Produk Arsitektur
Produk Arsitektur
Klenteng Jawa Timur Nganjuk
Klenteng Hok Yoe Kiong
- 14 Juli 2018
Sewaktu pulang dari Surabaya menuju Solo dengan mengendarai sepeda motor Honda Supra X dengan nopol AD 5027 CS, saya berkesempatan mampir dan sekaligus melepas lelah sejenak di sebuah klenteng yang berada di pinggir jalan besar. Klenteng tersebut bernama Klenteng Hok Yoe Kiong.  Klenteng Hok Yoe Kiong merupakan tempat peribadatan umat Tridharma, yaitu Konghucu, Buddha dan Tao). Klenteng ini terletak di Jalan Raya Sukomoro No. 2, Desa Sukomoro, Kecamatan Sukomoro, Kabupaten Nganjuk, Provinsi Jawa Timur. Lokasi klenteng ini berada di depan Stasiun Sukomoro.
Keberadaan klenteng ini tidak lepas dari peran pendirinya yang bernama Soen Boen Lee dari Kota Nganjuk. Sebagai seorang Tionghoa, ia membuat sebuah tempat pemujaan bagi Kongco Tik Tjoen Ong di rumahnya. Patung Kongco Tik Tjoen Ong dibawa ke Nganjuk dari Negeri Tiongkok sekitar tahun 1930-an. Seiring perjalanan waktu, rumahnya menjadi ramai karena begitu banyak warga Tionghoa yang ikut bersembahyang sehingga lama-lama tempat untuk sembahyang tersebut sudah tidak mencukupi lagi.
 

Soen Boen Lee kemudian membangun sebuah klenteng di atas tanah miliknya yang berada di daerah Sukomoro, sekitar 5 kilometer timur Kota Nganjuk arah Kertosono, pada tahun 1953. Setelah selesai, klenteng tersebut mulai digunakan untuk melakukan sembahyang tetapi klenteng tersebut belum diresmikan. Baru pada tahun 1956, klenteng tersebut diresmikan, dan diberi nama Hok Yoe Kiong.
Seperti bangunan klenteng pada umumnya, klenteng ini memiliki pintu gerbang atau gapura yang cukup megah yang didominasi warna merah. Di atasnya terdapat ornamen khas Tionghoa, yaitu huo zhu (mutiara api milik Sang Buddha) yang diapit oleh dua xing long (naga yang sedang berjalan). Pintu gerbang tersebut dikenal dengan men lou wu, yang artinya pintu gerbang untuk masuk ke dalam persil atau lahan.
Usai melewati men lou wu, pengunjung akan berada di halaman klenteng tersebut. Di halaman tersebut terdapat dua buah pagoda yang bernuansakan Buddhisme di sebelah kiri dan kanan halaman. Pagoda tersebut sebenarnya merupakan miniatur tempat untuk penympanan relik Buddha, namun di sejumlah klenteng yang pernah saya singgahi, pagoda tersebut acapkali digunakan untuk tempat pembakaran kim cua (kertas berwarna keemasan).
 

Setelah melintas halaman, pengunjung bisa melangkahkan kaki lagi menuju bangunan utama klenteng. Tepat di muka kleteng, pengunjung akan menjumpai sepasang singa yang terbuat dari batu. Patung singa tersebut disebut shi zi.
Menjelang pintu masuk bangunan utama klenteng, pengunjung akan melihat hiolo, sebuah bejana berwarna kuning yang digunakan untuk menancapkan dupa persembahan (hio) kepada Thian (Tuhan Yang Maha Esa). Kemudian setelah melewati itu semua, barulah pengunjung akan berada di bangunan utama klenteng tersebut. Bangunan klenteng ini terbagi atas 4 bangunan utama yang terdiri dari 11 altar untuk sembahyang.
Di atas altar tersebut ditempatkan para Dewa. Dewa atau sesembahan utama di Klenteng Hok Yoe Kiong ini adalah Kongco Kong Tik Tjoen Ong, yang kemudian disusul dengan dewa-dewa lainnya secara berurutan setelah dewa utama, yaitu Kongco Kwan Seng Tee Koen, Kongco Ka Lam Yakon dan Hian Thian Siang Tee, Kongco Hok Tik Tjin Sing, Kongco Houw Ya Kong, Kongco Kwam Im Po Sat, Kongco Buddha Sakyamuni, Kongco Thai Sang Laocin, Kongco Khonghucu, dan Kongco Hia Ong.
Klenteng Hok Yoe Kiong ini tidak terlalu besar, akan tetapi klenteng ini memiliki keunikan yang tidak terdapat pada klenteng lainnya di Indonesia. Pasalnya, di klenteng ini terdapat sarang semut hitam yang umurnya lebih tua dari bangunan klenteng, yang tingginya mencapai dua meter, dengan diameter mencapai dua setengah meter. Para penganut Tridharma, sarang semut ini dijuluki sebagai Dewa Semut atau Hia Ong*** [260714]
 

sumber: kekunaan.blogspot.com

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Jembatan Plunyon Kalikuning
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...

avatar
Bernadetta Alice Caroline