|
|
|
|
Kain Berang Tanggal 06 Mar 2016 oleh Oase . |
Suku Huaulu memiliki satu ciri khas yang cukup mencolok terutama pada kaum laki-laki dewasa. Mereka memiliki tradisi ikat kepala dari kain merah yang disebut sebagai kain berang. Ikat kepala ini diikatkan dan menutupi kepala pemakainya. Masyarakat Huaulu menjadikan kain berang sebagai identitas tersendiri bagi kaum laki-laki Huaulu yang sudah akil baligh dan dianggap dewasa. Biasanya, seorang anak laki-laki akan memakai ikat kepala merah ini pada usia remaja, sekitar 15-17 tahun dan akan terus digunakan seumur hidupnya.
Selain berarti tanda kedewasaan, ikat kepala ini juga berfungsi sebagai kebanggaan laki-laki Huaulu. Sistem Patrilineal yang dianut suku Huaulu membuat kaum laki-laki memiliki harga lebih dan selalu menjadi sosok pimpinan dalam kekerabatan Huaulu. Warna merah pada kain Berang juga menandakan unsur keberanian yang diharapkan ada pada tiap individu lelaki Huaulu. Oleh karena itu, kain berang ini juga menjadi ornamen wajib yang digunakan ketika para lelaki akan berangkat berperang. Bila disesuaikan dengan kondisi modern yang tidak ada lagi peperangan, biasanya kain berang digunakan ketika mereka mengadakan upacara adat dan tarian cakalele.
Sepintas, ikat kepala Huaulu sama dengan ikat kepala saudara mereka Suku Naulu yang bermukim di wiayah Seram Selatan. Memang kedua suku ini memiliki hubungan keluarga yang cukup dekat. Keduanya memakai kain berang yang sama sebagai ikat kepala, namun berbeda cara pemakaiannya. Bagi suku Huaulu, kain berang dibentuk bulat menyerupai kepala pemakainya sedangkan di Suku Naulu, kain berang dibentuk hingga seolah muncul 2 telinga yang lancip di bagian samping atas kepala pemakainya. Perbedaan hanya terdapat pada pemakaiannya saja, sedangkan untuk makna dan fungsinya sama saja.
Ikat kepala Suku Huaulu atau Kain Berang ini adalah bagian yang tidak akan pernah terpisahkan dari keberadaan suku ini. Kain Berang sudah menjadi sebuah identitas tidak hanya bagi kaum laki-laki namun juga Suku Huaulu secara menyeluruh. Namun, tradisi ini mempunyai tantangan berat ketika berhadapan dengan kondisi jaman yang kian modern. Di satu sisi, tradisi ini harus memaklumi terpaan modernisasi agar suku Huaulu dapat terus bertahan dari kepunahan, di sisi lain tradisi Kain Berang adalah warisan leluhur yang memiliki arti penting untuk terus dipertahankan.
Sumber: http://www.indonesiakaya.com/kanal/detail/kain-berang-filosofi-kehidupan-dalam-ikat-kepala-merah-suku-huaulu
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |