|
|
|
|
Mitos Asal-usul “Padas Bajul” Sungai Keting Tanggal 10 Jul 2018 oleh Deni Andrian. |
Menurut Sukatman mitos adalah cerita yang bersifat simbolik dan suci yang mengisahkan serangkaian cerita nyata ataupun imajiner yang berisi asal usul dan perubahan alam raya da dunia, dewa-dewa, kekuatan supranatual, pahlawan, manusia dan masyarakat tertentu[1].
Oleh karena itu, kebenaran akan suatu mitos bisa diperdebatkan kebenarannya. Salah satu bentuk mitos adalah mitos asal-usul, yaitu mitos yang mengisahkan asal mula atau awal dari segala sesuatu (munculnya) benda-benda yang ada, setelah alam ini diciptakan.
Mitos Padas Bajul yang ada di sungai Keting (desa Keting), Kecamatan Jombang Kabupaten Jember termasuk dalam mitos asal usul. Padas Bajul adalah sebutan yang diberikan oleh masyarakat desa Keting untuk sebuah batu yang ada di tengah sungai. Padas Bajul berasal dari bahasa Jawa, padas = batu cadas, bajul = buaya. Diberi nama seperti itu karena batu cadas yang ada di tengah sungai tersebut sekilas mirip dengan bentuk buaya yang sangat besar.
Berikut ini kisah asal usul Padas Bajul tersebut:
Sungai Keting merupakan pertemuan dua sungai, yaitu sungai Jatiroto (Jember) dan sungai Bondoyudo (Lumajang).Masing-masing sungai dihui oleh hewan penguasa. Buaya dari sungai Bondoyudo, dan Ular Raksasa di sungai Jatiroto. Kedua hewan ini sama-sama ingin menjadi ikan.
Mereka bisa menjadi ikan jika sampai di laut, maka berlombalah mereka menuju laut selatan. Perlombaan di mulai dari pertemuan Sungai Bondoyudo dan Sungai Jatiroto. Ternyata yang sampai terlebih dahulu di laut adalah ular.
Alih-alih menjadi ikan, ular ini justru disabda menjadi batu oleh Tuhan karena menyalahi kodratnya sebagai ular. Begitu juga dengan si Buaya. Meskipun belum sampai di laut, baru sampai di desa Keting Buaya juga dikutuk menjadi batu.
Sampai sekarang sekarang, buaya tersebut masih belum mau menerima kekahalan. Meskipun sudah dikutuk menjadi batu, Padas Bajul tersebut masih bergerak menuju pantai selatan dengan sangat lamban.[2]
Ada pula versi cerita yang mengaitkan Padas Bajul dan Watu Ulo. Ular yang sampai ke laut selatan akhirnya dikutuk dan menjadi batu yang posisinya ada di Kecamatan Ambulu. Namun, versi ini tidak kuat karena jarak antara muara sungai Keting dan pantai Watu Ulo sangat jauh.
Terlepas dari benar tidaknya, ada pesan nilai yang bisa diambil dari cerita tersebut, Yaitu: makhluk tidak boleh menyalahi kodrat. Kodratnya sebagai buaya dan ular, jika ingin menjadi makhluk yang lain, bisa dikutuk jadi batu oleh Yang Maha Kuasa.
Mari gali kekayaan lokalitas untuk kearifan intelektualitas!
Karena Jember juga berbudaya!
[1] Sukatman, Dr. 2011. Mitos dalam Tradisi Lisan Indonesia. Jember: Center for Society Studies (CSS) hlm. 1.
[2] Diramu ulang dari cerita yang dituturkan oleh Najib Abdillah, warga Kencong.
Sumber muntijo. wordpress .com/2013/01/19/mitos-padas-bajul/
Sumber: https://www.facebook.com/giuseppemezza.pranacitra/posts/mitos-asal-usul-%E2%80%9Cpadas-bajul%E2%80%9D/719136584819218/
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |