Menurut pandangan masyarakat setempat, ngalaksa muncul kira-kira pada abad ke8, setelah seorang tokoh masyarakat Rancakalong bernama Eyang Riguna mengadakan perjalanan keliling Negeri Mataram, dengan tujuan mencari benih padi yang disebut Dewi Padi (Nyai Sri). Untuk mengenang peristiwa tersebut dan sebagai perwujudan rasa syukur, masyarakat setempat menggelar upacara adat tradisi ngalaksa. Pengertian "Ngalaksa" menurut salah seorang tokoh masyarakat Rancakalong, kata tersebut berasal dari perkataan ngalaksanakeun atau melaksanakan sesuatu untuk memperoleh tujuan. Sedangkan Nyai Sri yang disimbolkan sebagai Dewi Padi esensinya agar masyarakat selalu menggunakan tata tertib di dalam mengolah dan menyuburkan padi, sebagai makanan pokok dan sumber kehidupan.
Pelaksanaan upacara adat tradisi ngalaksa pada umumnya melalui proses diawali dari pengumpulan bahan-bahan yang terdiri dari bermacam-macam biji-bijian. Mengenai waktu pelaksanaan ditentukan atas hasil mufakat tokoh-tokoh masyarakat. Orang-orang yang dipercaya memimpin upacara tersebut adalah Saehu, mempunyai tugas dan fungsi sebagai pemegang kebijakan dalam pelaksanaan.
Proses ngalaksa diikat oleh aturan tertentu, seluruh pelaku dan pengolah diharuskan bersih badannya dan melakukan puasa makan, minum dan berbicara. Jenis makanan bubur laksa (bahan dari hasil pengumpulan biji) mempunyai khasiat mengusir penyakit dalam dan untuk kesehatan tubuh. Makanan tersebut disajikan pada saat ritual berlangsung. Tempat kegiatan adat ngalaksa dikenal dengan nama Panglaksaan.
Adanya sesajen pada saat pelaksanaan upacara ngalaksa merupakan suatu bentuk keseimbangan komunikasi antara manusia dengan Tuhan Yang Mahakuasa; antara manusia dengan manusia; dan, komunikasi manusia dengan alam. Setiap barang atau benda yang disajikan pada upacara adat tradisi ngalaksa penuh dengan makna-makna simbolik, yang pada dasarnya berisi pesan-pesan moral yang harus menjadi rujukan perilaku dalam kehidupan ini.
Sumber : Buku Pentapan WBTB 2018
Â
 Upacara ngalaksa ialah salah satu aktivitas dan merupakan ekspresi ritual masyarakat dari lima desa /kampung/rurukan (rurukan rancakalpng, rurukan cijere, rurukan legok picung, rurukan cibunar dan rurukan pasir biru) di kecamatan ranca kalong yang dilakukan setahun sekali.
Sumber : artikrl jurnal yang berjudul Tarawangsa dan Jentreng dalam upacara ngalaksa di Rancakalong Sumedang Jawa Barat oleh Ela Yulaeliah
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.