungai. Artinya dalam kehidupan berumah tangga jangan membuat rasa malu karena sikap dan tingkah laku yang tidak baik sehingga membuat keluarga dan saudara menjadi malu. Namun menjadi panutan dan kebanggan keluarga sehingga panutan atau contoh yang diberikan itu menjadi kebanggaan keluarga.


Sesudah Sukat dilapalkan, gajauma berdentang. Pendamping dan pengantin mulai berjalan dengan cara menginjit-nginjitkan kaki. Dalam berjalan pendamping mempelai tidak memakai sandal agar memudahkan mereka menginjitkan kaki diatas papan yang telah disediakan. Lama berjalan dengan menginjitkan kaki ini bisa mencapai setengah jam atau satu jam. Tergantung jarak antara jembatan dan jenjang rumah.


Selama proses berlangsung pihak keluarga, saudara dan famili membuat yang lucu-lucu agar menimbulkan rasa tawa dan semarak. Mereka bergoyang dengan mengambil pasangan, atau ada yang bergoyang dengan membawa kuali, sendok gulai atau hal lainnya. Hal itu dilakukan agar upacara menjadi lebih meriah.


Proses tersebut akan terhenti saat pendamping yang paling depan menginjakkan kakinya dijanjeng rumah yang disambut dengan teriakan  Luluou secara serempak. Sikebbukat uma dan pihak keluarga laki-laki sudah ada di depan pintu menyambut keluarga baru tersebut. Ayam yang dipegang kedua pendamping dan mempelai dimasukkan dalam long ayam. Sementara katsaila dikumpul dan disematkan di atap rumah hingga membusuk. Semua keluarga yang hadir makan bersama sebagai tanda persatuan dalam keluarga, termasuk keluarga baru.

 

Sumber: greatindnesia.blogspot.com

DISKUSI


TERBARU


Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

Refleksi Realit...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Refleksi Keraton Yogyakarta Melalui Perspektif Sosiologis

Manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Adanya manusia menjadi penyebab munculnya kebudayaan. Kebudayaan sangat penting dalam k...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...