Semasa ayahku duduk di bangku Sekolah Dasar pada era 80an, di masa teknologi hp, internet, bahkan TV belum merajalela. Ada sebuah permainan yang sering dimainkan di sore hari atau jika sedang libur sekolah suka dimainkan oleh anak-anak saat pagi hari. Permainan ini terkenal dengan maen keong, sesederhana namanya permaainan ini hanya membutuhkan keong.
Prinsip permainan ini adalah mengadu kecepatan keong untuk keluar dari kubangan air, permainan ini dimainkan minimal oleh 2 orang dan maksimal 5-6 orang tergantung besar arena. Setiap orang membawa 1 keong andalannya untuk bertanding.
Arena permainannya pun harus dibuat terlebih dahulu dengan menggali tanah berbentuk setengah bola kurang lebih berdiameter 30-40cm dan kedalaman ±20cm. Tekan dinding-dinding arena agar tanah galian lebih rapat. Isi galian tanah tadi dengan air jangan sampai penuh, sisakan ruang ±5cm dari permukaan tanah.
Cara memainkan permainan ini adalah setiap anak harus menyiapkan 1 keong andalannya yang akan diikutsertakan dalam permainan ini. Dari seluruh pemain ditunjuk 1 orang sebagai pengocok, dia bertugas mengumpulkan semua keong dari seluruh pemain di telapak tangannya, jika sudah semua keong terkumpul dia akan menutup semua keong nya dengan telupuk tangannya satu lagi lalu mengocoknya, dan menaruhnya dalam arena permainan yang telah dibuat sebelumnya. Keong yang dianggap pemenang adalah keong yang paling cepat keluar dari air dan mencapai permukaan tanah. Belum dianggap pemenang bila masih ada bagian tubuh keong yang tercelup air. Pemenang dari permainan ini akan mendapatkan keong dari seluruh pemain lain yang kalah. Yang menjadi seru adalah cara setiap anak untuk mengingat keong mana yang ia miliki. Terkadang anak-anak lupa dan mengaku- ngaku keong dialah yang menjadi pemenangnya. Kata ayahku bahkan jika ada anak yang menang secara terus menerus terkadang ia sekali-kali dicurangi oleh pengocok dengan menekan keongnya agar masuk kedalam cangkangnya dan akhirnya kalah.
Dalam permainan ini anak-anak yang sering menjadi pemenang akan memiliki keong dengan jumlah yang banyak. Keong-keong ini pun bisa diperjualbelikan kembali, dalam menjual keong pun tidak asal semua keong memiliki harga sama, tetapi semakin cepat rekor keong tersebut maka semakin mahal harganya. Keong keong ini pun tidak dibiarkan begitu saja tapi dipelihara dengan membuat sangkar/wadah yang terbuat dari bambu berbentuk balok dan diberi makan dengan tebu. Selain itu keong keong ini pun biasa dilatih terlebih dahulu untuk mengetahui kemampuan setiap keong sebelum dimainkan bersama teman-teman.
Permainan ini secara tidak langsung banyak mengajarkan nilai-nilai positif. Seperti belajar berbisnis di usia dini, ketelatenan dalam merawat dan melatih keong, melatih daya ingat dan sportivitas anak-anak. Masih banyak lagi permainan tradisional yang banyak mengajarkan hal-hal positif yang mulai pudar dimakan oleh kemajuan teknologi. Semoga kita sebagai kaum milenial dapat melestarikan kembali permainan-permainan tradisional khas Indonesia.
#OSKMITB2018
Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...
Goa Jepang yang berada di kawasan wisata Kaliurang ini merupakan salah satu goa buatan peninggalan pada masa penjajahan Jepang. Goa yang dibangun pada tahun 1942-1945 ini merupakan tempat perlindungan tentara Jepang dari para tentara sekutu pada masa itu. Goa Jepang di Kaliurang ini memang memiliki fungsi yang berbeda dengan Goa Jepang di daerah Berbah yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan senjata dan bom. Goa yang terletak di Bukit Plawangan ini memiliki 25 goa buatan yang satu sama lain memiliki ruang penghubung masing-masing. Sebelum menuju goa ini, dari pintu masuk Nirmolo, pengunjung harus berjalan melalui jalan setapak terlebih dahulu kurang lebih 45 menit. Setelah sampai di area Goa Jepang, pengunjung akan dipandu oleh pemandu wisata yang akan dengan senang hati menjelaskan sejarah dan cerita mengenai goa jepang ini. Dengan dijelaskannya sejarah mengenai seluk beluk goa jepang, para pengunjung pun selain menikmati wisata sejarah, diharapkan juga mendapat pengetahuan leb...
Lokasi Pusat Universitas Gadjah Mada memiliki bangunan cagar budaya Gedung Pusat Universitas Gadjah Mada yang merupakan cikal bakal sarana pendidikan pertama dalam bentuk kompleks bangunan yang dirancang secara khusus dengan pola tata ruang simetris. Lokasi ini merupakan tempat kegiatan pembeIajaran/pendidikan tinggi pertama kali di Indonesia yang dibangun setelah kemerdekaan pada tahun 1951, lokasi ini juga merupakan bukti sejarah perhatian pemerintah Republik lndonesia pada peletakan batu pertama universitas oleh Presiden Republik Indonesia Ir. Soekarno. Lokasi pusat Universitas Gadjah Mada memiliki struktur dan pola ruang yang memiliki kemiripan dengan konsep ruang arsitektur Jawa Kraton Kasultanan Yogyakarta. Salah satu cirinya adalah orientasi arah dan Ietak bangunan pada garis poros imajiner dengan dua arah ke Utara dan Selatan meskipun mengalami perubahan dari rencana semula. Awalnya. konsep pintu masuk utama dari arah utara melalui gerbang di tengah Arboretum, menuju Balairung...
Monumen Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia Mandala Bhakti Wanitatama merupakan kompleks dengan beberapa bangunan, yaitu Balai Srikandi, Balai Utari, Wisma Sembodro Lama, Wisma Sembodro Baru, Wisma Arimbi, Balai Shinta, Balai Kunthi, TK Karya Rini, dan SMK Karya Rini. Semua bangunan dikelola oleh Yayasan Hari Ibu Kowani. Dari beberapa bangunan tersebut ada dua bangunan yang mempunyai nilai penting bagi Yayasan Hari Ibu Kowani, yaitu Balai Srikandi dan Balai Utari.
Pada tanggal 2 Januari 1949 pasukan Belanda yang bermarkas di Watuadeg diserang pasukan KODM Pakem pimpinan Letda Asropah dan pasukan TP pimpinan Kapten Martono. Pasukan Belanda lari ke arah selatan, sampai di dusun Cepet jam 06.30 dihadang pasukan Subadri dari Gatep. Pertempuran terjadi sampai jam 10.00 wib. Korban dari pihak Belanda 4 orang. Kemudian pada tanggal 11 Januari 1949 terjadi pertempuran kembali antara Tentara Republik dengan pasukan Belanda. Dalam pertempuran ini gugur 2 orang dari Tentara Republik, yaitu : Letda Kasijan. Agen Polisi Soekardjo. Alamat : Cepet, Purwobinangun, Pakem