Pada zaman penjajahan Belanda, banyak TAUKE (pedagang keturunan Cina) yang tinggal di
Batavia (Jakarta). Mereka hidup kompak dan saling membantu. Rupanya, kekompakan para tauke
Cina ini tidak disenangi oleh Belanda karena dianggap kerap merugikan. Orang-orang kompeni pun
berniat untuk memecah belah dan menghancurkan usaha para tauke Cina itu.
- “Apa yang harus kita lakukan untuk menghadapi para tauke itu, Tuan?” tanya seorang pejabat kompeni.
- “Kita harus segera bertindak. Kita kerahkan para budak belian sebanyak-banyaknya untuk bekerja sebagai tenaga kasar di laut dan mengawasi tingkah laku para tauke. Tapi, mereka terlebih dahulu harus dilatih menjadi pengawal yang siap mati,” ujar Gubernur Jenderal.
- “Untuk menghadapi para budak belian kompeni Belanda, kita harus membekali diri kita dengan ilmu bela diri. Maka itu, kita harus mendatangkan seorang guru silat yang handal ke sini,” ujar salah seorang tauke.
- “Setuju…!” kata para peserta rapat serentak.
- “Meskipun kompeni Belanda selalu bertindak sewenang-wenang, kita harus ramah kepada mereka. Kalian yang sudah ada hubungan persahabatan dengan mereka, lanjutkan persahabatan itu,” ujar si Panjang,
- “Selain itu, kita harus tetap meningkatkan usaha dagang kita.”
- “Saudara-saudara sekalian. Siapa di antara kalian yang memiliki perahu di pelabuhan?” tanya si Panjang kepada kawan-kawannya.
- “Saya, Ketua,” jawab puluhan tauke sambil mengacungkan tangan.
- “Baiklah. Saya harap kita bisa menyediakan perahu khusus yang nantinya dapat kita gunakan dalam keadaan darurat,” ujar si Panjang.
- “Baik, Tuan,” para pemilik perahu setuju.
- “Tuan, saya menemukan tempat berkumpul para tauke,” lapor Ba Song.
- “Di mana mereka berkumpul dan apa yang mereka lakukan?” tanya Gubernur Jenderal dengan penasaran.
- “Mereka sedang berlatih silat di Gading Melati di daerah Gandaria. Setiap malam mereka selalu berkumpul dan berlatih di tempat itu,” ungkap agen kepercayaan kompeni Belanda itu,
- “Perkumpulan mereka dipimpin oleh si Panjang. Pengikutnya pun semakin banyak.”
- “Apalagi yang kamu tahu tentang kegiatan mereka?” Gubernur Jenderal kembali bertanya.
- “Mereka juga mengumpulkan berbagai macam senjata tajam,” jawab Ba Song.
- “Para tauke itu tidak bisa dibiarkan. Kita harus menghentikan kegiatan mereka,” ujar Gubernur Jenderal.
- “Apa yang harus kita lakukan?” tanya salah seorang pejabat kompeni.
- “Kita datangi tempat berkumpul mereka. Jika para tauke itu tidak bisa dikendalikan, kita asingkan mereka ke Ceylon (Sri Lanka),” ujar Gubernur Jenderal.
- “Hai, kalian dari mana? Lalu, ke mana kawan-kawan kita yang lain?” tanya si Panjang cemas.
- “Maaf, Ketua. Tadi banyak serdadu Belanda datang kemari dan menangkap kita semua. Kami berempat berhasil meloloskan diri, sedangkan kawan-kawan kita yang lain akan diasingkan ke Ceylon,” lapor salah satu dari 4 tawanan yang berhasil meloloskan diri itu.
- “Benar, Tuan. Kami tidak dapat berbuat apa-apa. Serdadu Belanda itu dilengkapi dengan senapan dan pistol,” sahut yang lainnya.
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...