|
|
|
|
Mangongkal Holi Tanggal 10 Sep 2014 oleh Hasnatul_dina . |
Bagi suku Batak khususnya Batak Toba, mangongkal holi dohot manangkokhon saring-saring (menggali tulang belulang dan meninggikan posisi tulang-belulang) adalah salah satu bentuk penghormatan kepada orang tua yang sudah meninggal dunia. Yang dimaksudkan dengan manangkokhon saring-saring tu dolok na timbo tu batu na pir adalah setelah tulang belulang orang tua tersebut digali dari dalam tanah, kemudian ditempatkan di tempat yang sudah disediakan terlebih dahulu. Pada zaman dahulu ditempatkan di bukit bebatuan, akan tetapi sesuai dengan perkembangan zaman dibentuk sedemikian rupa dengan bahan batu dan semen kemudian ditempatkan paling atas dari bangunan tersebut. Tak ada yang tahu tepat sejak kapan upacara ini diadakan. Masyarakat meyakini tradisi ini sudah ada sejak dahulu kala bahkan sebelum agama masuk ke tanah Batak. Tradisi ini lahir karena kepercayaan nenek moyang dengan arwah leluhur. Mereka percaya bahwa ketika orang meninggal maka dia punya sahala atau kekuatan yang memengaruhi kehidupan keluarganya. Maka dilakukanlah sebuah upacara mangongkal holi sebagai wujud penghormatan. Tujuannya untuk mendapat berkat. Diyakini bahwa tradisi ini merupakan bentuk transformasi dari sarkofagus atau kubur batu. Dengan dorongan sosial dan spiritual, tradisi ini berlanjut hingga sekarang. Namun, setelah masuknya agama ke tanah Batak, khususnya agama Kristen, niat melaksanakan ritual ini bukan lagi atas kepercayaan pada roh. Penghormatan terhadap orang tua yang tertuang dalam hukum taurat kelima menjadi alasan utama tradisi ini dijalankan. Ritual dulu dan sekarang berbeda. Kalau dulu, penentuan hari baik untuk penggalian ditentukan oleh dukun. Pada saat penggalian, makanan-makanan kesukaan yang meninggal ditaruh dalam kuburan. Hal ini dilakukan sebagai upaya membujuk roh supaya tulang-belulangnya mudah ditemukan. Seiring waktu berjalan, cara berpikir masyarakat pun banyak berubah. Sekarang segala ritual yang terkait dengan animisme sudah ditiadakan. Penentuan hari penggalian dilakukan berdasarkan kesepakatan semua anggota keluarga. Sebelum dilakukan penggalian, dilakukan ibadah singkat yang dipimpin pihak gereja. Acara mangongkal holi merupakan acara terbesar dalam adat Batak. Acara ini paling banyak melibatkan anggota keluarga karena setiap menggali, keturunan mereka harus diundang semua. Keluarga yang lama tidak bertemu bisa dipersatukan dalam acara ini. Keluarga yang terpisah dan tersebar di perantauan kembali berkumpul mengangkat tulang-belulang orang tua mereka. Kesatuan keluarga memiliki arti penting dalam kesuksesan acara. Diyakini kalau keluarga sudah tak satu dari awal, bisa terjadi hal yang tidak diinginkan dalam acara. Secara umum, acara mangongkal holi berlangsung tiga hari, dari proses penggalian hingga acara adat. Selama tiga hari itu, keluarga harus menyediakan makanan dan memotong babi serta kerbau. Tak ada syarat khusus supaya bisa melakukan mangongkal holi. Tidak juga menjadi sebuah kewajiban untuk menyelenggarakannya. Pun begitu, bagi keluarga yang sudah melaksanakan upacara ini akan mendapat prestise tersendiri di mata masyarakat. Karena biaya untuk upacara ini bisa sampai ratusan juta, maka keluarga yang melakukan biasanya berasal dari kalangan yang sudah mapan.***
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |