×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Tulisan

Provinsi

Sulawesi Selatan

Asal Daerah

Pangkajene dan Kepulauan

Manre-Anre di Tanah Jatie

Tanggal 09 Aug 2015 oleh Muhammad Ardi.

Manre-Anre di Tanah Jatie

Pangkajene dan Kepulauan atau dikenal dengan Pangkep, merupakan miniatur Negara Indonesia menurut kacamata Bapak Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo. Mengapa demikian ? karena kondisi geografis wilayahnya yang terdiri atas wilayah pegunungan, daratan dan lautan (kepulauan). Pangkep juga adalah kabupaten yang berhasil merukunkan dua suku dari dua kerajaan besar, Bugis (Bone) dan Makassar (Gowa).

Jika diperhatikan dari segi tradisi dan budaya, maka kondisinya sama dengan yang berlaku di dua suku itu. Baik itu pada tradisi perkawinan, hukum, adat istiadat dan lain sebagainya. Hingga kini, Pangkep mencatatkan diri masih menjalankan tradisi utama dalam menjalani kehidupan sosial budayanya. Salah satunya “Mappalili” atau acara turun sawah. Namun, di daerah ini terdapat dua versi yang berbeda dalam pelaksanaannya. Pertama, Labakkang. Di mana suku dan tradisi yang berlaku di sini adalah suku Makassar. Dalam pelaksanaan mappalili ini ditangani oleh dewan adat yang diketuai oleh ‘Pinati’ yang kemudian menunjuk seorang keturunan karaeng (raja) untuk menjadi Karaeng Siallo (raja sehari). Beda halnya di daerah segeri, yang suku dan tradisi yang berlaku adalah Bugis. Maka pelaksanaan Mappalili sepenuhnya ditangani oleh para ‘Bissu’. Bissu ini penampilannya menyerupai perempuan saat pelaksanaan turun sawah.

Bukan hanya ‘mappalili’ yang tetap dilaksanakan oleh masyarakat Pangkep. Acara serupa ‘Mappadendang’ atau acara pesta panen raya juga masih dilaksanakan walau hanya dilakukan di  beberapa daerah (kampung). Beda halnya Mappalili, yang dilakukan oleh dua suku besar. Salah satunya adalah Kampung Jatie, desa Kassiloe Kecamatan Labakkang. Desa ini terletak di sebelah timur wilayah kecamatan Labakkang. Di mana tradisi yang berlaku adalah adat Bugis.

Setiap tahun, pasca panen raya. Masyarakat Jatie akan menyepakati hari penting untuk melaksanakan acara syukuran. Masyarakat menyebutnya ‘Manre-Anre’ (Baca: Acara Makan). Di mana setiap masyarakat yang terlibat akan membawa hidangan dari hasil pertanian dan peternakannya. Mereka berkumpul di satu tempat dan dipimpin satu orang ketua adat.

Setia Sesajen terlebih dahulu didoakan keberkahan oleh ketua adat di atas gubuk kecil. Lalu kemudian dihidangkan di pelataran. Setelah semua rangkaian doa-doa selesai dibacakan barulah semua masyarakat berkumpul bersama untuk menyantap beragam sajian khas di kampung ini.

 

Dalam rangkaian tradisi ini, ada bagian yang paling ditunggu-tunggu. Yakni, Perlombaan menangkap hewan ternak (ayam). Beberapa keluarga yang ikut dalam acara ini juga membawa 1 hingga 2 ekor ayam untuk didoakan keberkahan, setelah itu dilepas dan masyarkat yang hadir akan berlomba-lomba menangkapnya. Mereka meyakini ayam-ayam itu memiliki keberkahan.

 

Tradisi ini ditutup dengan acara makan bersama di pelataran lokasi pelaksanaan ‘Manre-Anre’. Setelah selesai, Masyarakat kembali ke rumah masing-masing. Beberapa masyarakat ada juga yang masih tinggal untuk sekadar bercengkerama dan bahkan saling mengajak untuk mengadu ayam tangkapannya, Sabung Ayam.

Suku Bugis-Makassar lekat dengan tradisi sabung ayam sejak dulu. Namun, kebiasaan ini menjadi kebiasaan buruk. Karena masyarkat menjadikannya media perjudian yang tentunya merugikan orang. Walau pada kenyataannya masih dilaksanakan dengan alasan bahwa masih merupakan rangkaian tradisi ‘Manre-Anre’.

Tulisan ini memuat Tradisi yang masih dilaksanakan tiap tahun oleh masyarakat Jatie, Desa Kassiloe, Kecamatan Labakkang, Pangkep, Sulawesi Selatan.

DISKUSI


TERBARU


Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

Refleksi Realit...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Refleksi Keraton Yogyakarta Melalui Perspektif Sosiologis

Manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Adanya manusia menjadi penyebab munculnya kebudayaan. Kebudayaan sangat penting dalam k...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...