Kuyang adalah manusia hidup yang berubah wujud menjadi potongan kepala dan isi perut yang terburai, dapat terbang karena telinganya membesar yang digunakan sebagai sayap (mungkin mirip seperti telinga gajah). Ilmu kuyang umumnya dipelajari oleh kaum wanita, namun ada juga yang mengatakan bahwa ilmu kuyang juga dapat dipelajari oleh kaum laki-laki (tapi sangat jarang). Kuyang sangat gemar menghisap darah nifas ketika ada wanita yang melahirkan karena memang itulah makanan/minumannya yang pokok.
Ilmu kuyang dipelajari oleh wanita karena alasan keduniaan seperti agar tetap awet muda/cantik, disayang suami atau pun untuk kekayaan. Namun ada juga perkecualiannya, yaitu ilmu warisan atau turunan. Misalnya seorang ibu yang memiliki Ilmu kuyang kalau mau meninggal dunia harus melepaskan ilmunya itu, kalau tidak,dia akan kesulitan untuk melepas nyawa. Cara melepas ilmu sesat ini yaitu harus ada orang yang mau manyalin atau menerima ilmu ini. Ilmu kuyang adalah salah satu ilmu sesat yang sangat dibenci masyarakat karena kegemaran wujud jejadiannya yang suka menghisap darah orang, sehingga pasti tidak akan ada orang yang sudi menerima ilmu ini. Yang mau pastilah keluarga dekat pemilik ilmu ini, yaitu anaknya, terutama yang wanita. Setelah Ilmu kuyang diturunkan, barulah si pemilik ilmu dapat meninggal. (Nah, nah…, ini sebenarnya berhubungan dengan takdir. Sebab kalau sudah ajal seseorang, siapa yang dapat menunda atau memperpanjangnya walaupun sedetik? Tidak ada! Termasuk jin atau setan. Jadi dalam kasus ini, seorang pemilik Ilmu kuyang walaupun sulit mati karena ilmunya, bukanlah ilmunya itu yang dapat memperpanjang waktu kematiannya, namun takdir tadilah yang berperan. Kalau takdir sudah menentukan matinya jam sekian dalam detik sekian, itulah takdir kematiannya. “Tertundanya” atau sulitnya dia menjalani kematian adalah “proses” dari menuju ke takdir/waktu kematiannya itu. Semoga para pembaca, terutama yang beragama Islam dapat memahami uraian saya yang mungkin susah dimengerti ini. Untuk itu mohon komentar dan masukannya yang dapat menjelaskan masalah ini dari hukum agama Islam).
Kuyang juga memiliki beberapa pantangan yang tidak boleh dilanggarnya, antara lain: dia sangat takut bawang merah atau bawang putih, tali haduk (tali ijuk) dan lambaian wancuh(sendok nasi) konon akan membuatnya jatuh. Selain itu iwak julung-julung (sejenis ikan air tawar yang panjang, moncongnya lancip, suka berenang di permukaan air, panjangnya sekitar 20 cm-an) dianggap salah satu kelemahannya yang lain. Apabila melihat ikan ini, konon penganut Ilmu kuyang akan berteriak-teriak: anakku, anakku! (entah benarkah?). Ketakutankyang terhadap tali haduk disebabkan oleh tajamnya ujung-ujung tali itu. Apabila serat ijuk itu ada yang menempel di jeroan kuyang, tentu akan bermasalah ketika dia kembali ke wujudnya sebagai manusia. Mungkin saja serabut ijuk itu akan menyebabkan dirinya infeksi. Siapa tahu?
Ketika berubah wujud menjadi kuyang, seorang pemilik ini akan menggosokkan sejenis minyak yang disebut minyak kuyang di seputar lehernya agar ketika melakukan ritual cabut bukang (mencabut tubuh, yaitu memisahkan kepala sebatas leher dengan tubuh bawah) akan mudah dan tidak sakit. Setelah cabut bukang, maka terpisahlah kepala berikut isi perut dengan tubuh sang pemilik ilmu. Telinga membesar dan melebar sehingga dapat mengangkat kepalanya ke udara dan segera terbang ke udara mencari mangsa, yaitu wanita yang akan melahirkan untuk dihisap darah nifasnya. Sementara bagian tubuh bawahnya ditinggalkan di tempat yang tidak mudah diketahui oleh orang lain untuk keamanan dan keselamatan dirinya. Sebab apabila potongan tubuh bawahnya itu ditemukan orang lain dan di seputar pangkal lehernya ditusuk dengan potongan-potongan bambu kuning, akan membuat kuyang tidak akan dapat lagi kembali ke wujud manusianya. Itu artinya selamanya dia akan menjadi hantu hidup-hidup atau kuyang karena tubuh bawahnya mungkin saja akan dikubur orang. Ada kalanya dalam “operasinya” kuyang mengalami kegagalan karena ketahuan orang, misalnya ketika terbang dikawai wancuh, dilambai dengan sendok nasi, sehingga jatuh atau harus melakukan “pendaratan darurat.” Kuyang menjadi tidak berdaya, kalau yang menemukannya adalah para pembencinya, maka tamatlah riwayatnya, dan kalau yang menemukannya adalah orang yang lemah iman, dibujuk akan diberi harta apabila dia mau mengantarnya ke tempat tubuhnya berada, maka selamatlah ia.
Manusia yang ketika malamnya berubah menjadi kuyang dan telah menghisap darah, pada siangnya konon wujud fisiknya masih meninggalkan bekas-bekas perubahannya itu, yaitu di seputar lehernya terdapat guratan melingkar bekas terpotong dan alur antara bibir atas dan hidung masih tidak kelihatan. Oleh karena itu apabila dia terpaksa keluar rumah, maka pemilik ilmu kuyang akan menutup seputar lehernya dengan kain (kerudung atau kakamban).
Konon ketika kuyang melintas di udara, yang terlihat adalah sinar biru berpendar yang melesat cukup cepat. Terbangnya tidak terlalu tinggi dari atap rumah. Orang awam yang tidak tahu, mungkin saja ada yang menyangka sebuah meteor atau bahkan hantu api.
Di daerah lain kuyang ini disebut: leak hitam (Bali), hantu palasik (Sumatera Barat) atau pontianak (Kalimantan Barat).
Sumber: http://banjar41.blogspot.com/2013/03/mitos-dan-legenda-makhluk-gaib-dalam.html
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...