Naskah kuno milik Kesultanan Inderapura, Pesisir Selatan, pertama kalinya akan diperlihatkan kepada khalayak ramai Sumatera Barat dalam pameran yang digelar UPTD Museum Nagari Adityawarman Padang, Selasa (23/9) mendatang.
Kepala UPTD Museum Nagari Adityawarman Padang, Noviyanti, di Padang, Ahad, mengatakan kerja sama dengan keturunan Kesultanan Inderapura untuk memamerkan naskah kuno tersebut bertujuan memberikan pembelajaran kepada pelajar serta memperluas wawasan masyarakat terkait pentingnya nilai-nilai yang terkandung dalam naskah-naskah tersebut.
Ia mengatakan, naskah milik keturunan Kesultanan Inderapura tersebut akan menjadi maskot dalam pameran kali ini.
Selain naskah itu, masih ada 61 naskah kuno lain yang akan dipamerkan diantaranya 12 Al Quran kuno, kemudian naskah tentang kumpulan hadist, ilmu tauhid, fiqih, syair, nazam, tambo, kaba dan beberapa naskah lain.
"Kami juga akan menggelar diskusi tentang naskah kuno ini," katanya.
Pembicara yang akan hadir di antaranya, Sultan Muhammad Syah Sultan Arbi yang akan menyampaikan keberadaan naskah kuno pada masa kini. Lalu Sejarawan Unand, Gusti Adnan yang akan menyampaikan peranan naskah kuno sebagai sumber sejarah dan sejumlah nara sumber lain yang kompeten.
Salah seorang keturunan Kesultanan Inderapura, Sultan Muhammad Syah Sultan Arbi mengatakan, naskah yang akan dipamerkan adalah naskah kuno sepanjang 5,07 meter, lebar 57,2 cm, milik Kerajaan Kesultanan Inderapura yang berdiri antara abad ke-9 sampai tahun 1891. Naskah kuno itu berisi tentang silsilah keturunan raja-raja Indrapura.
"Ikut serta dalam acara pameran seperti ini adalah salah satu usaha keluarga untuk mendapatkan pengakuan baik secara nasional maupun internasional tentang keberadaan Kesultanan Inderapura yang pernah ada dan memberikan pengaruh cukup besar pada masa kejayaannya," katanya.
Ia menjelaskan naskah yang sama pernah dipamerkan dalam Festival Keraton Sedunia yang digagas Jokowi (saat itu masih menjabat Gubernur DKI) Desember 2013.
Selain naskah kuno sepanjang 5,07 meter tersebut, keturunan Kesultanan Inderapura juga memiliki naskah kuno sepanjang 11 meter lebih.
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja