Sudah pernahkah Anda berkunjung ke Kota Jogjakarta? Ada banyak tempat wisata di Kota Pelajar ini. Salah satunya yaitu Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Di area Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat terdapat suatu area yang luas dan dikenal sebagai alun-alun. Terdapat dua alun-alun yaitu Alun-Alun Lor (Utara) dan Alun-Alun Selatan (Kidul).
Pernahkah Anda melihat adanya Pohon Beringin kembar di area Alun-Alun Kidul? Biasanya wisatawan atau pelancong dari luar kota maupun dalam kota mencoba untuk berjalan melintasi kedua Pohon Beringin kembar tersebut dengan mata tertutup kain hitam. Apabila berhasil diyakini bahwa semua permintaan kita akan terkabulkan dan kita dijauhkan dari mara-bahaya. Hal yang mudah? Tentulah tidak. Hanya sedikit orang yang bisa berjalan melintasi kedua Pohon Beringin kembar tersebut. Biasanya orang-orang akan berjalan miring menjauhi lintasan yang seharusnya dilewati. Orang yang berhasil melewati Pohon Beringin kembar tersebut diyakini memiliki hati yang bersih dan lapang. Kegiatan itu disebut Masangin.
Masangin sudah ada sejak zaman Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Pada waktu itu Masangin dilakukan pada tradisi “Topo Bisu” saat Malam Satu Suro. Abdi Dalem dan Para Prajurit Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat melakukan tradisi “Topo Bisu” dengan mengelilingi benteng dan mereka tidak diperkenankan untuk berbicara satu kata pun. Mereka lalu berjalan dari halaman Keraton menuju pelataran Alun-Alun melewati kedua Pohon Beringin kembar tersebut. Hal tersebut diyakini untuk “Ngalap Berkah” dan meminta perlindungan dari serangan musuh. Diyakini bahwa jika tentara koloni melewati kedua Pohon Beringin tersebut, kekuatan mereka akan sirna atau hilang.
#OSKMITB2018
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang