|
|
|
|
Naskah Sukapura Tanggal 04 Jan 2019 oleh Aze . |
Naskah Sukapura berasal dari Bapak R. Sulaeman Anggapradja di Jalan Ciledug Garut. Secara fisik naskah ini masih utuh, sampul naskah luar bewarna coklat, dan diperkirakan sampul ini merupakan pemberian pemerhati. Sementara sampul dalam yang diduga sampul aslinya, bewarna coklat kehijau-hijauan dengan motif seperti pecahan-pecahan kaca.
Secara keseluruhan kondisi naskahnya masih kokoh. Tulisannya rapi dan menggunakan tinta bewarna hitam di atas kertas putih kecoklatan. Ukurannya 16 x 20,3 cm dengan ruang tulisannya 14 x 16 cm.Tebalnya sebanyak 136 halaman penuh tulisan, dan jumlah baris yang terdapat pada tiap halaman naskah memiliki jumlah yang sama yaitu 11 baris dan ditulis dengan menggunakan huruf Arab pegon bertanda vokal. Namun, di dalamnya tidak terdapat kolofon, iluminasi, atau watermark. Naskah ini disusun dalam bentuk dangding dengan mempergunakan delapan macam pupuh, yaitu Dangdanggula, Asmarandana, Sinom, Kinanti, Magatru, Durma, Pangkur, dan Maskumambang.
Pada bagian awal naskah ini menceritakan Pangeran Ngabehi Kusuma Hadiningrat, seorang bangsawan di Tanah Sunda keturunan Jaka Tingkir, Sultan Pajang. Jaka Tingkir menurunkan para bangsawan di Tanah Sunda, khususnya para bupati Sukapura. Pada zaman dulu di Tanah Sunda ada dua tokoh terkenal bernama Pangeran Sumedang dan Dipati Ukur yang masing-masing menjadi kepala daerah di Sumedang dan Ukur. Keduanya menjadi pemimpin karena memiliki kekuatan yang luar biasa.
Kemudian dikisahkan tentang Dipati Ukur, dimulai dengan perintah Sultan Mataram kepadanya dan Tumenggung Bakureksa untuk menyerang Kota Batavia (Jakarta). Akibat kegagalannya menyerang Batavia, kemudian Dipati Ukur melakukan pemberontakan terhadap Mataram tetapi berhasil ditumpas oleh pasukan Mataram.
Bagian akhir diteruskan dengan pengangkatan Wirawangsa sebagai Bupati Sukapura, Astramanggala sebagai Bupati Bandung, dan Somahita sebagai Bupati Parakanmuncang, serta pembagian wilayah kepada mereka. Atas kehendak Sultan Mataram, wilayah Pasundan diserahkan kepada Kompeni (VOC).
Dilukiskan pula perbandingan ketika wilayah Pasundan berada dalam kekuasan Mataram dan Kompeni. Bila dibandingkan antarkeduanya, berada di bawah kekuasaan Kompeni lebih beruntung bagi rakyat pribumi (Pasundan) daripada di bawah kekuasaan Mataram.
Selanjutnya diceritakan keadaan Kabupaten Sukapura pada masa pemerintahan para bupati Sukapura sejak bupati pertama, yaitu Wirawangsa atau Tumenggung Wiradadaha hingga bupati ke-12 yaitu Raden Danukusumah. Dalam melukiskan masa pemerintahan tiap-tiap bupati Sukapura itu diungkapkan kematian bupati Sukapura sebelumnya, penggantian dengan bupati baru, peristiwa-peristiwa yang terjadi dan masalah-masalah yang timbul selama masa pemerintahan bupati tersebut, saudara-saudara dan para putra bupati tersebut, dan akhirnya kematian bupati yang bersangkutan.
http://www.wacana.co/2009/06/naskah-sukapura/
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |