Batu Kuwung adalah sebuah obyek wisata pemandian air panas yang terletak sekitar 32 km arah selatan Serang, Provinsi Banten, Indonesia. Batu kuwung berarti batu cekung, yaitu sebuah batu berbentuk cekung yang dapat mengeluarkan air panas. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, keberadaan sumber mata air panas ini disebabkan oleh sebuah peristiwa ajaib yang pernah terjadi di daerah itu.
“Ampun, Tuan! Sudilah kiranya Tuan memberi Hamba makanan dan pakaian. Sudah dua hari hamba belum makan,” iba pengemis itu sambil menunduk di depan sang Saudagar.
“Hai, dasar pemalas! Enak saja kau meminta-minta kepadaku!” bentak saudagar kaya itu. Pengawal! Usir pengemis hina ini dari sini!” serunya seraya mendorong pengemis itu.
“Hai, Saudagar kaya yang sombong dan kikir! Bersiap-siaplah untuk menerima balasan yang setimpal. Kamu akan merasakan betapa pedihnya menjadi orang miskin,” ujar pengemis itu.
“Ah, ada-ada saja pengemis itu. Aku takkan mungkin menjadi miskin, karena hartaku sudah sangat melimpah,” ucap sang Saudagar dengan angkuhnya.
“Pengawal! Cepat kemari tolong aku!” teriaknya dengan suara keras.
- “Apa yang terjadi dengan Tuan?” tanya seorang pengawalnya.
- “Entahlah! Tiba-tiba kakiku tidak dapat kugerakkan,” jawab sang Saudagar sambil memegang kedua kakinya.
“Pengawal! Umumkan kepada seluruh warga bahwa siapa pun yang mampu menyembuhkan aku dari kelumpuhan ini, dia akan aku berikan setengah dari harta kekayaanku,” ujar sang Saudagar.
“Wahai, Pengemis! Tolonglah aku! Hanya kamulah harapanku satu-satunya yang dapat menyembuhkan penyakitku ini,” iba sang Saudagar.
“Begini, Tuan! Aku tahu penyebab kelumpuhanmu. Semua ini terjadi karena sifatmu yang kikir dan sombong,” ujar si Pengemis.
- “Jika benar yang kamu katakan itu, bagaimana cara menyembuhkannya?” tanya saudagar kaya itu penasaran.
- “Jika ingin sembuh dari kelumpuhan ini, Tuan harus memenuhi tiga syarat,” ujar si Pengemis.
- “Apapun syaratnya, aku berjanji akan memenuhinya. Asalkan penyakitku dapat dsembuhkan,” jawab sang Saudagar.
- Pertama, sang Saudagar harus merubah sifat sombong dan kikirnya;
- Kedua, ia harus pergi ke kaki Gunung Karang untuk bertapa di atas sebuah Batu Cekung selama tujuh hari tujuh malam, tanpa makan dan minum;
- Ketiga, ia juga harus berjanji untuk memberikan setengah harta kekakayaannya kepada warga miskin setelah ia sembuh dari kelumpuhannya. Sang Saudagar pun bersedia untuk memenuhi persyaratan tersebut.
“Pengawal! Bawa aku naik ke atas batu itu!” seru sang Saudagar.
“Oh, terima kasih Tuhan! Engkau telah menyembuhkan kaki Hamba,” saudagar itu mengucap syukur.
Vila Van Resink adalah bangunan cagar budaya berbentuk vila yang terletak di Jalan Siaga, Kalurahan Hargobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemilik awal vila ini adalah Gertrudes Johannes "Han" Resink, seorang anggota Stuw-groep , sebuah organisasi aktif pada Perang Dunia II yang memperjuangkan kemerdekaan dan pembentukan negara demokratis Hindia Belanda. Bangunan tersebut dibangun pada masa pemerintah Hindia Belanda sebagai bagian dari station hill (tempat tetirah pada musim panas yang berada di pegunungan) untuk boschwezen dienst (pejabat kehutanan Belanda). Pada era Hamengkubuwana VII, kepengelolaan Kaliurang (dalam hal ini termasuk bangunan-bangunan yang berada di wilayah tersebut) diserahkan kepada saudaranya yang bernama Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Mangkubumi. Tanah tersebut lantas dimanfaatkan untuk perkebunan nila, tetapi kegiatan itu terhenti kemudian hari karena adanya reorganisasi pertanian dan ekonomi di Vors...
Gereja Kristen Jawa (GKJ) Pakem Kertodadi adalah salah satu gereja di bawah naungan sinode Gereja Kristen Jawa, yang terletak di Jalan Kaliurang km. 18,5, Padukuhan Kertadadi, Kalurahan Pakembinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Awal mula pertumbuhan jemaat gereja ini berkaitan dengan keberadaan Rumah Sakit Paru-Paru Pakem, cabang dari Rumah Sakit Petronela (Tulung), yang didirikan di wilayah Hargobinangun. Sebelum tahun 1945, kegiatan keagamaan umat Kristen diadakan secara sederhana dalam bentuk renungan atau kebaktian pagi yang berlangsung di klinik maupun apotek rumah sakit yang dikenal dengan nama "Loteng". Para perawat di rumah sakit tersebut juga melakukan pelayanan kesehatan ke dusun-dusun di sekitarnya, yaitu Tanen, Sidorejo, Purworejo, dan Banteng. Menurut Notula Rapat Gerejawi, jemaat gereja ini mengadakan penetapan majelis yang pertama kali pada 21 April 1945. Tanggal tersebut lantas disepakati sebagai hari jadi GKJ Pa...
Situs Cepet Pakem adalah situs arkeologi yang terletak di Padukuhan Cepet, Kalurahan Purwobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan temuan dua buah yoni dan sejumlah komponen arsitektur candi di sekitarnya, situs ini diduga merupakan reruntuhan sebuah candi Hindu dari masa klasik. Lokasinya kini berada di area permakaman umum Padukuhan Cepet, berdekatan dengan sebuah masjid. Benda cagar budaya (BCB) utama yang ditemukan di situs ini adalah dua buah yoni yang terbuat dari batu andesit. Kondisi keduanya telah rusak, sedangkan lingganya tidak ditemukan. Yoni pertama awalnya berada di pekarangan penduduk bernama Pujodiyono, tetapi sekarang dipindahkan di halaman makam. Yoni ini memiliki ukuran relatif besar dengan bentuk yang sederhana, yaitu lebar 134 sentimeter, tebal 115 sentimeter, dan tinggi 88 sentimeter. Bagian bawah cerat yoni tersebut tidak bermotif dan memberikan kesan bahwa pengerjaannya belum selesai. Sementara itu, terdap...
Situs Potro atau Pancuran Buto Potro adalah situs arkeologi yang terletak di Padukuhan Potro, Kalurahan Purwobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Situs ini terdiri atas dua benda cagar budaya (BCB) utama yang seluruhnya terbuat dari batu andesit, yaitu jaladwara dan peripih. Jaladwara di situs ini oleh masyarakat setempat dikenal dengan nama Pancuran Buto, karena bentuknya menyerupai kepala raksasa (kala) dengan mulut terbuka, gigi bertaring, dan ukirannya menyerupai naga. Sementara itu, keberadaan peripih berukuran cukup besar di situs ini menimbulkan dugaan bahwa pernah berdiri sebuah bangunan keagamaan di sekitar lokasi, kemungkinan sebuah candi, meskipun bentuk dan coraknya tidak dapat dipastikan karena minimnya artefak yang tersisa.
Resep Sambal Matah Bahan-bahan: Bawang Merah Cabai Rawit Daun Jeruk Sereh Secukupnya garam Minyak panas Pembuatan: Cincang bawang merah, cabai rawit, daun jeruk, dan juga sereh Campur semua bahan yang sudah dicincang dalam satu wadah Tambahkan garam secukupnya atau sesuai selera Masukkan minyak panas Aduk semuanya Sambal matah siap dinikmati