|
|
|
|
Menilik Sejarah dan Keunikan Jalan Pecinan Suryakencana Bogor Tanggal 08 Aug 2018 oleh OSKM18_16618189_IRFAN NAUFAL. |
Jalan-jalan ke Bogor rasanya belum lengkap jika belum mencicipi kuliner khas Bogor. Salah satu tempat dimana kita bisa menemukan berbagai macam kuliner khas Bogor adalah di Jalan Suryakencana. Kita bisa menemukan soto, laksa, sate, cungkring, dan makanan khas lainnya yang saying bila dilewatkan. Selain itu, banyak juga toko-toko dan pasar yang membuka bisnisnya di jalan ini. Jalan yang tegak lurus dengan Kebun Raya Bogor ini mempunyai sejarah yang menarik untuk disimak.
Sebenarnya, Jalan Suryakencana adalah bagian kecil dari jalan yang membentang panjang dari Anyer hingga Panarukan. Tentu kita masih ingat hal itu merupakan salah satu program kerja Gubernur Jendral Daendels pada tahun 1808 yaitu de Groote Postweg atau Jalan Pos. Jalan Pos 1000 km ini melintasi berbagai kota di Pulau Jawa seperti Jakarta (Batavia), Bandung, Cirebon, Surabaya, dan lainnya. Dalam pembangunannya, jalan ini memakan korban ribuan pekerja pribumi yang mati karena dipekerjakan secara paksa dan keji.
Pada tahun 1905, jalan ini dikenal sebagai sebuah pusat perekonomian kota sehingga diberi nama Handelstraat. Hal inilah yang menjadi cikal bakal Jalan Suryakencana. Handelstraat sendiri mempunyai arti Jalan Perniagaan dan dipilih sebagai daerah sentral masyarakat Etnis Tionghoa di Bogor (Buitenzorg). Hal ini tidak terlepas dari Wijkenstelsel yang dilakukan pemerintah, yaitu pembagian zona daerah berdasarkan etnis. Mungkin kita pernah berpikir mengapa etnis Tionghoa senang sekali berdagang. Salah satu penyebabnya adalah kebijakan ini. Karena etnis Tionghoa tidak boleh memiliki tanah di pedesaan pada zaman itu, maka mereka memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara berdagang. Maka dari itu, sampai sekarang pun Jalan Suryakencana sebagian besar dihuni dan dimanfaatkan sebagai tempat berjualan oleh bangsa Indonesia yang merupakan keturunan etnis Tionghoa.
Di bagian utara kawasan ini pada zamannya adalah sebuah pasar yang bernama Pasar Baroe atau Pasar Bogor yang merupakan pasar tertua di Bogor. Pasar ini dilengkapi dengan bangunan cagar budaya yaitu Klenteng Hok Tek Bio (Vihara Dhanagun) yang dipakai sebagai tempat beribadah serta perayaan hari besar. Cagar budaya lainnya terletak di belakang Pasar Bogor. Terdapat Hotel Pasar Baroe yang dibangun pada tahun 1800-an. Hotel ini dibangun bersamaan dengan dua hotel tersohor di kota ini. Berasitektur Indies yang dipadukan dengan corak Eropa dan Tionghoa, dahulu bangunan ini menjadi priadona para pelancong dari etnis Tionghoa, Eropa, Arab, atau bahkan Pribumi pada saat itu. Namun, semuanya kini sudah terkena dampak modernisasi sehingga jauh dari perhatian dan penanganan dari berbagai pihak yang bertanggung jawab. Tempat yang dulunya pasar tradisional sekarang sudah berpindah. Pasar tradisional itu telah berubah menjadi Plaza Bogor dan pasar tradisional tadi berada di bagian belakang gedung. Dimulai tahun 1950, nama Handelstraat telah diubah oleh pemerintah Kota Bogor menjadi Suryakencana sehingga sekarang lebih dikenal sebagai Kawasan Pecinan Suryakencana.
Jalan Pecinan Suryakencana memiliki berbagai nilai sejarah dan kebudayaan yang dapat kita cermati. Pemerintah Kota Bogor bersama PU-PERA memerlihatkan nilai pluralisme yang tergabung atas kebudayaan Tionghoa dan budaya Sunda. Hal itu terlihat dari gerbang depan jalan ini yang diberi nama “Gerbang Lawang Suryakencana”. Gerbang ini sangat unik karena mengadopsi dari berbagai kebudayaan masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Kita dapat melihat salah satunya dari bagian atas Gerbang Lawang yang tertambat sebuah Kujang, senjata tradisional khas Sunda. Keunikan lainnya adalah Gerbang Lawang Suryakencana ini dijaga oleh dua patung berwujud macan. Kenapa macan? Simbol macan dipilih karena simol macan merupakan symbol dari Kerajaan Sunda terbesar yang bernama Kerajaan Pajajaran. Warna putih menggambarkan seorang raja yang dihormati oleh Suku Sunda yang bernama Prabu Siliwangi. Sedangkan macan warna putih dipilih sebagai penyeimbang warna putih tadi. Sesuai dengan dilosofi Tionghoa, yaitu Yin dan Yang.
#OSKMITB2018
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |