|
|
|
|
Kain Non Tenun Sumatera Barat : Sulaman Suji | #OSKMITB2018 Tanggal 10 Aug 2018 oleh OSKM18_16418277_[Muhammad] Iqbal Rahmadhani. |
Ketika marak pulai (pengantin laki-laki) diantar ke rumah anak daro (pengantin perempuan), jadilah sebuah pesta perkawinan adat Minangkabau yang dinamakan baralek gadang (pesta besar). Perempuan-perempuan muda yang belum lama menikah biasanya ikut dalam iringan arak-arakan. Mereka dinamakan pasumandan, artinya pengiring dari lingkungan yang baik-baik. Pasumandan pada saat itu memakai pakaian adat yang terbagus dan terbaru, baju yang dipakai mereka biasanya berwarna merah bercorak sulaman. Bagi orang awak, sulaman ini dinamakan suji.Ini kalau memakai satu warna benang. Jika memakai warna-warna benang yang berbeda dinamakan suji cair. Cair artinya memecah atau merambat, maksudnya warna tertentu merambat pada warna yang lain, dengan kata lain bernuansa.
Umumnya ragam-ragam hias suji berupa corak-corak flora, seperti rangkaian bunga dan dedaunan. Penempatan warna benang sangat terkontrol dan terpilih antara ujung. Tengah, dan tangkai bunga, sehingga menimbulkan efek nuansa warna seperti bunga mekar. Begitu juga teknik penyulaman corak-corak daun, sehingga menimbulkan efek mengkilat. Corak Suji Cair bukan hanya penghias baju kurung dan selendang, tetapi sering juga ditata pada permukaan kelambu buat pengantin baru. Kiri-kanan kelambu bagian depan dihiasi dengan kembang-kembang besar, warna dan coraknya diserasikan pula dengan sarung bantal dan sprei. Biasanya warna corak yang dipakai sebagai dasar adalah merah muda atau warna lembut, sedangkan warna-warna corak biasanya yang berdekatan, seperti jingga, kuning, dan merah.
Sampai saat ini, suji cair mempunyai peranan penting dalam ragam hias perlengkapan pakaian adat tradisional Minangkabau, terutama perlengkapan-perlengkapan upacara perkawinan.
Bahan-bahan dasar pembuatnya terdiri atas kain dasar dan benang sulam. Kain dasar, dalam istilah daerah dikenal dengan nama kain tisu, terbuat dari serat sintetis. Sutera, crepe de chine, digunakan atas dasar peranan khusus, sedangkan untuk benang sulam digunakan rayon atau katun halus.
Suji cair juga mengalami diversifikasi produk yang berkembang pada pembuatan taplak meja, sprei, hiasan dinding, saputangan, bahkan sampai pada hiasan sendal, tas, dan sebagainya. Secata sepintas, suji cair tampak seperti border, tetapi kalau ditilik dengan cermat, sulaman ini mempunyai kehalusan tersendiri, akibat dikerjakan dengan tangan. Suji cair dikerjakan di atas kain yang diregangkan pada pamidangan. Kalau bidang yang digarap relative besar, bisa memakan waktu pengerjaan sekitar 1,5 sampai 3 bulan per helai kain. Kegiatan pembuatan suji cair terutama berlangsung di Koto Gadang, dekat Bukittinggi. Selain itu, suji cair juga dibuat di Bukittinggi, Empat Angkat Candung, Sianok dan Balingka
Ketika marak pulai (pengantin laki-laki) diantar ke rumah anak daro (pengantin perempuan), jadilah sebuah pesta perkawinan adat Minangkabau yang dinamakan baralek gadang (pesta besar). Perempuan-perempuan muda yang belum lama menikah biasanya ikut dalam iringan arak-arakan. Mereka dinamakan pasumandan, artinya pengiring dari lingkungan yang baik-baik. Pasumandan pada saat itu memakai pakaian adat yang terbagus dan terbaru, baju yang dipakai mereka biasanya berwarna merah bercorak sulaman. Bagi orang awak, sulaman ini dinamakan suji.Ini kalau memakai satu warna benang. Jika memakai warna-warna benang yang berbeda dinamakan suji cair. Cair artinya memecah atau merambat, maksudnya warna tertentu merambat pada warna yang lain, dengan kata lain bernuansa.
Umumnya ragam-ragam hias suji berupa corak-corak flora, seperti rangkaian bunga dan dedaunan. Penempatan warna benang sangat terkontrol dan terpilih antara ujung. Tengah, dan tangkai bunga, sehingga menimbulkan efek nuansa warna seperti bunga mekar. Begitu juga teknik penyulaman corak-corak daun, sehingga menimbulkan efek mengkilat. Corak Suji Cair bukan hanya penghias baju kurung dan selendang, tetapi sering juga ditata pada permukaan kelambu buat pengantin baru. Kiri-kanan kelambu bagian depan dihiasi dengan kembang-kembang besar, warna dan coraknya diserasikan pula dengan sarung bantal dan sprei. Biasanya warna corak yang dipakai sebagai dasar adalah merah muda atau warna lembut, sedangkan warna-warna corak biasanya yang berdekatan, seperti jingga, kuning, dan merah.
Sampai saat ini, suji cair mempunyai peranan penting dalam ragam hias perlengkapan pakaian adat tradisional Minangkabau, terutama perlengkapan-perlengkapan upacara perkawinan.
Bahan-bahan dasar pembuatnya terdiri atas kain dasar dan benang sulam. Kain dasar, dalam istilah daerah dikenal dengan nama kain tisu, terbuat dari serat sintetis. Sutera, crepe de chine, digunakan atas dasar peranan khusus, sedangkan untuk benang sulam digunakan rayon atau katun halus.
Suji cair juga mengalami diversifikasi produk yang berkembang pada pembuatan taplak meja, sprei, hiasan dinding, saputangan, bahkan sampai pada hiasan sendal, tas, dan sebagainya. Secata sepintas, suji cair tampak seperti border, tetapi kalau ditilik dengan cermat, sulaman ini mempunyai kehalusan tersendiri, akibat dikerjakan dengan tangan. Suji cair dikerjakan di atas kain yang diregangkan pada pamidangan. Kalau bidang yang digarap relative besar, bisa memakan waktu pengerjaan sekitar 1,5 sampai 3 bulan per helai kain. Kegiatan pembuatan suji cair terutama berlangsung di Koto Gadang, dekat Bukittinggi. Selain itu, suji cair juga dibuat di Bukittinggi, Empat Angkat Candung, Sianok dan Balingka
#OSKMITB2018
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |