|
|
|
|
Ngalaksa #DaftarSB19 Tanggal 28 Dec 2018 oleh Sri sumarni. |
Menurut pandangan masyarakat setempat, ngalaksa muncul kira-kira pada abad ke8, setelah seorang tokoh masyarakat Rancakalong bernama Eyang Riguna mengadakan perjalanan keliling Negeri Mataram, dengan tujuan mencari benih padi yang disebut Dewi Padi (Nyai Sri). Untuk mengenang peristiwa tersebut dan sebagai perwujudan rasa syukur, masyarakat setempat menggelar upacara adat tradisi ngalaksa. Pengertian "Ngalaksa" menurut salah seorang tokoh masyarakat Rancakalong, kata tersebut berasal dari perkataan ngalaksanakeun atau melaksanakan sesuatu untuk memperoleh tujuan. Sedangkan Nyai Sri yang disimbolkan sebagai Dewi Padi esensinya agar masyarakat selalu menggunakan tata tertib di dalam mengolah dan menyuburkan padi, sebagai makanan pokok dan sumber kehidupan.
Pelaksanaan upacara adat tradisi ngalaksa pada umumnya melalui proses diawali dari pengumpulan bahan-bahan yang terdiri dari bermacam-macam biji-bijian. Mengenai waktu pelaksanaan ditentukan atas hasil mufakat tokoh-tokoh masyarakat. Orang-orang yang dipercaya memimpin upacara tersebut adalah Saehu, mempunyai tugas dan fungsi sebagai pemegang kebijakan dalam pelaksanaan.
Proses ngalaksa diikat oleh aturan tertentu, seluruh pelaku dan pengolah diharuskan bersih badannya dan melakukan puasa makan, minum dan berbicara. Jenis makanan bubur laksa (bahan dari hasil pengumpulan biji) mempunyai khasiat mengusir penyakit dalam dan untuk kesehatan tubuh. Makanan tersebut disajikan pada saat ritual berlangsung. Tempat kegiatan adat ngalaksa dikenal dengan nama Panglaksaan.
Adanya sesajen pada saat pelaksanaan upacara ngalaksa merupakan suatu bentuk keseimbangan komunikasi antara manusia dengan Tuhan Yang Mahakuasa; antara manusia dengan manusia; dan, komunikasi manusia dengan alam. Setiap barang atau benda yang disajikan pada upacara adat tradisi ngalaksa penuh dengan makna-makna simbolik, yang pada dasarnya berisi pesan-pesan moral yang harus menjadi rujukan perilaku dalam kehidupan ini.
Sumber : Buku Pentapan WBTB 2018
Â
 Upacara ngalaksa ialah salah satu aktivitas dan merupakan ekspresi ritual masyarakat dari lima desa /kampung/rurukan (rurukan rancakalpng, rurukan cijere, rurukan legok picung, rurukan cibunar dan rurukan pasir biru) di kecamatan ranca kalong yang dilakukan setahun sekali.
Sumber : artikrl jurnal yang berjudul Tarawangsa dan Jentreng dalam upacara ngalaksa di Rancakalong Sumedang Jawa Barat oleh Ela Yulaeliah
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |