|
|
|
|
Kekhidmatan 7 Bulanan yang Dirindukan oleh ‘Urang Sunda’ Tanggal 05 Aug 2018 oleh OSKM_19718277_Marsa Hotimah Febriyanti. |
Indonesia merupakan negara dengan beragam etnik dan suku bangsa. Salah satunya adalah suku Sunda yang terdapat di Provinsi Jawa Barat. Migrasi penduduk pun membuat Suku Bangsa tercampur atau lebih sering di sebut akulturasi.
Saat mendengar kata '7 bulanan' di kawasan Sunda, pasti yang terpikir di benak adalah pembagian bubur merah dan bubur putih. Namun kenyataannya, bubur merah dan bubur putih bukanlah budaya 7 bulanan asli suku sunda. Itu merupakan budaya yang di bawa oleh Suku Jawa.
"Bubur merah bubur putih mah lain adat urang Sunda. Etamah adat urang Jawa," kata seorang Ibu yang lahir dan tua dengan adat Sunda.
Menurut narasumber, langkah pertama dari prosesi adat Tujuh Bulanan asli Sunda adalah dimandikannya calon ibu beserta suami dan mertuanya dengan 7 macam kembang. Air kembang itu saat diguyurkan, di saring menggunakan nyiru.
"Inget keneh pas dibanjurkeunna, karasa pisan tirisna. Merinding pisan lah pokokna mah. Padahal pas keur eta teh beurang mencrang."
Ditengah acara guyuran itu, ada saat dimana ikan/belut dimasukan ke dalam kain yang digunakan untuk membalut tubuh calon ibu yang sedang diguyur ini. Ikan ini nanti meluncur melewati perut calon ibu, yang artinya kelancaran pada saat melahirkan nanti.
Selesai 'dimandikan', calon ibu tersebut 'berjualan' rujak. Yang menjadi ciri khas dari prosesi ini adalah uang yang dibuat dari kenteng yang menjadi alat transaksinya. Uang kenteng ini dibuat sendiri oleh tamu yang akan hadir di prosesi ada tujuh bulanan.
Uang yang didapat, dimasukan kedalam kendi bekas air kembang yang sebelumnya digunakan pada saat prosesi pemandian. Setelah 'jualan' habis, kendi tersebut di pecahkan di jalan.
"Wah.. rame pisan pas si kendi na di peupeuskeun. Barudak teh maroro duit nu dijieun tina kenteng eta. Baheula mah mun manggih kenteng di jalan teh, sok langsung apal mun eta teh tilas nu tujuh bulanan."
Prosesi Tujuh Bulanan yang dilakukan diatas ini adalah khusus untuk kehamilan anak pertama. Anak kedua dan seterusnya tidak harus melakukan prosesi ini.
Seiring berjalannya waktu dan perubahan jaman, banyak budaya yang mulai terlupakan. Akan tiba saatnya dimana warga masyarakat pun merasakan kerinduan akan khidmatnya prosesi budaya yang pernah dilakukan pada masa lampau. Kita harus sigap dan cermat dalam menanggapi 'hilang'nya budaya di masa kini.
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |