Kupatan Gunung Kendeng merupakan tradisi Lebaran saling bermaaf-maafan dan mensyukuri alam yang terjaga. Tradisi tersebut dilakukan oleh warga Desa Mbitingan, Timbrangan dan Tegaldowo dan beberapa lokasi di Rembang. Sumber air Sumur Gede, Desa Tegaldowo jadi lokasi utama perayaan. Panggung persis di kanan sumber air berukuran 3×3 meter. Dekorasi dari bambu dan hasil pertanian seperti jagung, labu, pisang, dan lain-lain buatan warga.
tradisi tersebut dilakukan untuk mensyukuri karunia Tuhan berupa sumber air dan hasil bumi sekaligus mengingatkan semua bisa dinikmati jika menjaga gunung dan alam. acara tersebut dilakukan selama dua hari. Hari pertama ada “Temon Banyu Beras,” mencuci beras dan memasukkan ke ketupat. Lalu arak-arakan tujuh ibu-ibu membawa jun (gentong air kecil) menuju sumber air. Sembari berjalan mereka menembangkan lagu. Di belakang, rombongan perempuan berkebaya dan berkain panjang mengikuti.
Di sumber air, beras dicuci dan dibawa ke tenda perjuangan di tapak pabrik semen lalu diisi beras.“Lalu didoakan dengan memohon kelestarian sumber air dan hasil bumi dari gunung.”
Kamis, ketupat sudah masak. Laki-laki membuat tiga dekorasi gunung dari bambu untuk ketupat. Tinggi berkisar 1,5 meter. Ratusan petani dan masyarakat dari berbagai daerah berkumpul di depan panggung. Warga antusias menyaksikan pawai Kupatan Gunung Kendeng di pinggiran jalan Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang. Bagian belakang ratusan perempuan bercaping membawa bakul berisi ketupat. Mereka membagi-bagikan ketupat dan selebaran kertas berisi informasi dampak pertambangan semen. Para polisi penjaga pun kebagian. Gunungan ketupat berisi ribuan ketupat masak dengan bendera Merah Putih diarak keliling desa. Lalu, ada ritual lamporan untuk mengusir wabah penyakit atau hama.
sumber: http://www.mongabay.co.id/2015/07/26/mensyukuri-alam-merawat-tradisi-dengan-kupatan-kendeng/
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang