|
|
|
|
Makan Bejamba #DaftarSB19 Tanggal 12 Feb 2019 oleh Ignatiaivani . |
Hai Sobat Budaya, apakah kalian sudah pernah dengar Tradisi Makan Bejamba ? Yap, pastinya kalian belum tahu kan. Nah, kali ini saya ingin memperkenalkan Tradisi Makan Bejamba kepada kalian.
Makan Bejamba pertama kali berasal dari Koto Gadang, kabupaten Agam, Sumatera Barat dan keberadaannya sudah ada sejak agama Islam masuk ke Minangkabau sekitar abad ke-7. Oleh karena itu, adab-adab yang ada dalam tradisi ini umumnya didasarkan pada ajaran Islam terutama Hadits. Beberapa adab dalam tradisi ini di antaranya adalah seseorang hanya boleh mengambil apa yang ada di hadapannya setelah mendahulukan orang yang lebih tua mengambilnya.
Makan bajamba atau dapat disebut makan barapak merupakan tradisi makan yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabau dengan duduk bersama-sama di dalam suatu ruangan atau tempat yang telah ditentukan. Tradisi ini umumnya dilangsungkan pada hari-hari besar agama Islam dan dalam berbagai upacara adat, pesta adat, dan pertemuan penting lainnya. Makan bajamba dimaknai dengan tradisi makan bersama memunculkan rasa kebersamaan tanpa melihat perbedaan status sosial.
Makan bajamba diadakan dalam ruangan yang telah ditentukan, dan umumnya diikuti oleh lebih dari puluhan hingga ribuan orang yang kemudian dibagi dalam beberapa kelompok. Suatu kelompok biasanya terdiri dari tiga sampai tujuh orang yang duduk melingkar dan di setiap kelompok telah tersedia satu suap yang di dalamnya terdapat sejumlah piring yang ditumpuk berisikan nasi dan berbagai macam lauk. Biasanya, lauk pauk disajikan berupa rendang daging, gulai ayam, asam padeh daging, terong balado, perkedel, dan lain-lain. Biasanya nasi dan lauk disediakan dalam satu nampan atau pinggan besar. Makan bajamba seringkali diawali dengan berbagai kesenian Minang, kemudian pembukaannya dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur'an hingga acara berbalas pantun.
Cara melakukannya dengan nasi diambil sesuap saja dengan tangan kanan yang ditambah lauk pauk. Lalu, nasi dimasukkan ke mulut dengan cara dilempar dalam jarak yang dekat. Saat tangan kanan menyuap nasi, tangan kiri telah ada di bawahnya untuk menghindari kemungkinan tersebarnya nasi. Jika ada nasi yang jatuh di tangan kiri, harus dipindahkan ke tangan kanan dan dimasukkan ke mulut dengan cara yang sama. Tujuan makan dengan cara tersebut agar nasi yang hendak masuk ke mulut bila tercecer tidak jatuh ke piring, sehingga yang lain tidak merasa jijik untuk memakan nasi yang ada dalam piring secara bersama-sama. Selain itu, posisi duduk juga harus tegap atau tidak membungkuk dengan cara bersimpuh (basimpuah) bagi perempuan dan bersila (baselo) bagi laki-laki. Kemudian setelah selesai, tidak ada lagi nasi yang tersisa di piring, dan makanan yang disediakan wajib dihabiskan.
Tepat, 1 Desember 2006, penyelengaraan makan bajamba yang dilaksanakan dalam rangka memperingati HUT ke-123 kota Sawahlunto tercatat dalam Museum Rekor Indonesia sebagai acara makan bersama terbanyak dan terpanjang, karena diikuti oleh 16.322 orang.
Tradisi Makan Bejamba akan tetap diselenggarakan guna mempererat dan menjalin kebersamaan antar masyarakat Minangkabau. Dengan demikian akan tercipta kerukunan di Minangkabau.
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |