×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Cerita Rakyat

Elemen Budaya

Cerita Rakyat

Provinsi

Maluku Utara

Asal Daerah

Maluku Utara

Marijuanga

Tanggal 26 Nov 2018 oleh Riani Charlina.

Alkisah, di pulau yang terpencil di pedalaman hutan Gunung Sali hiduplah keluarga kecil yang terdiri atas satu orang perempuan dan dua orang laki-laki. Kedua orang tua mereka telah tiada setelah mereka beranjak dewasa. Pakaian mereka compang-camping. Mereka bertiga sering kekurangan makanan karena menanti panen hasil kebun. Tidak makan dua atau tiga hari atau seminggu adalah hal yang biasa bagi mereka bertiga. 

Mata pencaharian mereka adalah melaut dan berkebun. Biasanya, kakak laki-laki yang pertama dan kedua pergi ke laut untuk menjaring ikan. Alat-alat yang disiapkan adalah bubu dan jaring. Sementara itu, saudara perempuan mereka pergi ke kebun untuk menanam ubi dan ketela. Setelah itu, ia bermain-main di hutan areal kebun mereka untuk mencari sayuran dan apa saja yang bisa dimakan dan dibawanya pulang untuk mengganjal perut. Itulah kehidupan mereka sehari-hari. 

Pada suatu ketika saat matahari mengeluarkan cahaya penerang kepada alam pada pagi hari, dua orang kakak beradik yang laki-laki menyiapkan peralatan untuk pergi melaut mencari ikan. Sejak beberapa hari ini tangkapan ikan makin menurun. Mereka tidak mengetahui apa yang menjadi penyebabnya. Padahal, jika air surut, ikan-ikan bermain-main di pesisir laut di Pulau Sali. Akan tetapi, mereka tidak berusaha mencari sebab-musabab keanehan tersebut. Justru mereka hanya pasrah menerima rezeki yang telah dikaruniakan oleh Tuhan kepada mereka. Namun, mimpi indah yang timbullewat pesona yang ditanamkan dalam benak kedua bersaudara itu adalah "semoga hari ini tidak sama dengan hari esok dan mudah-mudahan ikan di hari ini tangkapannya lebih ban yak dari hari kemarin". Mereka berharap, jikalau hasil tangkapannya banyak, mereka dapat menukamya dengan garam, beras, serta keperluan pokok mereka sehari-hari.

Pada pagi hari yang sama, adik perempuan yang sulung pergi ke kebun untuk melihat umbi dan ketela yang ditanam pada berapa bulan yang lalu. Sang gadis berharap agar umbi dan ketela yang ditanam dapat memberikan hasil yang ban yak. Perlengkapan yang dibawa ke kebun adalah parang (peda) dan keranjang (seloi). 

Ia melangkahkan kaki dengan ringan sambil membaca Basmallah dan keluar melalui pintu dapur menuju jalan kebunnya. Di wajahnya tampak seperti ada mendung membenamkan diri di ujung barat. Ribuan binatang kelaparan terbang berbondong-bondong mencari makanan di kejauhan, dengan sangat bersemangat mengais rezeki setelah malam hingga pagi bergelantungan di gua-gua yang gelap dan pengap. 

Untuk memenuhi keingintahuannya yang menggebugebu, ia berjalan dengan cepat menuju arah kebunnya. Sambil tersenyum, gadis itu pun tiba di kebun yang diimpikannya. Setibanya di kebun, ia pergi menuju rumah panggung yang dibuatnya. Sebagai langkah awal, setelah masuk di areal tanaman, ia menziarahi dan menjenguk terlebih dahulu rumah sebagai salah satu persyaratan masuk di areal tanaman (sareat). 

Waktu berjalan serasa makin cepat. Matahari pun memberi tanda bahwa waktu siang telah tiba. Udara pun makin panas, tetapi angin bertiup amat kencang. Rasa kantuk yang menyerang gadis ini tiada dapat ditahannya lagi. Rasa kantuk dan capek ikut menyerangnya. Oleh karena itu, tanpa sadar ia pun tergeletak dan terlelap di atas lantai kayu. Mungkin saja ia telah terbang ke alam mimpi. Suasana kembali hening. Hanya terdengar suara dengus napas gadis ini. Mungkin karena mulutnya terbuka lebar, napasnya dapat keluar dengan bebas lepas. Sementara itu, suara kokok beberapa ayam jantan yang diasuhnya terdengar nyaring bersahut-sahutan. Dengan riang ayam-ayam jantan itu seolah-olah menyambut datangnya matahari siang. Sang gadis pun terbangun dan terkejut bukan kepalang, setelah mendengar kokok a yam jantan. 

