Ritual
Ritual
Ritual Adat Nusa Tenggara Timur Manggarai Timur
Karong Woja Wole
- 26 Desember 2018

Suku Gunung dan sejumlah suku di kawasan selatan dari Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur, masih menyimpan warisan leluhur yang unik dalam menghormati dan menghargai alam semesta.

Bahkan, warisan itu juga menghormati Sang Pencipta alam semesta untuk dikelola, diolah demi keberlanjutan hidup manusia di bumi ini.Warisan yang menghormati alam semesta itu adalah tradisi Karong Woja Wole.

Karong Woja Wole merupakan tradisi yang mengantar padi sebagai ratu alam semesta di Suku Gunung dan suku-suku lain yang tersebar di kawasan selatan Kota Komba. Kawasan selatan Kota Komba menggunakan bahasa Kolor sebagai bahasa adat dan bahasa komunikasi antarsesama suku di kawasan tersebut.

Karong Woja Wole dalam bahasa tutur dan bahasa lisan orang Kolor diterjemahkan sebagai berikut, "karong" diartikan mengantar, "woja" diartikan padi, dan "wole" diartikan padi yang sudah merundung dengan bulir-bulirnya panjang.

Saat ayam berkokok di Kampung Lete, Desa Gunung, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, tua-tua adat bersama dengan 18 kepala keluarga menyiapkan berbagai keperluan dan kebutuhan untuk melaksanakan ritual itu di Lodok Lingko Rumbit dengan seekor ayam.

Nasi, moke lokal, parang yang dipakai di pinggang kaum laki-laki serta sejumlah kaum perempuan dan Tuan Tana, Katarina Ndakis di lingko rumbit tersebut.

Langkanya kaum perempuan sebagai tuan tana dari lingko Rumbit yang berasal dari suku Kenge, walaupun ia menikah dengan tokoh adat di Suku Gunung, Stanislaus Jalang.

Tua-tua adat bersama dengan 18 pemilik lahan atau mozo yang sudah dibagikan oleh tuan tana melalui Dor. Dor adalah pengatur lahan-lahan lingko kepada 18 kepala keluarga untuk digarap dalam menanam berbagai jenis tanaman, seperti padi, ubi kayu, ubi tatas.Setiba di kebun komunal lingko rumbit, Dor sekaligus tokoh adat Suku Gunung dan juru bicara adat mulai mengeluarkan sebotol moke dari tasnya.

Setelah moke dikeluarkan, selanjutnya Dor menginformasikan kepada 18 pemilik lahan serta tuan tana untuk memulai melaksanakan ritual tersebut.

Dor terlebih dahulu meminta persetujuan dari tuan tana. Tuan tana memberikan persetujuan dan mulailah pelaksanakan ritual adat di lodok Lingko Rumbit.

Woja Wole Diturunkan

Sebelum dilangsungkan ritual adat dalam menghormati tuang tana, tanah dan penjaga alam semesta di lingko rumbit, terlebih dahulu, woja wole yang tergantung di tiang di lodok lingko rumbit diturunkan oleh anggota kebun yang hadir dalam ritual tersebut.

Bulir-bulir padi (woja) yang panjang diambil dan dimasukkan dalam sebuah bambu lalu digantung dalam sebuah tiang kayu yang dipancang di lodok lingko Rumbit. Unik dan langka tradisi ini yang hanya ada di masyarakat Kota Komba bagian selatan dari Kabupaten Manggarai Timur.

Padi (woja wole) yang ada di dalam bambu yang sudah kering dikeluarkan dan diletakkan diatas batu adat di lodok lingko rumbit tersebut.

Selanjutnya tua adat sekaligus Dor mengambil seekor ayam, moke lokal untuk diritualkan sebagai ucapan terima kasih dan bersyukur kepada alam semesta yang selama masa tanam sampai masa panen bersama-sama menjaga padi dari berbagai gangguan hama, baik tikus maupun hama-hama belalang dan hama-hama lainnya.

Ritual Adat Dilangsungkan

Tua adat sekaligus Dor dan juru bicara,  memegang seekor ayam dan semua anggota kebun komunal mengikuti dengan khusuk sambil sama-sama berdoa dalam hati sebagai ucapan syukur.

Bagian kepala ayam dipegang ke aram tubuh juru bicara saat dilangsung ritual tersebut. Setelah diritualkan, ayam disembelih dan darah ayam diteteskan kepada bulir-bulir woja wole tersebut.

Selanjutkan sebagian dari daging ayam yang sudah dibakar disembahkan kepada alam semesta yang diletakkan diatas batu adat bersama dengan nasi

Woja Wole sebagai Ratu

Dua perempuan, yang terdiri dari anak gadis dan seorang ibu. Dua perempuan ini mewakili generasi muda dan tua yang akan menghantar padi sebagai ratu.

Woja wole disematkan di kepala dua perempuan itu untuk dihantar menuju ke perkampungan Lete, dimana di kampung itu ada rumah adat dan ngadu atau compang tradisional.

Setelah padi diusung sebagai ratu alam semesta yang dihantar kaum perempuan, selanjutkan tuan tana, Katarina Ndakis dan dua pendampingnya berjalan terlebih dahulu untuk memulai perarakan karong woja wole menuju kendaraan umum untuk dihantar ke perkampungan Lete. Selesailah ritual adat di kebun komunal lingko rumbit.

Saat itu juga penjaga alam semesta, leluhur dan Sang Pencipta kehidupan alam semesta diajak bersama-sama untuk menuju ke rumah adat demi melaksanakan ritual lanjutannya yang berpuncak pada makan bersama woja wole tersebut.

sumber : https://travel.kompas.com/read/2018/08/12/163000427/karong-woja-wole-tradisi-mengantar-padi-suku-gunung-di-flores-1

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Jembatan Plunyon Kalikuning
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...

avatar
Bernadetta Alice Caroline