Masjid Ramlie Musofa
Saat sampai di Masjid Ramlie Musofa, Jl. Danau Sunter Raya, pesona bangunan masjid yang berwarna putih dan megah langsung terlihat. Sudah banyak pengunjung lain yang sedang berfoto-foto di masjid yang megah ini.
Baik di depan masjid, di area halaman masjid, di tangga masjid yang menuju tempat salat, di dekat beduk, di depan piagam peresemian, di dalam masjid, hingga di tempat berwudhu.
Masjid satu ini memang di setiap sudutnya sangat menggoda untuk berfoto-foto. Di dinding pagar, ada tulisan surat Al Qariah. Di dinding sisi kanan dan sisi kiri tangga menuju tempat salat ada tulisan ayat-ayat dalam surat Al Fatihah, yang dilengkapi dengan terjemahan bahasa Indonesia dan aksara China.
Pantas saja di buku tamu, tidak sedikit para pengunjung menuliskannya sebagai wisata religi di masjid yang keindahan bentuknya diserupakan dengan Taj Mahal. Di dalam masjid tiga lantai yang memiliki delapan pilar dengan langit-langit masjid yang terletak di tengahnya bertuliskan surat Al A'la dan tulisan Asmaul Husna.
Bagian dalam masjid Ramlie Musofa (dok.windhu) Bagian dalam masjid Ramlie Musofa (dok.windhu)
Ada dua lift yang bisa membawa penumpang, terutama yang memiliki keterbatasan fisik alias difabel. Masjid Ramlie Musofa memang ramah bagi difabel, lansia, dan orang hamil. Bahkan toiletnya pun ada yang langsung ditujukan untuk difabel. Hal itu bisa tampak di depan toilet dan lift.
Suatu hal yang masih belum banyak ditemukan di masjid-masjid lain. Ah, saya jadi ingat seorang kawan yang pernah stroke dan merindukan adanya masjid-masjid yang ramah difabel di Jakarta. Tidak membuat kesulitan untuk mencapai ruang salat yang biasanya melalui tangga. Seandainya di datang ke masjid seperti ini pasti sangat bahagia.
Hal yang menarik adalah saat di tempat wudhu, yang dilengkapi dengan gambar dan tata cara gerakan dalam tiga bahasa. Di tempat wudhu yang bisa dilakukan sembari duduk ini, di dindingnya tertera doa wudhu.
Masjid yang di atas kubahnya bertuliskan Allah ini, diresmikan Minggu 15 Mei 2016 oleh Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Dr H Nasarudin Umar, MA. Pemiliknya adalah H Ramli Rasidin, seorang mualaf.
Toilet Masjid Ramlie Musofa yang ramah difabel (dok.windhu) Toilet Masjid Ramlie Musofa yang ramah difabel (dok.windhu)
Masjid Ramlie Musofa cukup mudah dijangkau dengan kendaraan umum, terutama dari halte Trans Jakarta Sunter Kelapa Gading dan dilanjutkan dengan ojek online hanya beberapa menit saja. Masjid buka setiap hari untuk siapapun yang ingin berkunjung untuk salat dan berwisata religi mulai dari subuh, hingga pukul 21.30.
Sumber : https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/riapwindhu/5b31234fab12ae56477da6e5/dari-ramlie-musofa-ke-babah-alun-hingga-berakhir-di-jakarta-islamic-centre
Bahan-bahan 4 orang 2 bungkus mie telur 4 butir telur kocok 1 buah wortel potong korek api 5 helai kol 1 daun bawang 4 seledri gula, garam, totole dan merica 1 sdm bumbu dasar putih Bumbu Dasar Putih Praktis 1 sdm bumbu dasar merah Meal Prep Frozen ll Stok Bumbu Dasar Praktis Merah Putih Kuning + Bumbu Nasi/ Mie Goreng merica (saya pake merica bubuk) kaldu jamur (totole) secukupnya kecap manis secukupnya saus tiram Bumbu Pecel 1 bumbu pecel instant Pelengkap Bakwan Bakwan Kriuk bawang goreng telur ceplok kerupuk Cara Membuat 30 menit 1 Rebus mie, tiriskan 2 Buat telur orak arik 3 MAsukkan duo bumbu dasar, sayuran, tumis hingga layu, masukkan kecap, saus tiram, gula, garam, lada bubuk, penyedap, aduk hingga kecap mulai berkaramel 4 Masukkan mie telur, kecilkan / matikan api, aduk hingga merata 5 Goreng bakwan, seduh bumbu pecel 6 Siram diatas mie, sajikan dengan pelengkap
Wisma Gadjah Mada terletak di Jalan Wrekso no. 447, Kelurahan Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma Gadjah Mada dimiliki oleh Universitas Gadjah Mada yang dikelola oleh PT GAMA MULTI USAHA MANDIRI. Bangunan ini didirikan pada tahun 1919 oleh pemiliknya orang Belanda yaitu Tuan Dezentje. Salah satu nilai historis wisma Gadjah Mada yaitu pada tahun 1948 pernah digunakan sebagai tempat perundingan khusus antara pemerintahan RI dengan Belanda yang diwakili oleh Komisi Tiga Negara yang menghasilkan Notulen Kaliurang. Wisma Gadjah Mada diresmikan oleh rektor UGM, Prof. Dr. T. Jacob setelah di pugar sekitar tahun 1958. Bangunan ini dikenal oleh masyarakat sekitar dengan Loji Cengger, penamaan tersebut dikarenakan salah satu komponen bangunan menyerupai cengger ayam. Wisma Gadjah Mada awalnya digunakan sebagai tempat tinggal Tuan Dezentje, saat ini bangunan tersebut difungsikan sebagai penginapan dan tempat rapat. Wisma Gadjah Mada memiliki arsitektur ind...
Bangunan ini dibangun tahun 1930-an. Pada tahun 1945 bangunan ini dibeli oleh RRI Yogyakarta, kemudian dilakukan renovasi dan selesai tanggal 7 Mei 1948 sesuai dengan tulisan di prasasti yang terdapat di halaman. Bangunan bergaya indis. Bangunan dilengkapi cerobong asap.
Awal mula hadirnya Gereja Klepu sebagai tempat peribadatan bermula dari didirikannya sekolah tingkat dasar untuk rakyat. Sekolah tingkat dasar pertama didirikan oleh Rm. Strater, SJ, seorang misionaris Jesuit, pada tahun 1912. Latar belakang pendirian sekolah ini ialah adanya keprihatinan terhadap tingginya jumlah penduduk pribumi yang masih buta huruf. Umat Katolik awal berasal dari orang-orang yang bekerja sebagai kuli di perkebunan tebu milik tuan-tuan berkebangsaan Belanda. Para kuli yang sudah di sekolahkan akan naik pangkat menjadi mandor. Pastor F. Strater, SJ mengajar mereka untuk membaca dan menulis. Sebagian dari mereka yang tertarik dengan iman Kristiani kemudian memeluk agama Katolik. Sebulan sekali mereka mengikuti magang di Kotabaru. Baptisan pertama terjadi pada tahun 1916. Thomas Sogol dari Kaliduren menjadi orang pertama yang dibaptis. Selang 3 tahun setelah baptisan pertama, pada tahun 1919 baru ada satu orang lagi yang dibaptis. Kemudian tahun 1921, terdapat sat...
Candi Pembakaran berada di kompleks Ratu Boko, dimana kita dapat melihatnya setelah melewati gerbang ke-2 dan berada sekitar 30 m ke arah kiri. Dari kejauhan kita akan meliahat satu bentuk candi yang hanya berupa batur dan kaki dilengkapi dengan tangga di arah barat tanpa adanya pintu dan atap. Bila meniti tangga dan sampai di atas pada ujung tangga terdapat semacam sisa gerbang di kedua sisi yang tidak terlalu tinggi. Diamati lebih mendetail, gerbang ini pun memiliki terusan yang menjadi pagar keliling dimana kita bisa melihatnya dengan mengikuti sisa penguncian di sisi lantai.