|
|
|
|
Museum Sasmita Loka A. Yani Tanggal 29 Dec 2018 oleh Roro . |
Museum Sasmitaloka Ahmad Yani lokasinya berada di rumah pojok Jl Lembang 58 dan Jl Laruharhari 65, Menteng, Jakarta Pusat. Sebelum kunjungan ini saya pernah mencoba mampir, namun karena sepi dan tidak terlihat ada petugas, saya pun batal untuk masuk.
Rupanya pagar selalu tertutup, dan pos jaga berada di sisi lain, sehingga pengunjung tidak perlu ragu membuka pagar. Ada beberapa mahasiswa yang kebetulan datang ke Museum Ahmad Yani saat saya berada di sana, sehingga suasana museum menjadi agak hidup. Setelah mengisi buku tamu, kami masuk melalui lorong belakang, jalur Pasukan Cakrabirawa saat menyatroni rumah ini pada pagi 1 Oktober 1965 setelah lebih dulu memutus kabel telepon. Pintu masuk yang kacanya berlubang akibat ditembus peluru dibiarkan seperti aslinya.
Saya melewati mobil sedan merk Chevrolet berwarna biru di Museum Ahmad Yani yang digunakan semasa beliau masih hidup. Mobil ini diletakkan pada ruangan samping pintu masuk belakang museum. Semasa hidupnya Jenderal Ahmad Yani dikenal selalu berseberangan dengan PKI. Ia menolak keras keinginan PKI untuk membentuk Angkatan Kelima yang menjadi dalih PKI untuk mempersenjatai buruh dan tani. Karenanya ia menjadi salah satu target utama PKI dalam G30S (Gerakan Tiga Puluh September).
Sumber : Arsip Nasional Jakarta
Bagian depan Museum Ahmad Yani yang menghadap ke Jl Latuharhari, Jakarta. Museum diresmikan pada 1 Oktober 1966 oleh Menpangad Mayjen Soeharto, sesaat setelah rumah dan isinya diserahkan Ibu A Yani dan putera-puterinya kepada negara. Gedung yang dibangun 1930-an ini semula rumah pejabat maskapai swasta Belanda, dan sejak 1950-an dikelola Dinas Perumahan Tentara, sebelum dihuni Letjen Ahmad Yani.
Di lorong belakang rumah Museum Sasmitaloka Ahmad Yani dipajang dokumentasi foto, diantaranya rekonstruksi penembakan dan penculikan oleh Pasukan Cakrabirawa terhadap LetJen Ahmad Yani yang saat itu menjabat Menpangad (Menteri / Panglima Angkatan Darat), jabatan yang kemudian diduduki Mayjen Soeharto pada 18 Oktober 1965. Di lorong museum juga ada foto pengangkatan jenazah Pahlawan Revolusi pada 4 Oktober 1965, upacara pemakaman pada 5 Oktober 1965, foto-foto keluarga, penyerahan Kota Magelang pada 1949 dari Belanda diwakili Letkol van Santen kepada Letkol Ahmad Yani, dan foto lainnya.
Pada dinding ruang makan Museum Ahmad Yani Jakarta terdapat foto para Pahlawan Revolusi. Di samping kiri terdapat kamar tidur Ahmad Yani, dimana disimpan senjata otomatis Thompson Cakrabirawa yang menewaskannya lengkap dengan sisa pelurunya, senjata LE Cal 7,62 buatan Cekoslovakia yang dipakai untuk membunuh Letjen TNI Anumerta S. Parman, dan senjata Owengun yang digunakan untuk menembak DN Aidit dan tokoh PKI lainnya.
Di sudut atas ruang tidur ada bekas sambaran halilintar yang seolah menjadi pertanda bagi Ibu A. Yani. Dalam ruang tidur juga disimpan replika pakaian tidur lengan pendek yang digunakan Ibu Ahmad Yani untuk membersihkan lantai dari lumuran darah suaminya, gaji terakhir bulan Obtober 1965 sebesar Rp. 120.000, cincin, kaca mata, keris, dan tongkat komando. Lantaran dianjurkan petugas untuk tidak memotret kamar ini, saya pun menurutinya.
Di ruang tamu Museum Ahmad Yani terdapat lukisan besar memperlihatkan saat Letjen Ahmad Yani menempeleng Mukidjan, komando pasukan penyerbu, lantaran marah karena tidak diperbolehkan untuk berganti pakaian. Melihat situasinya, tampaknya beliau tidak bermaksud berganti pakaian, namun mengambil senjata api, dan para penculiknya tidak mau mengambil resiko.
Koleksi pribadi sang jenderal yang disimpan di ruang tunggu Museum Sasmitaloka Ahmad Yani, diantaranya harimau, cindera mata, senjata, lambang-lambang, medali, gading gajah dan koleksi buku dalam rak dinding. Para tamu biasanya menunggu di ruang ini sebelum diterima di ruang lain. Di bar sebelah kanan ruang makan ada kutipan kata-kata Ahmad Yani berbunyi "Sampai liang kubur kupertahankan Pancasila".
Di lantai berbatas kayu di ruang makan tertulis "DI SINILAH GUGURNJA PAHLAWAN REVOLUSI DJENDERAL TNI A. YANI PADA TANGGAL 1 OKTOBER 1965 DJAM 04.35". Letjen Ahmad Yani tewas dengan 8 luka tembak di bagian depan dan 2 luka tembak di bagian belakang. Jenazahnya dibawa ke Lubang Buaya oleh kelompok tentara yang menyerbu kediamannya dan selanjutnya dimasukkan ke dalam sumur maut.
Museum Sasmitaloka Ahmad Yani adalah salah satu dari lima museum yang dikelola oleh Dinas Sejarah Angkatan Darat. Dua museum lainnya adalah Museum Sasmitaloka Jenderal Besar DR. Abdul Haris Nasution, dan Museum Sasmitaloka PETA di Bogor. Dua lagi adalah Museum Sasmitaloka Pangsar Jenderal Soedirman, dan Museum Dharma Wiratama, keduanya ada di Yogyakarta.
Letjen Ahmad Yani dikenal sangat dekat dengan Soekarno. Dua bulan sebelum tewas, Soekarno dikabarkan memintanya untuk menggantikan dirinya menjadi presiden bila kesehatan proklamator itu menurun. Pernyataan itu disampaikan Soekarno dalam rapat petinggi negara yang dihadiri antara lain oleh Soebandrio, Chaerul Saleh dan AH Nasution.
Sumber : https://www.aroengbinang.com/2017/12/museum-sasmita-loka-ahmad-yani-jakarta.html
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |