Manre-Anre di Tanah Jatie
Pangkajene dan Kepulauan atau dikenal dengan Pangkep, merupakan miniatur Negara Indonesia menurut kacamata Bapak Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo. Mengapa demikian ? karena kondisi geografis wilayahnya yang terdiri atas wilayah pegunungan, daratan dan lautan (kepulauan). Pangkep juga adalah kabupaten yang berhasil merukunkan dua suku dari dua kerajaan besar, Bugis (Bone) dan Makassar (Gowa).
Jika diperhatikan dari segi tradisi dan budaya, maka kondisinya sama dengan yang berlaku di dua suku itu. Baik itu pada tradisi perkawinan, hukum, adat istiadat dan lain sebagainya. Hingga kini, Pangkep mencatatkan diri masih menjalankan tradisi utama dalam menjalani kehidupan sosial budayanya. Salah satunya “Mappalili” atau acara turun sawah. Namun, di daerah ini terdapat dua versi yang berbeda dalam pelaksanaannya. Pertama, Labakkang. Di mana suku dan tradisi yang berlaku di sini adalah suku Makassar. Dalam pelaksanaan mappalili ini ditangani oleh dewan adat yang diketuai oleh ‘Pinati’ yang kemudian menunjuk seorang keturunan karaeng (raja) untuk menjadi Karaeng Siallo (raja sehari). Beda halnya di daerah segeri, yang suku dan tradisi yang berlaku adalah Bugis. Maka pelaksanaan Mappalili sepenuhnya ditangani oleh para ‘Bissu’. Bissu ini penampilannya menyerupai perempuan saat pelaksanaan turun sawah.
Bukan hanya ‘mappalili’ yang tetap dilaksanakan oleh masyarakat Pangkep. Acara serupa ‘Mappadendang’ atau acara pesta panen raya juga masih dilaksanakan walau hanya dilakukan di beberapa daerah (kampung). Beda halnya Mappalili, yang dilakukan oleh dua suku besar. Salah satunya adalah Kampung Jatie, desa Kassiloe Kecamatan Labakkang. Desa ini terletak di sebelah timur wilayah kecamatan Labakkang. Di mana tradisi yang berlaku adalah adat Bugis.
Setiap tahun, pasca panen raya. Masyarakat Jatie akan menyepakati hari penting untuk melaksanakan acara syukuran. Masyarakat menyebutnya ‘Manre-Anre’ (Baca: Acara Makan). Di mana setiap masyarakat yang terlibat akan membawa hidangan dari hasil pertanian dan peternakannya. Mereka berkumpul di satu tempat dan dipimpin satu orang ketua adat.
Setia Sesajen terlebih dahulu didoakan keberkahan oleh ketua adat di atas gubuk kecil. Lalu kemudian dihidangkan di pelataran. Setelah semua rangkaian doa-doa selesai dibacakan barulah semua masyarakat berkumpul bersama untuk menyantap beragam sajian khas di kampung ini.
Dalam rangkaian tradisi ini, ada bagian yang paling ditunggu-tunggu. Yakni, Perlombaan menangkap hewan ternak (ayam). Beberapa keluarga yang ikut dalam acara ini juga membawa 1 hingga 2 ekor ayam untuk didoakan keberkahan, setelah itu dilepas dan masyarkat yang hadir akan berlomba-lomba menangkapnya. Mereka meyakini ayam-ayam itu memiliki keberkahan.
Tradisi ini ditutup dengan acara makan bersama di pelataran lokasi pelaksanaan ‘Manre-Anre’. Setelah selesai, Masyarakat kembali ke rumah masing-masing. Beberapa masyarakat ada juga yang masih tinggal untuk sekadar bercengkerama dan bahkan saling mengajak untuk mengadu ayam tangkapannya, Sabung Ayam.
Suku Bugis-Makassar lekat dengan tradisi sabung ayam sejak dulu. Namun, kebiasaan ini menjadi kebiasaan buruk. Karena masyarkat menjadikannya media perjudian yang tentunya merugikan orang. Walau pada kenyataannya masih dilaksanakan dengan alasan bahwa masih merupakan rangkaian tradisi ‘Manre-Anre’.
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja
Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...