|
|
|
|
PATUNG PERJOANGAN JATINEGARA Tanggal 03 Jan 2019 oleh Roro . |
Sumber :Arsip.Dok DKI Jakarta
Lokasi Patung Perjoangan Jatinegara berada di ujung Selatan Jl. Matraman Raya, di sebuah area di tengah-tengah pertemuan Jl. Jatinegara Barat dan Jl. Urip Sumoharjo, persis di depan Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat Eukomunia (Gereja Protestan Jemaat Koinoia).
Monumen yang pembuatannya diprakarsai oleh Gubernur KDKI Jakarta Ali Sadikin ini tadinya akan dibangun di sekitar Viadek (viaducht) Jatinegara namun dibatalkan karena tempatnya yang tidak memungkinkan. Pembuatan patung memakan waktu 2,5 tahun dan baru diresmikan pada 7 Juni 1982 oleh Gubernur DKI Jakarta Tjokropranolo. Pembuatan patung dipercayakan kepada seorang pematung bernama Haryadi. Patung dibuat dengan bahan beton cor dan gips, dan pengecorannya dilakukan di Yogyakarta.
Monumen Perjuangan Jatinegara dibangun untuk mengenang peristiwa perjuangan rakyat pada masa perang kemerdekaan di wilayah Jakarta Timur, khususnya di wilayah Jatinegara, sebagai rangkaian perjuangan rakyat di daerah Pasar Jangkrik (Pasar Macan), Paseban, Kampung Melayu, Pulomas, dan daerah-daerah kecamatan lainnya di sekitar perbatasan antara Jakarta Timur dan Jakarta Pusat.
Monumen ini dibangun dengan gaya realis berbentuk 2 sosok manusia yang berdiri tegak di atas landasan setinggi 3 meter. Patung yang menggambarkan seorang pemuda berpakaian seperti seragam tentara (Pejuang TNI) saat itu dan lengkap dengan sepatu bootnya berukuran tinggi 2,5 m, berdiri tegak dengan tangan bersedekap di dada sambil memeluk senapan, ransel dipunggung, dan pada pinggang terdapat pistol, granat, golok (bayonet), dompet serta tempat minum dengan ciri khas tentara. Disampingnya berdiri patung seorang anak laki-laki setinggi 1 m bercelana pendek, telanjang dada, tanpa alas kaki dan di lehernya bergantung ketapel.
Pada landasan berdirinya 2 patung itu tertempel prasasti bertuliskan “Patung Perjoangan Jatinegara. Diresmikan oleh Gubernur KDKI Jakarta, Tjokropranolo. Jakarta, 7 Juni 1982.” Dan satu prasasti lagi bertuliskan: “Tiada Sesuatu Perjoangan Yang Lebih Luhur Daripada Perjoangan Kemerdekaan” “Tidak ada sesuatu perjuangan yang lebih luhur daripada perjuangan untuk kemerdekaan”.
Sumber :https://alatpenterjemahjakarta.wordpress.com/2015/02/13/1089/
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |