Suku Gunung dan sejumlah suku di kawasan selatan dari Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur, masih menyimpan warisan leluhur yang unik dalam menghormati dan menghargai alam semesta.
Bahkan, warisan itu juga menghormati Sang Pencipta alam semesta untuk dikelola, diolah demi keberlanjutan hidup manusia di bumi ini.Warisan yang menghormati alam semesta itu adalah tradisi Karong Woja Wole.
Karong Woja Wole merupakan tradisi yang mengantar padi sebagai ratu alam semesta di Suku Gunung dan suku-suku lain yang tersebar di kawasan selatan Kota Komba. Kawasan selatan Kota Komba menggunakan bahasa Kolor sebagai bahasa adat dan bahasa komunikasi antarsesama suku di kawasan tersebut.
Karong Woja Wole dalam bahasa tutur dan bahasa lisan orang Kolor diterjemahkan sebagai berikut, "karong" diartikan mengantar, "woja" diartikan padi, dan "wole" diartikan padi yang sudah merundung dengan bulir-bulirnya panjang.
Saat ayam berkokok di Kampung Lete, Desa Gunung, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, tua-tua adat bersama dengan 18 kepala keluarga menyiapkan berbagai keperluan dan kebutuhan untuk melaksanakan ritual itu di Lodok Lingko Rumbit dengan seekor ayam.
Nasi, moke lokal, parang yang dipakai di pinggang kaum laki-laki serta sejumlah kaum perempuan dan Tuan Tana, Katarina Ndakis di lingko rumbit tersebut.
Langkanya kaum perempuan sebagai tuan tana dari lingko Rumbit yang berasal dari suku Kenge, walaupun ia menikah dengan tokoh adat di Suku Gunung, Stanislaus Jalang.
Tua-tua adat bersama dengan 18 pemilik lahan atau mozo yang sudah dibagikan oleh tuan tana melalui Dor. Dor adalah pengatur lahan-lahan lingko kepada 18 kepala keluarga untuk digarap dalam menanam berbagai jenis tanaman, seperti padi, ubi kayu, ubi tatas.Setiba di kebun komunal lingko rumbit, Dor sekaligus tokoh adat Suku Gunung dan juru bicara adat mulai mengeluarkan sebotol moke dari tasnya.
Setelah moke dikeluarkan, selanjutnya Dor menginformasikan kepada 18 pemilik lahan serta tuan tana untuk memulai melaksanakan ritual tersebut.
Dor terlebih dahulu meminta persetujuan dari tuan tana. Tuan tana memberikan persetujuan dan mulailah pelaksanakan ritual adat di lodok Lingko Rumbit.
Woja Wole Diturunkan
Sebelum dilangsungkan ritual adat dalam menghormati tuang tana, tanah dan penjaga alam semesta di lingko rumbit, terlebih dahulu, woja wole yang tergantung di tiang di lodok lingko rumbit diturunkan oleh anggota kebun yang hadir dalam ritual tersebut.
Bulir-bulir padi (woja) yang panjang diambil dan dimasukkan dalam sebuah bambu lalu digantung dalam sebuah tiang kayu yang dipancang di lodok lingko Rumbit. Unik dan langka tradisi ini yang hanya ada di masyarakat Kota Komba bagian selatan dari Kabupaten Manggarai Timur.
Padi (woja wole) yang ada di dalam bambu yang sudah kering dikeluarkan dan diletakkan diatas batu adat di lodok lingko rumbit tersebut.
Selanjutnya tua adat sekaligus Dor mengambil seekor ayam, moke lokal untuk diritualkan sebagai ucapan terima kasih dan bersyukur kepada alam semesta yang selama masa tanam sampai masa panen bersama-sama menjaga padi dari berbagai gangguan hama, baik tikus maupun hama-hama belalang dan hama-hama lainnya.
Ritual Adat Dilangsungkan
Tua adat sekaligus Dor dan juru bicara, memegang seekor ayam dan semua anggota kebun komunal mengikuti dengan khusuk sambil sama-sama berdoa dalam hati sebagai ucapan syukur.
Bagian kepala ayam dipegang ke aram tubuh juru bicara saat dilangsung ritual tersebut. Setelah diritualkan, ayam disembelih dan darah ayam diteteskan kepada bulir-bulir woja wole tersebut.
Selanjutkan sebagian dari daging ayam yang sudah dibakar disembahkan kepada alam semesta yang diletakkan diatas batu adat bersama dengan nasi
Woja Wole sebagai Ratu
Dua perempuan, yang terdiri dari anak gadis dan seorang ibu. Dua perempuan ini mewakili generasi muda dan tua yang akan menghantar padi sebagai ratu.
Woja wole disematkan di kepala dua perempuan itu untuk dihantar menuju ke perkampungan Lete, dimana di kampung itu ada rumah adat dan ngadu atau compang tradisional.
Setelah padi diusung sebagai ratu alam semesta yang dihantar kaum perempuan, selanjutkan tuan tana, Katarina Ndakis dan dua pendampingnya berjalan terlebih dahulu untuk memulai perarakan karong woja wole menuju kendaraan umum untuk dihantar ke perkampungan Lete. Selesailah ritual adat di kebun komunal lingko rumbit.
Saat itu juga penjaga alam semesta, leluhur dan Sang Pencipta kehidupan alam semesta diajak bersama-sama untuk menuju ke rumah adat demi melaksanakan ritual lanjutannya yang berpuncak pada makan bersama woja wole tersebut.
sumber : https://travel.kompas.com/read/2018/08/12/163000427/karong-woja-wole-tradisi-mengantar-padi-suku-gunung-di-flores-1
1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...
Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...
Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...