Pendahuluan
Tujuan dibangunnya Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat adalah sebagai Museum Sejarah Perjuangan Rakyat Jawa Barat. Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat dikenal oleh masyarakat dengan istilah “Monju” (Monumen Perjuangan). Monju memiliki koleksi yang peristiwa-peristiwa kesejarahan di wilayah Jawa Barat yang ditata di ruangan pameran tetap. Koleksi berupa diorama-diorama dan relief-relief kesejarahan Jawa Barat. Akan tetapi koleksi tersebut sangat kurang memadai dan hingga sekarang koleksinya belum bertambah.. Monju belum mengelola koleksi, merawat, dan memublikasikan koleksi secara optimal.
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1995 menyatakan museum mempunyai tugas pokok menyimpan, merawat, dan memanfaatkan benda-benda bukti hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa. ICOM (International Council of Museums) telah merumuskan definisi museum yaitu lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, yang memperoleh, merawat, mengkomunikasikan dan memamerkan, untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan dan kesenangan, barang-barang pembuktian manusia dan lingkungannya. Oleh karena itu bagaimana agar Monju dapat melaksanakan tugas dan fungsi sebagai museum? Upaya-upaya apa yang harus dilakukan Monju?. Berdasarkan hal tersebut maka kami akan mencoba mencari solusi bagi permasalahan tersebut dan diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pengelola Monju.
Pembahasan
Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat terletak di Jalan Dipati Ukur No. 48, Kota Bandung. Lokasinya berhadapan dengan Gedung Sate dan di depan Kampus Universitas Padjadjaran (Unpad), Kota Bandung. Monumen berdiri di atas tanah seluas ± 72.040 m² dan luas bangunan ± 2.143 m². serta model bangunannya, berbentuk bambu runcing yang dipadukan dengan gaya arsitektur modern. Monumen diresmikan penggunaanya oleh Gubernur Jawa Barat, R. Nuriana pada tanggal 23 Agustus 1995.
Monju memiliki koleksi hanya berupa 7 buah diorama pada ruang pameran tetap, dan tidak sebanding dengan luas ruangan pameran tetap, sehingga banyak area pameran tetap yang masih kosong belum terisi koleksi. Ada pun koleksi diorama pada ruang pameran tetap tersebut adalah:
1. Diorama Perjuangan Sultan Agung Tirtayasa Bersama Rakyat Menentang Kolonial Belanda Tahun 1658
2. Diorama Partisipasi Rakyat Dalam Pembangunan Jalan di Sumedang
3. Diorama Perundingan Linggarjati 1946
4. Diorama Bandung Lautan Api 24 Maret 1946
5. Diorama Long Mach Siliwangi Januari 1949
6. Diorama Konfrensi Asia Afrika di Bandung 1955
7. Diorama Operasi Pagar Betis (Operasi Brata Yuda) 1962.
Di samping itu terdapat relief pada bagian dinding depan Monju. Relief ini menceritakan sejarah perjuangan rakyat Jawa Barat mulai dari masa kerajaan, masa pergerakan, masa kemerdekaan, dan masa mempertahankan kemerdekaan dalam melawan penjajahan baik Belanda, Inggris dan Jepang.
Selain itu Monju dilengkapi pula oleh ruang audiovisual, dan ruang perpustakaan yang akan digunakan sebagai sarana dalam memberikan informasi sejarah perjuangan rakyat Jawa Barat bagi pengunjung. Akan tetapi untuk bahan informasi melalui audiovisual masih belum memadai. Monju juga mempunyai halaman yang luas, mushola, dan toilet yang nyaman untuk memberikan pelayanan bagi pengunjung.
Monumen adalah bangunan dan tempat yang mempunyai nilai sejarah yang penting karena itu dipelihara dan dilindungi oleh Negara. Dengan demikian Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat adalah bangunan dan tempat yang mempunyai nilai sejarah perjuangan bangsa khususnya dalam merebut, menegakkan, membela, dan mempertahankan, serta mengisi kemerdekaan Republik Indonesia. Hal tersebut menimbulkan pertanyaan, apakah peristiwa bersejarah yang telah terjadi di lokasi monumen ini?. Apakah peristiwa sejarah tentang perjuangan para pemuda dalam mempertahankan Gedung Sate terhadap tentara NICA? Menginggat lokasi Monju dan Gedung Sate berdekatan, mungkin dapat menjadi salah satu alternatif bahwa lokasi Monju mempunyai peristiwa sejarah perjuangan yang memiliki nilai-nilai kepahlawanan.
Dari nama “Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat”, jelas bahwa museum ini juga merupakan tempat penting yang bertujuan dapat mengungkapkan dan menjelaskan berbagai hal menyangkut sejarah perjuangan kemerdekaan, baik dalam perjuangan menegakkan, membela, dan mempertahankan proklamasi kemerdekaan RI, maupun dalam perjuangan menentang kehadiran dan usaha Belanda yang hendak memulihkan kembali kedudukan kekuasaan pemerintah kolonial Belanda di wilayah Jawa Barat. Selain itu juga bertujuan untuk mengungkapkan dan menjelaskan peran para pejuang dan peristiwa-peristiwa sejarah perjuangan bangsa di wilayah ini.
