Klenteng Tri Dharma Tjoe Tik Kiong merupakan salah satu situs bersejarah yang berada di Jl WR Supratman 10, Kelurahan Kampungdalem, Kabupaten Tulungagung. Klenteng ini terletak strategis karena terletak tepat di tikungan jalan. Klenteng ini merupakan salah satu warisan budaya yang dimiliki oleh Kabupaten Tulungagung. Klenteng ini merupakan salah satu bangunan yang masih mempertahankan pengaruh arsitektur dari Tiongkok secara jelas.
Nama Klentengnya adalah Tjoe Tik Kiong, terletak di Jalan Wage Rudolf Supratman No. 10 Kelurahan Kampungdalem, Kecamatan Tulungagung, Kabupaten Tulungagung. Jalur bus dari Tulungagung ke arah Surabaya akan melewati klenteng ini, letaknya juga berdekatan dengan hotel yang cukup besar, yakni Hotel Barata.
Awalnya, bangunan klenteng ini masih sederhana. Didirikan tepat di depan Pasar Wage berbentuk menyerupai pendopo. Namun, pada tahun 1865 klenteng tersebut dipindahkan ke sebelah utara dengan menempati lahan yang luasnya sekitar 6.000 m². Pada waktu dipindahkan, bangunan klenteng ini juga belumlah semegah sekarang. Pembangunannya bertahap seiring terkumpulnya dana dari orang-orang Tionghoa yang merantau dan bermukim di Tulungagung.
Kala itu, orang-orang Tionghoa generasi pertama yang menetap di Tulungagung memang berasal dari Tiongkok. Mereka ke Tulungagung guna berdagang melalui Sungai Brantas yang ada di Surabaya kemudian menyusuri hingga sampai bertemu dengan Sungai Ngrowo. Pada saat itu, di daerah Tulungagung Sungai Ngrowo merupakan sungai yang penting sebagai jalan lalu lintas yang menghubungkan daerah sebelah selatan dengan daerah sebelah utara
MAKNA PEMILIHAN WARNA DAN SIMBOL
Warna
Beberapa warna yang dominan dipakai untuk mewakili suatu arti adalah :
1. Merah
Dalam budaya Tionghoa terdapat pemilihan warna merah yang dominan. Merujuk pada api, antusiasme, keberuntungan, kebahagiaan, dan semangat. Ini warna kesukaan orang Tionghoa, makanya warna ini dipakai dalam perayaan-perayaan suka cita seperti pernikahan dan tahun baru. Pernikahan tradisional Tionghoa dianggap menguntungkan untuk pengantin perempuan. Sedangkan pengantin pria melambangkan mengantisipasi kebahagiaan. Akan tetapi, warna ini dilarang sama sekali dalam upacara pengebumian karena melambangkan suka cita. Warna ini juga digunakan untuk hari-hari penting, semisal saja hari atau acara pernikahan, dimana para tamu akan memberikan angpau warna merah atau emas (lambang keberuntungan)
2. Kuning/emas
Warna kuning menghasilkan Yin dan Yang, merupakan pusat dari segala sesuatu. Kuning dianggap warna yang paling indah dan melambangkan netralisasi kesetiaan, kesungguhan, kesucian dan keberuntungan. Warna kuning sering dipasangkan dengan warna merah dan sebagai ganti warna emas (gold). Dalam masyarakat Tiongkok, jubah naga berwarna kuning merupakan tempat persembunyian resmi kaisar feodal. Karena juga merupakan simbol dari kekuasaan kekaisaran serta kedaulatan.
3. Hijau
Warna hijau melambangkan kehidupan, perdamaian, vitalitas, kemakmuran, keharmonisan, dan kesehatan. Hijau memiliki konotasi pada kedua budaya, Tiongkok, dan barat. Warna ini muncul dalam ungkapan Tiongkok yang berhubungan dengan pertanian. Tapi juga terkadang memiliki arti konotasi yang negatif : orang murtad.
4. Hitam
Warna hitam melambangkan keagungan, kesetaraan, keadilan dan kesungguhan. Warna hitam diasosiasikan dengan air, netral. Sedikit berbeda dengan budaya Indonesia yang mengartikan hitam sebagai symbol kegelapan atau kesedihan. Contoh penggunaan warna hitam dalam budaya Tiongkok adalah pada symbol Taichi (yin dan yang) menggunakan warna hitam (yin) dan putih (yang).
5. Putih
Sebaliknya, apabila warna merah merupakan lambang kebahagiaan, maka ada warna putih yang melambangkan kesedihan, dimana warna ini digunakan apabila ada seseorang yang meninggal dunia. Angpau yang dibawa para tamu pun berwarna putih.
Simbol
Adapun simbol-simbol dalam klenteng mempunyai makna tersendiri, seperti:
Perhitungan Fheng Zhu-i mempunyai kaitan erat dengan beberapa cabang ilmu antara lain ilmu psikologi dan etgonomi. Dalam perhitungan Fheng Zhu-I warna kuning mempunyai arti tersendiri dimana meningkatkan fokus seseorang. Adapun arti dari Fheng Zhu-I itu sendiri, yaitu : Fheng merupakan air dan Zhu-i merupakan angin.
Sebelum memasuki bangunan utama klenteng, terdapat sebuah gerbang (shan men) dengan ornamen khas Tiongkok. Hanya saja, ornamen yang ada di atas gerbang tersebut tergolong tidak lazim seperti ornamen yang terdapat pada klenteng-klenteng yang ada di Indonesia. Di bagian atas gerbang pada Klenteng Tjoe Tik Kiong ini terdapat hiasan dua ekor ikan berkepala naga yang saling berhadapan, mengapit huo zhu (mutiara bola api milik Sang Buddha). Konon, ikan yang menjadi hiasan di atas gerbang tersebut berkaitan dengan sejarah awal dibangunnya klenteng ini. Karena dulunya lokasi tempat dibangunnya klenteng ini merupakan daerah rawa yang banyak dihuni oleh ikan. Akhirnya, untuk mengenang tempat awal didirikannya klenteng tersebut, digunakanlah ikan sebagai hiasan di Klenteng Tjoe Tik Kiong.
Setelah melewati shan men, pengunjung akan melewati halaman depan klenteng yang cukup luas yang sudah dipasangi paving block. Di halaman depan sebelah kiri terdapat tempat pembakaran kertas (kim lo) berbentuk pagoda. Di depan bangunan utama klenteng terlihat kie kwa, menara tiang bendera berwarna merah yang dulu berfungsi sebagai penunjuk bagi arah nelayan bila sedang melewati rawa-rawa yang begitu luas.
Bangunan utama Klenteng Tjoe Tik Kiong terbagi menjadi 3 ruangan. Ruang pertama yang menempati bagian depan dipergunakan untuk membakar hio. Di situ terdapat banyak lilin dari berbagai ukuran. Seperti bangunan klenteng pada umumnya, pada atap ruangan pertama terdapat beberapa ornamen. Akan tetapi, untuk klenteng ini memiliki ornamen yang berbeda. Di atas atap ruang pertama, terlihat di tengah-tengah ada pagoda yang diiringi oleh dua huo zhu dan dua xing long (naga berjalan). Pada ruang pertama ini terdapat altar untuk persembahyangan kepada Hok Tek Tjeng Sien (Dewi Bumi) dan Ka Lam Ya. Ka Lam Ya adalah salah satu 'malaikat pintu' versi Buddha yang sering digambar (berpakaian perang lengkap dengan membawa kampak sebagai senjatanya) di daun pintu bersama-sama Wie Tho (berpakaian perang dengan membawa gada penakluk iblis), sebagai pelindung bangunan-bangunan suci atau klenteng.
Ruang kedua yang berada di bagian tengah diperuntukkan untuk melakukan sembahyang kepada Kwan She Im Pho sat (Dewi Welas Asih), Kong Tek Cun Ong (Raja Mulia yang memberi berkah berlimpah), dan Co Su Kong (Dewa yang berwajah hitam dari Cadas Air Jernih). Sedangkan, ruang ketiga yang berada di bagian belakang digunakan untuk tempat kebaktian. Di klenteng ini, yang menjadi dewa utama adalah Mak Co Thian Siang Seng Bo. Mak Co Thian Siang Seng Bo merupakan Dewi Laut, penolong para pelaut serta pelindung etnis Tiongkok di wilayah selatan dan imigran di Asia Tenggara.
Pada 1979 klenteng ini mengalami renovasi bangunan dan melakukan peninggian 1 sampai 2 m karena lokasi klenteng sering mengalami kebanjiran. Setelah renovasi selesai maka dilanjutkan dengan pembangunan gedung olahraga bola basket dan gedung olahraga bulutangkis pada Juli 1983.
Klenteng Tjoe Tik Kiong yang merupakan klenteng megah dan besar di Tulungagung, terlihat terpelihara bangunannya. Hal ini tidak terlepas dari peran orang Tionghoa di Tulungagung yang masih peduli akan keberadaan Tempat Ibadah Tri Dharma ini, bahkan di lahan samping klenteng juga dibangun Aula untuk olahraga agar bisa memperkenalkan generasi muda kepada klenteng, sebagai warisan budaya para leluhurnya
Selain sebagai tempat ibadah umat Konghucu, di klenteng ini juga diselenggarakan berbagai kegiatan sosial oleh umat kelenteng Tjoe Tik Kiong Tulungagung. Seperti melakukan bantuan sosial terhadap rakyat miskin diwilayah sekitar kabupaten Tulungagung yang mengalami bencana banjir, tanah longsor, badai krisis moneter, dan badai kekeringan yang terjadi beberapa tahun silam dengan membagikan sembako, pengiriman air ke wilayah yang dilanda kekeringan.
Setiap tahun saat tahun baru imlek, diadakan pagelaran wayang potehi, yaitu wayang yang berasal dari Tiongkok yang berbentuk seperti boneka yang terbuat dari kain. Cara memainkan wayang tersebut dengan memasukkan tangan ke dalam kain tersebut dan memainkannya layaknya wayang. Biasanya, pagelaran wayang potehi diselenggarakan di lapangan klenteng saat tahun baru imlek. Kemudian, pada saat imlek pula, diadakan festival barongsai yang mampu menarik antusiasme pengunjung. Baik dari keturunan Cina, maupun dari masyarakat umum. Tidak ketinggalan pula acara bagi-bagi angpau yang diperuntukkan bagi masyarakat yang kurang mampu.
Selain dalam segi budaya, klenteng Tjoe Tik Kiong juga aktif dalam menjunjung nilai keberagaman dan toleransi. Misalnya saja saat bulan Ramadan, yang merupakan bulan suci bagi umat Islam, pihak klenteng mengadakan kegiatan bagi-bagi takjil gratis di halaman klenteng. Kemudian, di atas gapura mereka memasang spanduk ucapan selamat hari raya. Begitu pula saat perayaan natal.
#OSKMITB2018
sumber: kekunaan.blogspot.com
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja
Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...