"Hmmmm, segar sekali ... ," gumam gadis cantik itu sambil mengusap wajahnya dengan air yang berada di dalam ember. 

Setelah itu, ia pun ban gun. Lalu mengambil parang dan keranjang. Sambil melihat cerahnya matahari siang yang menghiasi tanaman yang ditanamnya, ia bergegas melangkahkan kaki menuju tanaman pohon ubi dan ketela. Mulutnya berkomat-kamit memohon kepada Tuhan agar ubi dan ketela yang ditanamnya dapat memberi hasil yang sangat banyak.

Tampak raut wajah gadis cantik ini berubah segar ketika melihat umbi dan ketela berbuah lebat dan gemuk. Senandung alunan bait-bait kata pun tak henti-hentinya ia ucapkan. 

"Syukur allhamdulillah," ucapnya sebagai rasa syukur atas rezeki yang diberikan Allah swt. "Nah, aku harus segera mengambil hasil ubi dan ketela ini untuk makan malam."

Dengan semangat tinggi, ia pun langsung mengambil ubi dan ketela yang dimasukkan ke dalam keranjang.

Tanpa menunggu lebih lama, gadis ini pun berjalanmeninggalkan halaman kebun dan menuju ke arah utara untuk melihat seruas bambu yang merupakan sebuah tempat beradu di siang hari. Matahari bersinar terang. Burung-burung terbang ke sana kemari menyanyikan pujian kepada alam raya. Akan tetapi, wajah cantik gadis ini diliputi rasa ingin tahu pada seruas bambu tersebut.

Dengan sangat berhati-hati, ia pun merangkak naik di atas batang pohon kelapa dan memotong salah satu seruas pohon bambu itu. Kemudian ia membelah bambu tersebut. Tiba-tiba bambu yang dibelah tadi mengeluarkan darah dan di dalamnya terdapat dua butir telur ayam.

"Ya Allah," ucapnya spontan dan dilanjutkan dengan alunan zikir "astagfirullah".

"Apakah ... apakah saya tidak sedang bermimpi? Mengapa tiba-tiba ada darah dan ada dua butir telur ayam di dalam bambu ini? Siapa yang menyimpannya?"

Dengan nada ketakutan yang menggebu-gebu, ia pun meyakinkan dirinya sendiri.

"Agaknya mimpiku ini bukan sekadar mimpi di siang hari bolong. Namun, mimpiku ini telah menjadi sebuah kenyataan," gumam gadis cantik ini. Cadis tersebut benar-benar takjub.

"Ya Tuhan. Engkau sungguh Maha Bijaksana dan Pemurahkepada hamba-Mu," puji sang gadis sambil menengadahkan kedua tangannya di atas bambu yang dibelahnya. Matanya berkaca-kaca. Mulutnya pun berkomat-kamit tiada hentinya menyebut kebesaran Tuhan.

"Kalau memang ini adalah titipan rezeki untuk hambaMu, maka akan saya bawa pulang telur ayam ini."

Dengan gerakan yang cepat, ia langsung menyimpan telur tersebut di dalam baju yang dipakainya. Setelah itu, gadis cantik ini pergi ke kebun untuk mengambil ubi dan ketela yang sebelumnya sudah disiapkan di dalam keranjang. Berapa menit kemudian, tibalah ia di panggung rumah kebunnya. Sambil menyiapkan barang-barang yang akan dibawa pulang, ia pun selalu berfikir atas keanehan tadi.

Udara masih terasa dingin di kulit. Kegelapan belum sima. Dari pagi hari tidak tampak langit berawan. Gadis cantik ini pun meninggalkan halaman kebun menuju jalan pulang ke rumahnya. Tidak terasa ia pun tiba di rumahnya. Setelah sampai di rumah, dikupaslah ubi dan ketela. Setelah dikupas, kemudian dicuci. Setelah itu, baru dimasaknya. Sambi! menyiapkan makanan yang akan dimakan pada malam nanti, tidak terasa ubi dan ketela yang direbus tadi sudah ma tang. Dia sangat bergembira jika mereka dapat menikmati makanan dari usaha hasil kebunnya.

Setelah berapa bulan, ketiga bersaudara ini berkumpul sambil bercerita tentang kehidupan keluarga kecil mereka. Dengan rasa kekeluargaan yang membanggakan dan membahagiakan, saudara perempuan mereka lalu menceritakan apa yang didapatkannya di kebun pada beberapa bulan yang silam.

"Kakanda, berapa bulan yang lalu saya memberanikan diri pergi ke kebun sendirian. Tujuannya adalah untuk mengambil ketela dan ubi yang telah kita bertiga tanam. Setelah saya menyiapkan ubi dan ketela di dalam keranjang, saya langsung pergi menuju seruas bambu yang ada di dekat areal kebun kita. Dengan rasa ingin tahu, saya langsung memotong salah satu pohon bam bu. Tiba-tiba bambu itu mengeluarkan darah. Anehnya lagi ada dua butir telur ayam di dalam bambu tersebut. Langsung dengan cepat saya simpan di dalam baju yang saya pakai. Hanya saja saya sudah lupa dan tidak terpikirkan lagi dengan apa yang sudah saya alami pada waktu itu."

Mendengar penuturan itu, kedua saudara laki-laki pun merasa kaget dan heran atas apa yang dialami adiknya. Tanpa menunggu waktu, mereka berdua langsung hendak memeriksa telur yang disimpan di dalam baju yang dipakai adiknya. Temyata dua butir telur ayam tersebut sudah raib secara gaib. Akhimya, mereka bertiga melupakan kejadian yang diceritakan oleh adik perempuannya, terutama ten tang telur dari dalam seruas bambu.

Setelah berapa bulan telur terse but raib, gadis cantik itu pun hamil. Kedua saudara laki-lakinya heran. Kakak lakilaki pertamanya langsung dengan nada tegas memanggil adik perempuannya.

"Adinda!"

"Ya," jawab adiknya singkat. Tampaknya ia takut dengan peristiwa yang dialaminya. Dengan langkah gontai adik perempuan kesayangan mereka pun menuju kedua saudara laki-lakinya.

"Ada apa, Kakanda? Mengapa Kakanda memanggil Adinda dengan nada yang tegas?"

"Kakanda ingin tahu, siapa yang menghamili adinda?" Adiknya hanya dapat menjawab dengan cerita tentang apa yang telah didapatinya di kebun paqa beberapa bulan silam.

Setelah kedua saudara laki-laki ini kembali mendengarkan cerita adiknya, mereka tidak percaya dengan keajaiban itu. Karena menurut logika mereka, tidak mungkin adik perempuannya hamil melalui raibnya telur ajaib terse but. Pasti ada sesuatu yang tidak beres di dalam keluarga kecil ini. Sebab, tidak ada laki-laki lain yang menghuni di pulau ini terkecuali mereka bertiga.

Timbullah kecurigaan di antara kedua bersaudara lakilaki ini. Suasana keluarga yang sebelumnya diterangi cahaya kebahagiaan, tiba-tiba berubah menjadi sating menuduh dan mengakibatkan perkelahian antara kakak beradik.

Karena merasa malu, kecewa, dan tidak sanggup memikul tanggung jawab dalam hal melindungi adik perempuan mereka, keduanya berkelahi dari rumah hingga lautan. Rasa kasih sayang dalam keharmonisan keluarga pun hilang dalam sekejap ditelan emosi dan lumuran darah. Keduanya berkelahi dengan sangat sengit. Hingga sejauh itu belum tampak siapa yang lebih unggul di antara keduanya.

Karena tidak ada yang kalah dan tidak yang menang, di tempat perkelahian di lautan itu kedua bersaudara tersebut ingin mengakhirinya dengan bersumpah. Memohon agar Yang Kuasa berkehendak lain dan mengubah tubuh mereka menjadi batu. Mereka berdua bersepakat bahwa tanggung jawab yang diamanahkan kepada mereka berdua sebagai kaum laki-laki untuk menjaga saudara perempuannya yang masih gadis, telah gagal. Mereka pun memberanikan diri untuk melawan tantangan hidup yang ditakdirkan oleh Tuhan Yang Mahakuasa.

Kakak laki-laki pertama berdiri dan bersumpah, "Kalau memang betul bukan saya yang menghamili adik kita, izinkanlah saya untuk berubah menjadi batu."

Ajaib. Sumpah yang diucapkan dengan lantang itu langsung terkabul. Berubahlah ia menjadi batu besar.