Monju diharapkan dapat bermanfaat bagi rakyat pada umumnya yaitu:
1. Menanamkan semangat persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
2. Membangkitkan semangat nasionalisme dan kebanggaan nasional
3. Melestarikan jiwa dan semangat kepahlawanan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
4. Menanamkan keteladanan bagi generasi penerus dalam kesinambungan perjuangan bangsa mengisi kemerdekaan
5. Menyajikan informasi kesejarahan di kalangan masyarakat pada umumnya.
Monju memiliki peran yang cukup signifikan sebagaimana tersebut di atas, oleh karena itu perlu diupayakan peningkatannya sebagai berikut:
1. Membuat Visi dan Misi Monju sesuai dengan Visi dan Misi Propinsi Jawa Barat, kesejarahan Jawa Barat dan definisi Museum. Melalui visi dan misi dapat dirumuskan apa yang diharapkan dan yang akan dilakukan oleh Monju. Oleh karena itu perlu kerjasama dari berbagai kalangan pemerintahan, akademisi, dan masyarakat/LSM sehingga dirumuskan visi dan misi Monju. Visi dan Misi ini akan menjadi acuan pengelolaan Monju.
2. Monju harus menambah koleksi melalui pembelian dalam bentuk benda realia atau pembuatan replika, pembuatan diorama, dan pencetakan dokumentasi foto kesejarahan. Oleh karena itu perlu diprogramkan kegiatan pembelian atau pembuatan replika koleksi yang dimiliki masyarakat. Selain juga masyarakat dapat menitipkan koleksinya di Monju agar koleksi itu terpelihara namun tetap disebutkan nama penyumbang koleksi benda cagar budaya tersebut. Menambah jumlah diorama dan mencetak foto kesejarahan sebagai bahan materi pada ruang pameran tetap Monju.
3.
Koleksi pada ruang pameran tetap Monju, apabila bertambah jumlahnya perlu di tata ulang dengan mempertimbangan estetika, sarana dan prasarana pameran, pencahayaan, sirkulasi udara dan arus pengunjung. Sekarang ini sirkulasi udara pada ruangan-ruangan dalam monju kurang memadai sehingga udara dalam ruangan panas dan baunya apek (kurang enak). Menata koleksi pada ruangan
smoking area pameran tetap perlu bekerjasama dengan kurator museum, sejarawan, disain interior atau arsitektur, sehingga penataan koleksi, estetika, sirkulasi udara, dan sinar/cahaya akan dapat mencegah kerusakan koleksi dan memberikan kenyamanan bagi pengunjung.
4. Membuat atau pengadaan bahan dokumentasi visual. Membuat dokumentasi merupakan kegiatan mendokumentasikan kegiatan Monju dalam hal pengadaan koleksi, konservasi, penataan pameran, dan publikasi koleksi melalui rekaman film. Sedang pengadaan adalah pembelian dokumentasi film tentang museum lainnya dan pengelolaannya. Kedua dokumentasi visual ini dapat digunakan untuk bahan publikasi kepada masyarakat dan dapat ditayangkan di Ruang Audivisual.
5. Sosialisasi Monju mengenai koleksi museum dan pengelolaanya dapat dilakukan melalui undangan ke sekolah-sekolah di Kota/Kab. Jawa Barat untuk berkunjung ke pameran tetap monju, sosialisasi ke sekolah-sekolah, penyelenggaraan pameran temporer, berbagai lomba tingkat pelajar, ceramah, seminar, lokakarya, penerbitan leaflet, dan lainnya. Bahkan mengalang kerjasama lintas sektoral dengan berbagai instansi pemerintah, swasta maupun asing dalam berbagai kegiatan.
6. Meningkatkan SDM Museum melalui keikutsertaan pada diklat-diklat, pendidikan formal, seminar, dan lokakarya tentang permuseuman.
Monju sejak April 2010 dikelola oleh Balai Pengelolaan Kepurbakalaan, Sejarah dan Nilai Tradisional (BPKSNT), Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Jawa Barat. Dengan demikian mengelola, mengembangkan dan memanfaatkan Monju agar dapat berguna bagi masyarakat Jawa Barat merupakan salah satu tugas BPKSNT selain pengelolaan kepurbakalaan, sejarah dan nilai tradisional Jawa Barat. Dengan demikian Monju sebagai tempat perlindungan, pelestarian dan penginformasiaan koleksi museum kepada masyarakat agar masyarakat lebih mengenal sejarah bangsanya dan diharapkan tumbuh rasa nasionalisme bangsa Indonesia.
Pepatah mengatakan bahwa ‘tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta’, pepatah ini sangat mengena sekali dengan kesadaran masyarakat yang kurang perhatian dengan keberadaan museum. Semoga upaya peningkatan Monju dapat menjadikan masyarakat menjadi lebih mengenal dan mencintai sejarah dan memperkokoh rasa kebangsaan, serta meningkatnya apresiasi masyarakat dengan berkunjung ke museum-museum. (Heni Fajria Rif’ati, Pegawai BPKSNT, Disparbud Jabar)