Konon, pada zaman dulu matahari berjumlah 10 buah, sehingga suhu bumi pun panas luar biasa. Pada saat itu, ada seorang satria ahli memanah. Ia lalu menolong umat manusia yang kepanasan, dengan memanah jatuh sembilan matahari, dan menyisakan satu buah matahari untuk kehidupan manusia. Atas jasanya tersebut, Satria diangkat menjadi raja. Tapi, sayang ia kemudian menjadi raja yang kejam.
Ketika diangkat menjadi raja, Satria belum menikah.
Pada suatu malam, ia bertemu dengan Dewa Pengatur Jodoh. Kata Dewa, pernikahannya masih lama, karena jodohnya masih anak-anak.
Dewa itu lalu memperlihatkan di atas awan beberapa anak perempuan kecil sedang bermain. Salah seorang di antaranya adalah calon istri Satria. Melihat hal itu, Satria marah sekali karena dianggapnya sebagai penghinaan. Maka ia mengambil busur dan anak panah untuk memanah anak perempuang tersebut.
Karena kesaktiannya, anak panah itu tepat mengenai dadanya, tapi untungnya jiwa anak tersebut bisa tertolong.
Beberapa tahun kemudian, Satria pun menikahi anak perempuan itu yang sekarang telah tumbuh menjadi seorang putri cantik. Namun setelah menikah, istrinya sering mengalami sakit pada bagian dada. Ruanya, hal itu akibat luka anak panah Satria yang pernah mengenainya sewaktu ia kecil dulu.
Demi mengetahui hal itu, istrinya jadi amat kecewa. Maka ia pun memutuskan untuk memakan obat dewa, yang membuat tubuhnya menjadi ringan dan melayang ke bulan serta bermukim di bulan.
Setelah kepergian istrinya ke bulan, Satria menyesal dan kemudian bertobat menjadi orang yang baik dan mengundurkan diri sebagai raja. Atas kesungguhan tobatnya, Dewa pun kemudian menyuruhnya tinggal di matahari.
Maka sejak peristiwa itu, secara bergantian matahari dan bulan menerangi bumi siang dan malam.
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang