|
|
|
|
Ngunduh Mantu Tanggal 23 Jun 2014 oleh M Luthfi Fathurrahman. |
Ngunduh Mantu adalah tradisi pernikahan adat Jawa yang diadakan oleh pihak keluarga mempelai pria. Biasanya penyelenggaraan ngunduh mantu ini dilakukan selang beberapa hari (5 hari) setelah pelaksanaan resepsi oleh pihak mempelai wanita.
Kata “ngunduh” sendiri berasal dari bahasa Jawa yang artinya mengambil sesuatu yang sudah matang. Jadi istilah ngunduh mantu bisa dipahami sebagai prosesi mengambil menantu yang sudah cukup dewasa.
Kenapa harus dilakukan prosesi ngunduh mantu?. Pertama, untuk mengenalkan mempelai wanita kepada keluarga besar dari pihak mempelai pria. Sebagai bentuk woro-woro atau pengumuman kepada tetangga bahwa mempelai pria tersebut sudah beristri. Kedua, mengisyaratkan bahwa pria harus menjadi pelindung, pengayom bagi istri dan anak-anaknya kelak.
Prosesi acara ngunduh mantu.
(1) Penyerahan putra pengantin dari keluarga pengantin wanita kepada keluarga besar pengantin pria.
Menyediakan sarana berupa : slindur, gepyokan, sangsangan sekar melati dan tirta suci 2 cangkir, yang sudah ditaruh diatas beri/baki.
(2) Wisuda Tali Darma, pihak keluarga pengantin pria berucap :
“Kene-kene anakku lanang, mulih dagang saka sabrang mboyong putri sing ayune tanpa timbang, nggereg raja kaya pirang-pirang kandhang, nggawa raja brana pirang-pirang ndulang. Tak gepyok-gepyok pusaka awit kersaning Gusti Alloh Kang Maha Kuwasa, sarab sawan samarga-marga padha ilanga musna.
Kene-kene ngger tak unjuki tirta amerta mahaning suci awit kersaning Gusti Kang Murbeng Dumadi, sarap sawan sambekala, rubeda samargi-margi padha ilango musna tanpo lari. Sira sakloron bisaa lestari urip bebrayan tekan kaki-kaki lan nini-nini.
Kene-kene ngger tak kalungi sangsangan reroncen sekar melathi kanthi panyuwun ana ngersaning Illahi Robbi, sira sakloron bisaa pinaringan nggadhuh momongan kakung lan putri dadyo wiji dadi kang migunani.”
Bersamaan dengan prosesi ini, dilantunkan kidungan Rerepan Sekar Pangkur Gedhong Kuning laras pelog pathet barang.
#Pangkur Gedhong Kuning#
“singgah-singgah kala singgah, pan suminggah durga kala sumingkir, sing asirah sing asuku, sing awulu, sing abahu, sing atenggak kalawan buntut, sing atan kasat mata, mulia ing asal neki”.
(3) Kedua mempelai memasuki dampar rinengga, diiringi gendhing Ktw. Boyong Basuki Pl.Br (Paku Buwono II)
(4) Usai paripurnanya acara diperdengarkan Ayak-Ayakan Pl.Br (PB. III), Ldr. Tedak Saking Pl.Br (PB. II) atau Ldr. Gleyong Pl.Br (PB. IX)
(5) Semoga menjadi keluarga yang sakinah mawadah waromah, Amin……. Selesai, semoga bermanfaat.
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |