|
|
|
|
Museum Prof. Dr. R. Soegarda Poerbakawatja Tanggal 02 Jan 2019 oleh Roro . |
Latar Belakang dan Sejarah
Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner (MMM PAM) mulai ada sejak 23 Juli 1998. Latar belakang (jauh) dari Museum Misi Muntilan, pada awalnya adalah "Refleksi Sejarah Gereja Keuskupan Agung Semarang (KAS) " yang merupakan salah satu kegiatan untuk merayakan tahun emas (50 th) Gereja KAS tahun 1991. Hasil refleksi tersebut dibukukan dalam buku "Sejarah Singkat Gereja KAS".
Museum Misi Muntilan muncul dalam dalam arti dimulainya suatu proses mencari-cari suatu bentuk pelayanan yang bias menjadi alternative untuk menjawab berbagai tantangan zaman di Keuskupan Agung Semarang. Kota Muntilan dipilih untuk lokasi karena bermacam-macam alas an, antara lain karena julukan sebagai "Betlehem Van Jawa".
Gedung Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner (MMM PAM) pada tanggal 14 Desember 2004 diresmikan oleh Uskup Agung Semarang, Mgr. Ignatius Suharyo.
Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner (MMM PAM) adalah karya permuseuman yang menekankan pendalaman dan pengembangan pesan iman untuk kepentingan Pengembangan Gereja Lokal, sehingga Gereja semakin bermakna bagi warganya. Maka para pengunjung hanya akan dilayani kalau mau menyediakan waktu berada di MMM PAM paling tidak selama dua jam. Bahkan MMM PAM menerima kelompok-kelompok yang mau pendalaman hidup rohani paling tidak selama 5 jam. Tidak sedikit yang dilayani selama sehari-semalam bahkan tiga hari. Pola pelayanan seperti ini pernah menjadi perdebatan ramai, karena museum "kok untuk rekoleksi, retret, dan pelatihan".
Ternyata kini baru diketahui oleh Tim Kerja MMM PAM bahwa karya permuseuman itu ada dua macam: museograf dan museologi. Moseograf menekankan museum sebagai tempat menyimpan dan memelihara benda-benda koleksi. Museologi menekankan pesan hidup dari benda-benda koleksi untuk didalami dan dikembangkan dalam konteks hidup kongkret demi pengembangan hidup di masa depan.
Tanpa mengesampingkan dimensi moseograf, MMM PAM menekankan dimensi museologi. Ini sesuai dengan gambaran Bapak Uskup Agung Semarang, Mgr. I. Suharyo, untuk membuat MMM PAM sebagai museum hidup. Dalam MMM PAM ada upaya memelihara dan mengembangkan pola misioner rintisan Rama van Lith, S.J. dan teman-temannya yang kemudian dipercayakan kepada kaum pribumi. Maka MMM PAM amat menekankan Bidang Edukasi. Semua fungsionaris MMM PAM, termasuk Bidang Koleksi dan Bidang Konservasi-Preparasi, harus mampu ikut ambil bagian menjadi animator misioner sebagaimana ada dalam Bidang Edukasi.
1. Pengertian Umum
Ketika MMM PAM sedang direncanakan, Uskup Agung Semarang, Mgr. Ignatius Suharyo, meminta agar museum misi di Muntilan menjadi museum yang hidup. Karya museum ini harus ikut ambil bagian membangun dan mengembangkan Gereja yang bermakna bagi warganya. Untuk kepentingan ini, maka Bidang Edukasi menjadi "nyawa" yang membuat hidup museum.
Dengan cita-cita membangun museum yang hidup, salah satu lembaga yang ada di Keuskupan Agung Semarang secara praktis dilebur menjadi lembaga MMM PAM. Lembaga yang dilebur itu bernama Pelayanan Pendampingan Penggembala Jemaat Keuskupan Agung Semarang (P3J KAS) yang dibentuk pada tahun 1981. Pada mulanya P3J KAS adalah Panitia Kerja Misioner yang menjalankan tugas-tugas Komisi Karya Misioner Keuskupan Agung Semarang (KKM KAS). Mulai dengan tahun 1990 P3J KAS bekerja dengan kantor yang efektif. Semenjak tahun 1997 P3J KAS juga menjadi pelaksana program kerja Karya Kepausan Indonesia Keuskupan Agung Semarang (KKI KAS). Ketika baru menjadi pelaksana kerja KKM KAS, P3J KAS hanya bergerak di bidang pengembangan pengurus, penggerak dan calon pengurus dan penggerak paroki. Namun pada tahun 1994 P3J KAS memang mulai merambah di kalangan anak-anak untuk mempersiapkan keterlibatan mereka di paroki, sehingga muncul program bina dewan paroki sejak dini. Perhatian kepada anak inilah yang membawa P3J KAS masuk ke karya KKI KAS. Karena Tim Kerja P3J KAS sudah cukup biasa menangani program-program misioner, maka semua fungsionaris dalam P3J KAS dimasukkan ke dalam Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner (MMM PAM). Dengan surat Uskup Agung Semarang no. 1062/A/XI/06 pada tanggal 15 Desember 2006, KKM KAS dan KKI KAS dinyatakan sama seperti satu mata uang dengan dua sisi. Dalam surat itu juga dinyatakan bahwa MMM PAM menjadi sarana tugas perutusan KKM-KKI KAS.
