Kuah beulangong adalah makanan khas Aceh yang bahan utamanya bisa daging sapi, daging kambing, atau daging kerbau yang dicampur dengan buah nangka, atau ada juga yang menggunakan pisang kapok.
Memasak kuah beulangong membutuhkan bumbu yang cukup banyak, dan hampir sama dengan bahan dan bumbu untuk memasak kuah sie kameng, seperti kelapa gongseng, kelapa giling, cabai merah, cabai kering, cabe rawit, bawang putih, jahe, kunyit, ketumbar gongseng, kemiri, lengkuas, dan masih banyak bumbu lainnya yang semuanya digiling.
Cara membuat kuah beulangong atau resep kuah beulangong khas Aceh lumayan mudah. Daging yang sudah dipotong kecil-kecil dicuci bersih dan dimasukkan ke dalam kuali besar tadi. Aduk dengan bumbu yang di sebutkan di atas sampai merata, dan jangan lupa di kasih garam yang sesuai. Selanjutnya siram dengan air secukupnya, aduk lagi dengan tangan. Tunggu sampai daging masak setengah matang, dan juga sampai bumbunya meresap sempurna.
Aroma bumbu yang keluar berbarengan dengan asap sangat menggoda dan gurih. Nah, kuah beulangong siap untuk disantap dengan nasi putih hangat, tapi jangan menyantapnya dengan mencampur dengan kuah masakan lain, karena sensasi kelezatan khas kuah beulangong ini tidak akan didapatkan.
Siapkan buah nangka muda tadi atau bisa juga di tambah dengan buah pisang kapok yang telah di potong kecil-kecil, lalu masukkan ke dalam kuali bersama bawang yang telah dirajang. Tambahkan air lagi, dan biarkan hingga masak.
Sejarah
Kuah beulangong ini bisa mempersatu kebersamaan masyarakat Aceh. Kesemuanya ini karena proses memasak dan menyantap kuah beulangong selalu dilakukan bersama-sama dan gotong royong. Hal inilah yang membuat masyarakat Aceh selalu kompak dan rasa kebersamaan selalu ada.
Memasak kuah beulangong secara bergotong-royong sudah menjadi suatu tradisi di Aceh, khususnya Aceh Rayeuk (Kabupaten Aceh Besar) dan Kota Banda Aceh. Tradisi ini sudah ada sejak masa kesultanan Aceh. Menurut cerita, raja-raja Aceh dulu untuk menjaga kesatuan dan mempererat rasa silaturahmi, maka raja sering menggelar kenduri kuah beulangon.
Hingga saat ini, tradisi yang melibatkan banyak warga untuk memasak khususnya kaum adam ini masih terus dilestarikan. Anda bisa menjumpai kuah beulangong di sejumlah hajatan-hajatan besar atau kecil, baik pesta perkawinan, acara keagamaan, acara adat, atau ada juga yang memasaknya hanya untuk menjaga kekompakan antar warga saja.
Yang uniknya, hampir di setiap gampong (desa) di Aceh memiliki “beulangong” (kuali besar), dengan jumlah paling sedikit 4 buah. Seperti di Desa Lamleubok, Kecamatan Indrapuri, Aceh Besar ini, kuali-kuali besar tersebut di simpan di “meunasah” (tempat ibadah/mushola) desa, dan warga secara gotong-royong mengambilnya untuk di bawa ke tempat hajatan.
Kuah beulangong tidak hanya terdapat di kawasan Aceh Besar dan Banda Aceh saja, hampir semua kabupaten di Aceh bisa Anda jumpai dan nikmati masakan kuah beulangongini. Dan untuk rasa dan bahannya hampir sama, yaitu sama-sama enak dan kaya akan bumbu.
http://www.loveaceh.com/kuliner/kuah-beulangong-makanan-khas-aceh/
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang