Oseng-oseng Mercon sesuai dengan namanya, mercon yang berarti petasan, siapapun yang menikmati masakan ini dijamin akan merasakan sensasi rasa pedas seperti mercon yang meledak di lidah. Sensasi ini bukanlah perumpamaan yang berlebihan, mengingat salah satu bahan utama pembuatan Oseng-oseng Mercon adalah cabai rawit.
Proses penemuan resep Oseng-oseng Mercon sendiri berawal dari coba-coba yang dilakukan oleh orangtua Bu Narti. Pada saat Idul Adha, keluarga Narti menerima banyak daging kurban. Selain daging sapi, mereka juga memperoleh kulit, kikil, dan gajih yang oleh masyarakat Yogyakarta dikenal dengan nama koyoran. Merasa bingung dengan daging yang lumayan banyak, akhirnya tercetuslah ide untuk memasak bagian-bagian tersebut dengan menggunakan cabai rawit.
Saat Bu Narti membuka warung makan, Oseng-oseng Mercon menjadi menu utama yang ditawarkan kepada pengunjung. Tak disangka, rupanya pembeli justru menyukai menu yang sangat pedas ini. Oseng-oseng Mercon akhirnya menjadi menu yang popular di kalangan masyarakat yang berkantong cekak. Tentu saja hal ini dikarenakan sifat Oseng-oseng Mercon yang nglawuhi, karena sedikit Oseng-Oseng Mercon sudah cukup menjadi teman makan satu porsi besar nasi.
Nama Oseng-oseng Mercon sendiri merupakan pemberian budayawan Emha Ainun Najib. Dulu, para seniman dan budayawan yang sering makan di warung Bu Narti ini sering berkelakar bahwa oseng-oseng yang dimasak Bu Narti rasa pedasnya seperti mercon. Akhirnya nama itu pun digunakan hingga saat ini. Selain Oseng-oseng Mercon, banyak pula yang menyebutnya sebagai Oseng-Oseng Bledek (halilintar). Selain Bu Narti, saat ini sudah banyak warung tenda maupun warung makan yang juga menjadikan Oseng-oseng Mercon sebagai menu andalan mereka.
Keistimewaan
Sepintas lihat, tampilan Oseng-Oseng Mercon tidaklah menarik bahkan mungkin terkesan sedikit aneh. Struktur bentuknya seperti lendir bergumpal dengan irisan cabai di sana-sini. Jika didiamkan sebentar saja, maka masakan ini akan ngendal atau mengeluarkan lemak beku. Tapi Anda jangan buru-buru menyingkirkan masakan ini dari hadapan Anda. Cobalah sesuap dengan nasi putih hangat, dijamin Anda akan meneruskan makan Anda hingga suapan terakhir. Perpaduan rasa pedas dan nikmat akan segera menghilangkan semua ingatan tentang bentuknya yang aneh.
Menurut para penikmat Oseng-oseng Mercon, justru rasa pedas itulah yang membuat ketagihan. Ibarat makan sambal, sudah tahu pedas masih tetap mencobanya. Bahkan, meski berujar sudah kapok dengan menu yang membakar lidah ini, mereka justru sering mencobanya lagi dan lagi hingga menjadi penikmat masakan ini.
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.