2. Tugas Umum
Pelaksanaan tugas Bidang Edukasi MMM PAM didasarkan pada Pedoman Pelaksanaan Komisi Karya Misioner Keuskupan Agung Semarang (PP KKM KAS). Pada dasarnya Bidang Edukasi membantu Uskup untuk menata dan menggerakkan karya misioner di Keuskupan Agung Semarang melalui pengembangan Gereja lokal sebagai persekutuan paguyuban-paguyuban murid Kristus (PP KKM KAS ps. 3.1).
Sebagai pembantu Uskup yang diprogramkan dan dilakukan oleh Bidang Edukasi MMM PAM terutama menjamin terlaksananya gerakan partisipasi warga Katolik pada kerasulan Gereja (ps. 5). Dalam hal ini ada ada tiga macam bidang kerasulan yang menjadi perhatian MMM PAM (ps. 8) :
* Penumbuhan dan pengembangan iman umat pada umumnya;
* Pengembangan iman anak dan remaja;
* Pengembangan panggilan imam dan hidup bakti.
Pengembangan iman Kristiani dilakukan dengan tiga pegangan pokok: Kitab Suci, pedoman-pedoman dan tradisi Gereja, dan perkembangan situasi hidup dan budaya setempat (tanda-tanda zaman). Dalam hal ini MMM PAM ditempatkan sebagai salah satu dari tradisi Gereja, tetapi di Keuskupan Agung Semarang memiliki makna historis yang ikut membentuk warisan nilai-nilai iman sehingga terjadi ungkapan dan perwujudan Gereja lokal seperti sekarang. Di sini Bidang Edukasi bertugas menggali nilai-nilai warisan karya misi dari benda-benda koleksi yang dipandang memiliki makna pengembangan misioner untuk masa kini.
Dalam pelaksanaan tugas menggali nilai-nilai warisan misioner tersebut, Bidang Edukasi berupaya menjalankannya dengan model narasi kerakyatan, dalam arti tidak memakai pendekatan sistematis-akademis. Hal ini tidak berarti Bidang Edukasi mengesampingkan pendapat ahli dan buku-buku dalam perpustakaan. Semua (kisah-kisah lisan, pendampat ahli, buku-buku) diramu dan dikemas dalam olahan yang animatif (menyentuh lubuk hati) bagi pengunjung dan atau kelompok bina yang datang di MMM PAM. Kata animatif berasal kata Latin "anima" yang berarti jiwa. Maka tampilan segar dan menggembirakan menjadi ciri utama untuk mengusung pesan-pesan iman yang terkandung dalam benda-benda koleksi. Nyanyian, doa, yel-yel dan apa saja yang mampu menyentuh hati amat dihargai di dalam karya Bidang Edukasi.
Bidang Edukasi siap melayani :
* Pendampingan pengembangan semangat misioner untuk pengurus, penggerak, dan
kelompok-kelompok Gerejawi;
* Pendampingan kelompok-kelompok kecil untuk ambil bagian dan pengembangan
jemaat.
Koleksi
Koleksi Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner berupa : Kayu, Tekstil, Kertas, Kulit, Bambu, Emas, Perak, Perunggu, Kuningan, Batu, Keramik, Kaca, Lukisan.
Lokasi Museum
Jalan Kartini 3, Muntilan 5641, Magelang - Jawa Tengah
Telp. (0293) 5505816.
Peta
Transportasi
Jarak tempuh dari Bandar udara : + 30 Km (candi Sucipto)
Jarak tempuh dari Pelabuhan Laut : + 100 Km (Semarang)
Jarak tempuh dari Terminal Bus : 3 Km
Jarak tempuh dari Stasiun KA : + 30 Km (Yogjakarta)
Jadwal Kunjung
Senin - Jum'at : 08.00 - 15.00
Sabtu : 08.00 - 12.00
Minggu/hari libur : kesepakatan dulu
Harga Karcis Masuk
Tidak dipungut biaya
Fasilitas
Luas Tanah / Luas Bangunan : 1.092 m2 / 923.25 m2
- Ruang Pameran Tetap
- Ruang Pameran Temporer
- Ruang Auditorium
- Ruang Perpustakaan
- Ruang Penyimpanan Koleksi
- Ruang Bengkel/Preparasi
- Ruang Administrasi
- Kantin/Cafetaria
- Toilet
- Hall
Organisasi
Jumlah Pegawai 12 orang
- Kurator : 3 orang
- Konservator : 2 orang
- Bimbingan Edukasi : 3 orang
- Tenaga Administrasi : 2 orang
- Kolektor : 1 orang
- Keamanan/Cleaning : 1 orang
Program Museum
Pameran Khusus, Museum Keliling, Seminar, Penyuluhan, Penelitian, Penerbitan.
Sumber :
http://www.museum-indonesia.net
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |