Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta Yogyakarta
KENAPA NYAMUK BERDENGUNG ? INI KISAHNYA
- 18 Juli 2018
Serangga nyamuk adalah sejenis serangga pembawa penyakit-penyakit berbahaya bagi manusia, sebut saja MALARIA, DEMAM BERDARAH, CIKUNGUNYA (KAKI GAJAH), serangga nyamuk mempunyai dua sayap bersisip, tubuh yang langsing, dan enam kaki yang panjang. Dari berbagai jenis nyamuk yang ada, jarang sekali mungkin juga tidak ada nyamuk yang memiliki ukuran tubuh melebihi seperti yang sekarang sering kita temui. Menurut cerita masyarakat Yogyakarta, dahulu ukuran nyamuk besarnya sebesar kambing dan dapat berbicara layaknya manusia. Namun oleh suatu peristiwa, tubuh nyamuk yang semula besarnya sebesar kambing tersebut berubah menjadi kecil dan suaranya pun berubah menjadi berdengung.
∞∞∞

 

 

Pada suatu tempat di kaki bukit di daerah Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, terdapat sebuah dusun terpencil yang jauh dari keramaian. Penduduk dusun tersebut senantiasa hidup rukun, damai, dan sejahtera. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, mereka berladang dan beternak hewan seperti sapi dan kambing. Setiap hari mereka pergi ke ladang dan ngarit (mencari rumput) untuk ternak mereka dengan perasaan aman dan tenang.
 
Suatu ketika, suasana damai dan tenang tersebut terusik oleh kabar akan kedatangan seekor RATU NYAMUK ke dusun itu. Seluruh warga pun menjadi cemas dan takut keluar rumah untuk mencari nafkah. Bagaimana mereka tidak takut, tubuh Ratu Nyamuk itu amat gemuk dan ukurannya sebesar kambing. Ratu Nyamuk itu juga memiliki kaki yang panjang dan berbulu. Demikian pula paruhnya amat runcing dan tajam sehingga dapat mencucuk kulit hewan yang kasar seperti kuda sekalipun. Oleh karena itu, setiap orang atau hewan yang dihisapnya akan meninggal karena kehabisan darah.
 
Merasa terancam keselamatannya, para warga pun segera mengadakan rembug desa (musyawarah desa) yang dipimpin langsung oleh kepala dusun setempat.
  • “Bagaimana kalau Ratu Nyamuk itu kita jebak dan binasakan beramai-ramai?” usul salah seorang warga.
  • “Maaf, saudara. Saya kira apa yang Anda usulkan itu tidak akan berhasil,” sanggah seorang warga lainnya,
  • “Ratu Nyamuk itu dapat terbang tinggi sehingga sulit untuk menjebaknya, apalagi membinasakannya.”
Suasana musyawarah tersebut cukup menegangkan. Sudah banyak usulan yang disampaikan oleh warga, namun belum satu pun yang disepakati secara bersama-sama oleh seluruh peserta rapat.
 
Sebagian dari warga sudah ada yang merasa cemas dan putus asa karena belum juga menemukan cara yang tepat untuk membinasakan si Ratu Nyamuk
  • “Tenang, saudara-saudara! Kita tidak perlu berputus asa,” ujar Kepala Dusun, 
  • “Setahu saya, Ratu Nyamuk itu memakai sebuah subang yang menjadi rahasia kesaktiannya. Jika subang itu kita ambil, tentu kekuataannya akan hilang dan akan berubah menjadi kecil. Dengan demikian, kita dapat menghalaunya dengan mudah.”
  • “Tapi, Pak Kepala Dusun. Siapa yang akan berani mengambil subang Ratu Nyamuk itu?” tanya seorang warga.
Mendengar pertanyaan itu, seluruh peserta rapat terdiam seraya saling memandang satu sama lain.
 
Mereka semua bingung karena takut darahnya dihisap oleh si Ratu Nyamuk. Di tengah kebingungan para warga, sang kepala dusun melanjutkan pembicaraannya.
  • “Saya juga mendengar kabar bahwa saat ini si Ratu Nyamuk sedang siap bertelur. Dengan demikian, dia pasti memerlukan pertolongan saat akan mengeluarkan telurnya. Satu-satunya orang yang dapat menolongnya adalah seorang dukun bayi,” ungkap sang Kepala Dusun.
  • “Lalu, bagaimana si dukun bayi dapat mengambil subang Ratu Nyamuk itu?” tanya seorang yang lain dengan bingung.
Dengan tenang Kepala Dusun menjawab, 
“Sebelum menolongnya, dukun bayi itu harus meminta sebuah syarat kepada si Ratu Nyamuk yaitu menyerahkan subangnya,” jelas sang Kepala Dusun.
Mendengar penjelasan itu, seluruh peserta rapat mengangguk-anggukkan kepala pertanda setuju.
 
Akhirnya, para warga bersepakat untuk meminta pertolongan kepada MBOK SURTI, satu-satunya dukun bayi yang ada di dusun tersebut. Mbok Surti dikenal sebagai dukun bayi yang pemberani dan memiliki banyak pengetahuan.
  • “Bagaimana Mbok Surti, apakah kamu bersedia untuk melaksanakan tugas ini?” tanya Kepala Dusun kepada Mbok Surti yang juga hadir dalam musyawarah itu.
  • “Demi keamanan dan ketenteraman bersama, saya bersedia melaksanakan amanat para warga ini,” jawab Mbok Surti.
Suatu hari, saat hendak bertelur, Ratu Nyamuk datang menemui Mbok Surti untuk meminta pertolongan. Sesuai dengan yang diamanatkan kepadanya, Mbok Surti pun mengajukan persyaratan itu kepada Ratu Nyamuk.
  • “Saya bersedia membantumu wahai Ratu Nyamuk, tapi dengan syarat kamu harus menyerahkan subangmu kepadaku,” tegas Mbok Surti.
  • “Baiklah, Mbok Surti. Aku terima persyaratanmu,” kata Ratu Nyamuk.
Setelah menyerahkan subangnya kepada Mbok Surti, Ratu Nyamuk itu segera terbang ke ke atas sebuah pohon. Sementara itu, Mbok Surti segera menyimpan subang itu baik-baik. Ia kemudian mengambil seonggok jerami dan meletakannya di bawah pohon tempat Ratu Nyamuk bertengger.
  • “Hai, Mbok Surti! Untuk apa jerami itu?” tanya Ratu Nyamuk.
  • “Kamu akan bertelur di atas tumpukan jerami ini agar telur-telurmu aman,” ujar Mbok Surti.
Tanpa merasa curiga sedikit pun, Ratu Nyamuk itu segera terbang rendah di atas tumpukan jerami setelah Mbok Surti memintanya. Begitu ia hendak mengeluarkan telurnya, Mbok Surti dengan cepat membakar tumpukan jerami itu. Api pun menyala sangat besar dan kemudian padam dengan cepat sehingga menimbulkan kepulan asap tebal yang berwarna hitam. Tak ayal, si Ratu Nyamuk pun jatuh ke tanah dan menggelepar-gelepar terkena kepulan asap jerami. Beberapa saat kemudian, telur sebesar jagung keluar dari tubuhnya dengan jumlah yang sangat banyak. Pada saat yang bersamaan, tubuh Ratu Nyamuk itu perlahan-lahan berubah menjadi kecil hingga sebesar telurnya. Hal itu dikarenakan tubuhnya yang amat lemah, sementara subang saktinya sudah tidak melekat padanya.
 
Beberapa saat kemudian, telur Ratu Nyamuk yang jumlahnya banyak itu tiba-tiba menetas menjadi nyamuk-nyamuk kecil. Ratu Nyamuk kemudian mengajak anak-anaknya untuk mengelilingi Mbok Surti dan merebut kembali subangnya. Namun, saat ia hendak meminta subangnya kepada Mbok Surti, suara yang keluar dari mulutnya hanya suara dengungan.
“Ngung... ngung... ngung...,” demikian suara dengungan Ratu Nyamuk itu.
Suara dengungan tersebut kemudian ditiru oleh seluruh anak-anaknya. Mbok Surti yang tidak mengerti maksud suara dengungan itu segera meninggalkan mereka. Namun, Ratu Nyamuk dan anak-anaknya terus mengejar dan mengelilinginya sambil berdengung-dengung. 
 
Oleh karena merasa terganggu oleh suara dengungan itu, Mbok Surti segera mengumpulkan jerami lalu membakarnya. Begitu api yang membakar jerami tersebut padam asap tebal pun mengepul dan mengenai Ratu Nyamuk dan anak-anaknya. Mereka pun beterbangan meninggalkan Mbok Surti karena tidak tahan dengan asap jerami itu. Berkat bantuan Mbok Surti mengusir nyamuk-nyamuk tersebut, penduduk di dusun itu kembali hidup aman dan tenteram. Mereka pun dapat mencari nafkah dan mencari rumput di ladang tanpa dihantui oleh perasaan cemas.
 
Sejak peristiwa tersebut, nyamuk bertubuh kecil dan hanya bisa berdengung. Nyamuk-nyamuk tersebut hanya bisa mengeluarkan suara dengungan. Meski demikian, mereka akan terus mengejar Mbok Surti untuk meminta subangnya. Itulah sebabnya mereka selalu mengganggu manusia hingga saat ini dengan berdengung di dekat telinganya.  Demikian pula, hingga saat ini masih banyak penduduk desa yang menggunakan asap jerami untuk mengusir nyamuk.
 
∞∞∞
Demikian dongeng ASAL MULA NYAMUK BERDENGUNG dari daerah Yogyakarta. Sedikitnya ada dua pesan moral yang dapat dipetik dari cerita di atas yaitu keutamaan musyawarah untuk mufakat dan keutamaan suka membantu demi kepentingan umum. 
PERTAMA, keutamaan musyawarah untuk mufakat terlihat pada sikap dan perilaku para warga dusun. Pada saat menghadapi sebuah masalah, mereka senantiasa mengadakan musyawarah untuk mencari pemecahannya secara bersama-sama.
 
Sumber: http://agathanicole.blogspot.com/2017/09/kenapa-nyamuk-berdengung-ini-kisahnya.html

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Vila Van Resink
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Vila Van Resink adalah bangunan cagar budaya berbentuk vila yang terletak di Jalan Siaga, Kalurahan Hargobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemilik awal vila ini adalah Gertrudes Johannes "Han" Resink, seorang anggota Stuw-groep , sebuah organisasi aktif pada Perang Dunia II yang memperjuangkan kemerdekaan dan pembentukan negara demokratis Hindia Belanda. Bangunan tersebut dibangun pada masa pemerintah Hindia Belanda sebagai bagian dari station hill (tempat tetirah pada musim panas yang berada di pegunungan) untuk boschwezen dienst (pejabat kehutanan Belanda). Pada era Hamengkubuwana VII, kepengelolaan Kaliurang (dalam hal ini termasuk bangunan-bangunan yang berada di wilayah tersebut) diserahkan kepada saudaranya yang bernama Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Mangkubumi. Tanah tersebut lantas dimanfaatkan untuk perkebunan nila, tetapi kegiatan itu terhenti kemudian hari karena adanya reorganisasi pertanian dan ekonomi di Vors...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Gereja Kristen Jawa Pakem Kertodadi
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Gereja Kristen Jawa (GKJ) Pakem Kertodadi adalah salah satu gereja di bawah naungan sinode Gereja Kristen Jawa, yang terletak di Jalan Kaliurang km. 18,5, Padukuhan Kertadadi, Kalurahan Pakembinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Awal mula pertumbuhan jemaat gereja ini berkaitan dengan keberadaan Rumah Sakit Paru-Paru Pakem, cabang dari Rumah Sakit Petronela (Tulung), yang didirikan di wilayah Hargobinangun. Sebelum tahun 1945, kegiatan keagamaan umat Kristen diadakan secara sederhana dalam bentuk renungan atau kebaktian pagi yang berlangsung di klinik maupun apotek rumah sakit yang dikenal dengan nama "Loteng". Para perawat di rumah sakit tersebut juga melakukan pelayanan kesehatan ke dusun-dusun di sekitarnya, yaitu Tanen, Sidorejo, Purworejo, dan Banteng. Menurut Notula Rapat Gerejawi, jemaat gereja ini mengadakan penetapan majelis yang pertama kali pada 21 April 1945. Tanggal tersebut lantas disepakati sebagai hari jadi GKJ Pa...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Situs Cepet Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Situs Cepet Pakem adalah situs arkeologi yang terletak di Padukuhan Cepet, Kalurahan Purwobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan temuan dua buah yoni dan sejumlah komponen arsitektur candi di sekitarnya, situs ini diduga merupakan reruntuhan sebuah candi Hindu dari masa klasik. Lokasinya kini berada di area permakaman umum Padukuhan Cepet, berdekatan dengan sebuah masjid. Benda cagar budaya (BCB) utama yang ditemukan di situs ini adalah dua buah yoni yang terbuat dari batu andesit. Kondisi keduanya telah rusak, sedangkan lingganya tidak ditemukan. Yoni pertama awalnya berada di pekarangan penduduk bernama Pujodiyono, tetapi sekarang dipindahkan di halaman makam. Yoni ini memiliki ukuran relatif besar dengan bentuk yang sederhana, yaitu lebar 134 sentimeter, tebal 115 sentimeter, dan tinggi 88 sentimeter. Bagian bawah cerat yoni tersebut tidak bermotif dan memberikan kesan bahwa pengerjaannya belum selesai. Sementara itu, terdap...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Situs Potro
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Situs Potro atau Pancuran Buto Potro adalah situs arkeologi yang terletak di Padukuhan Potro, Kalurahan Purwobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Situs ini terdiri atas dua benda cagar budaya (BCB) utama yang seluruhnya terbuat dari batu andesit, yaitu jaladwara dan peripih. Jaladwara di situs ini oleh masyarakat setempat dikenal dengan nama Pancuran Buto, karena bentuknya menyerupai kepala raksasa (kala) dengan mulut terbuka, gigi bertaring, dan ukirannya menyerupai naga. Sementara itu, keberadaan peripih berukuran cukup besar di situs ini menimbulkan dugaan bahwa pernah berdiri sebuah bangunan keagamaan di sekitar lokasi, kemungkinan sebuah candi, meskipun bentuk dan coraknya tidak dapat dipastikan karena minimnya artefak yang tersisa.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Sambal Matah
Makanan Minuman Makanan Minuman
Bali

Resep Sambal Matah Bahan-bahan: Bawang Merah Cabai Rawit Daun Jeruk Sereh Secukupnya garam Minyak panas Pembuatan: Cincang bawang merah, cabai rawit, daun jeruk, dan juga sereh Campur semua bahan yang sudah dicincang dalam satu wadah Tambahkan garam secukupnya atau sesuai selera Masukkan minyak panas Aduk semuanya Sambal matah siap dinikmati

avatar
Reog Dev