Melihat kakak laki-laki pertama telah berubah menjadi batu, dan itu berarti ia tidak bersalah, kakak laki-laki kedua pun merasa bersalah. Padahal, ia juga bukan pelaku yang membuat adik perempuannya menanggung aib. Maka ia pun niatkan untuk bersumpah seperti kakaknya, berdiri di depan batu besar penjelmaan kakaknya.

"Kalau betul bukan saya juga yang menghamili saudara perempuan kami, maka izinkanlah saya berubah menjadi batu seperti kakak saya."

Pada waktu yang bersamaan dengan selesainya kalimat terakhir sumpahnya, ia pun berubah menjadi batu kecil. Batu kecil dan batu besar itu pun berdiri saling berhadapan. Tempatnya di bagian utara Desa Koititi, Kecamatan Gane Barat.

Apabila, setiap kapal yang lew at di areal batu kecil dan batu, salah satu penumpang atau awak kapal diwajibkan memberikan sedekah dengan cara melemparkan uang logam ke dalam air. Jika tidak, di dalam pe:rjalanan kapal dipercaya akan mengalami arus yang begitu deras hingga menimbulkan kecelakaan. Konon, hal itu disebabkan oleh batu kecil dan batu besar sebagai bukti perkelahian antara dua orang laki-laki kakak beradik.

Setelah kedua kakaknya berubah menjadi batu kecil dan batu besar, adik perempuan yang hamil tanpa diketahui siapa yang menghamilinya itu pun tidak sanggup menghadapi kenyataan. Perasaan bingung itu semakin kuat setelah kedua saudaranya tiada. Ia pun merasa malu dan bersedih. Maka, dengan segera ia pun naik ke atas perahu yang biasa dipakai oleh kedua saudaranya melaut. Setelah itu, langsung ia mendayung ke tengah lautan, kemudian bermohon dan berdoa kepada Tuhan.

"Kalau memang betul kehamilan saya ini bukan akibat dari perbuatan man usia, maka lebih baik ubahlah wujud saya menjadi batu seperti kedua kakandaku tadi daripada saya menanggung malu."

Maka dalam seketika berubahlah wujudnya dan perahu yang didayungnya tadi menjadi batu yang disebut marijuanga. Kata marijuanga berasal dari dua kata dasar mari dan juanga. Mari artinya batu, sedangkan juanga artinya perahu.

Selain itu, juanga bisa berarti pula cahaya. Hal ini disebabkan pada waktu siang hari, ketika air laut surut, batu marijuanga timbul dan dikelilingi oleh pasir putih. Dari kejauhan terlihat cahaya yang mengelilingi batu tersebut. ltulah batu cahaya (marijuanga).

Nilai harga diri merupakan pembinaan terhadap individu agar ia menjadi orang yang bertanggung jawab dan mempunyai harga diri yang mulia, mengakui keunggulan orang lain, menjaga kehorrnatan, dan tidak merasa dirinya lebih dari orang lain. Kebenaran dan keberanian dapat mengalahkan kemungkaran. Inilah sifat yang dirniliki oleh ketiga bersaudara itu. Mereka tidak pemah takut kepada apa dan siapa asalkan berada di pihak yang benar. Untuk membuktikan kebenarannya, mereka memberanikan diri memohan kepada Tuhan agar mengubah wujud mereka menjadi batu.

Kepercayaan terhadap cerita Marijuanga dapat memengaruhi tingkah laku masyarakat asli suku Cane Barat. Mereka memperhatikan larangan yang berhubungan dengan alur cerita ini. Misalnya, diwajibkan kepada seorang anak lakilaki untukmelindungi saudara perempuannya. Pertengkaran belum tentu dapat menyelesaikan suatu masalah. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, kita wajib bersyukur kepada-Nya dan percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi di atas bumi adalah kehendak-Nya.

 

sumber: http://repositori.kemdikbud.go.id/3043/1/Kisah%20Boki%20Dehegila%20Antalogi%20Cerita%20Rakyat%20Maluku%20Utara%202011.pdf

DISKUSI


TERBARU


Ulos Jugia

Oleh Zendratoteam | 14 Dec 2024.
Ulos

ULOS JUGIA Ulos Jugia disebut juga sebagai " Ulos na so ra pipot " atau pinunsaan. Biasanya adalah ulos "Homitan" yang disimp...

Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...