Istilah pahuni / kemponan atau kepuhunan hanya dikenal di Kalimantan – walau beberapa daerah di pelosok Sumatera juga mengenal seikit konsep pahuni ini. Bagi yang diluar Kalimantan mungkin akan asing dengan istilah Pahuni/ Kemponan/ Kepuhunan, sebenaranya Kepuhunan atau Pahuni adalah salah satu kepercayaan Dayak yang menjadi salah satu penyebab seseorang bisa mengalami penyakit atau kecelakaan. Jadi Pahuni itu seperti titik lemah, dimana kesialan bisa terjadi – bisa karena sesumbar bicara, atau tidak mau mencicipi makanan yang dibuat dirumah.
Jadi contoh jika dirumah sedang dimasak suatu makanan atau sedang dihidangkan makanan buat kita namun kita menolak untuk memakannya maka kita bisa terkena pahuni atau gangguang roh jahat. Umumnya walaupun kita sudah merasa kenyang yang dapat kita lakukan adalah mengambil sedikit atau “MINJOK” / menyentuhnya sambil berkata SAPULUN atau PUSE-PUSE.
Ada beberapa jenis makanan yang sifatnya TADA atau kuat pengaruh pahuninya jika itu ditolak misalnya adalah ketan, kopi, wadi. Mungkin jika kita kaji secara sosiologis pada zaman dahulu beras semacam ketan, kopi adalah sajian istimewa buat orang yang dhormati. Jika seseorang menolak sajian istimewa ini maka dia dianggap tidak menghargai tuan rumah atau keluarga yang menyediakan makanan atau minuman tadi. Ada juga bentuk pahuni lain jika kita membawa makanan-makanan berupa ketan, wadi, tuak namun kita tidak membagikan sedikit kepada mahluk-mahluk halus yang ada maka kita akan sangat gampang sekali terkena pahuni ini.
Ada beberapa pengalaman yang dialami oleh admin ketika melakukan ekspedisi dari Tamiang Layang, saat itu kita membawa Wadi (daging yang difermentasikan) sebagai oleh-oleh. Salah satu mobil rombongan ekspedisi kita mengalami gangguang roh halus dimana mereka melihat penampakan-penampakan seperi orang naik motor tanpa kepala, sosok raksasa diatas jembatan dan bahkan mobil yang tidak bisa dikendalikan dan hampir saja membuat mereka celaka.
Pengalaman terbaru adalah ketika usai mengikuti acara Tiwah Massal di Tumbang Manggu, saat itu kita membawa makanan Tiwah dan Tuak sebagai oleh-oleh. Malam itu ketika hendak pulang kita dibuat tersesat bahkan masuk ke areal sepi sekali dan kita sudah merasakan kehadiran mahluk lain yang ingin ikut, salah satu anggota kita kemudian melihat sosok wanita berjubah putih berada disamping mobil kita. Mengetahui hal itu kita segera berhenti dan membagikan sedikit tuak dan mengambil dedauanan hidup untuk menangkal gangguang roh halus ini benar saja setelah itu perjalanan kita kembali aman.
Jadi Pahuni ini sebenarnya adalah kegagalan manusia mengikuti irama alam. Dalam adat Dayak Jalai dikenal beberapa jenis kepuhunan ini:
1. Kepuhunan makanan: disebabkan kelalaian menyentuh makanan atau mencicipi makanan yang telah dihidangkan
2. Kepuhunan bangkai: disebabkan karena kelalaian menyentuh mayat atau peti mati dengan tangan kiri ketika melayat
3. Kepuhunan pengisiq pengadaq: disebabkan karena kegagalan menyentuh obat-obatan, jimat atau pusaka yang ditemui
4. Kepuhunan ditanah-diarai: kepuhunan karena kondisi alam yang ganjil misalnya hujan panas.
Namun perlu diingat kepuhunan tidak selalu disebabkan karena kelalaian manusia, tetapi dapat juga terjadi karena nasib yang tidak baik. Jadi jika folks bermain ke Kalimantan dan tuan rumah sudah menyediakan makanan sebagai tata kramanya kita harus menerima jamuan itu walaupun sedikit sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan kita.
Sumber: https://folksofdayak.wordpress.com/2016/10/02/pahuni-kemponan/
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.