Tana Toraja (Sulawesi Selatan) memiliki tradisi yang unik dalam menarik wisatawan, yaitu tradisi adu tedong (julukan kerbau oleh masyarakat Toraja) sebagai pengorbanan dalam memperingati ritual Rambu Solo. Rambu Solo yaitu upritual penghormatan terakhir untuk orang terkasih yang telah lama meninggal. Upritual ini biasanya diadakan pada pertengahan tahun, yaitu antara bulan Juni hingga Juli (Candra, 2015). Bagi masyarakat Tana Toraja, orang yang telah meninggal akan menjadi bombo (arwah gentayangan), to-membali puang (arwah yang mencapai tingkat dewa), atau deata (arwah yang menjadi dewa pelindung). Oleh karena itu, Rambu Solo sangat penting peranannya yang dapat menentukan posisi arwah. Rambu Solo harus dilaksanakan secara sempurna (Prodjo, 2016).
Tedong bagi masyarakat Tana Toraja memiliki 2 fungsi, yaitu untuk mengantar arwah menuju puya (akhirat) dan sebagai simbol strata sosial. Semakin banyak dan semakin langka tedong yang disembelih akan semakin mempercepat arwah mencapai akhirat (Fadil, 2012) serta semakin tinggi derajat kebangsawanan yang menggelar pesta. Jumlah tedong yang disembelih bisa mencapai puluhan bahkan ratusan ekor (Oktaviano, 2016). Ritual adu tedong disebut dengan “mapasilaga tedong”. Adu Tedong memiliki pesan moral bahwa hanya binatang yang bertarung. Manusia yang derajatnya lebih tinggi dari hewan seharusnya malu kalau berkelahi (Candra, 2015).
Jenis tedong yang digunakan bermacam-macam, seperti Tedong Saleko memiliki ciri-ciri kulit belang dengan dominasi putih berbelang hitam. Tanduk tedong ini berwarna kuning gading dan memiliki lingkaran putih dalam bola matanya. Sementara itu, tedong hitam dengan belang putih dijuluki tedong Bonga. Semua tedong yang berwarna hitam dijuluki tedong Pudu. Tedong ini banyak disukai karena gampang dilatih dan harganya tidak semahal kerbau lain. Tedong Ballian mempunyai tanduk hingga lebih dari 2 meter. Jenis Tedong yang terakhir, yaitu Tedong Todi yang memiliki bercak putih di bagian kepalanya. (Fadil, 2012).
Ada dua kelompok orang yang terlibat dalam ritulal Rambu Solo, yaitu Pa’badong dan Pa’kambik. Pa’badong bertugas melaksanakan ma’badong hanya pada siang hari, yaitu pemindahan peti jenazah dan saat tamu datang. Ma’badong dilakukan dengan cara, Pa’badong akan berkumpul membentuk lingkaran, saling mengaitkan kelingking, lalu memulai prosesi ma’badong (Prodjo, 2016). Untuk malam hari, ma’badong dapat dilakukan oleh siapapun (Prodjo, 2016). Selain itu, ada Pa’kambik atau penggembala tedong. Pa’kambik memiliki tanggung jawab besar untuk mempersiapkan dan merawat tedong yang akan diadu. Pa’kambik tidak hanya sekedar membutuhkan kesabaran dan ketekunan, melainkan juga membangun ikatan dengan tedong tersebut (Candra, 2015).
Hal yang menarik adalah perawatan tedong dimulai pada lima bulan sebelum mapasilaga tedong di gelar. Biaya perawatan untuk seekor tedong mencapai Rp 10 juta–Rp 15 juta. Jika tedong kalah maka harganya akan langsung turun drastis. (Candra, 2015). Tedong Pudu memiliki harga relatif murah daripada jenis lainnya, yaitu seekor tedong Pudu yang berusia 6–7 tahun seharga Rp 40 juta. Berbeda dengan tedong Saleko, tedong ini merupakan tedong termahal dan harganya bisa mencapai 1 Milyar rupiah/ekor (Candra, 2015).
Seekor kerbau dari jenis Saleko, harganya bisa mencapai Rp 1 miliar karena dianggap memiliki bentuk fisik yang sempurna dan sangat langka. Perkawinan seekor saleko jantan dengan seekor saleko betina belum tentu melahirkan anak saleko. Dalam puluhan kali kelahiran pun belum tentu melahirkan anak saleko. Namun, saleko bisa muncul dari perkawinan sepasang kerbau biasa (Aco, 2016).
Pada zaman dahulu hanya kaum bangsawan yang dapat mengadakan ritual Rambu Solo, karena mengingat biaya yang dikeluarkan sangat tinggi. Namun, seiring perkembangannya dapat dilakukan oleh masyarakat biasa yang memang mampu mengadakan. Sebelum masuk ke area (lapangan) pertandingan, dilakukan serangkaian upritual khusus dan pembacaan doa-doa. Setelah itu, tedong-tedong diarak keliling lapangan diiringi musik gong, ada yang membawa umbul-umbul serta dari keluarga yang berduka, para wanita memakai pakaian hitam dalam arakan tersebut. Setelah upritual selesai, para penonton mapasilaga tedong dibagikan makanan, yaitu berupa babi bakar, lepet ketan, rokok, dan tuak (Sumiyati, 2016). Aturannya yaitu tedong yang meninggalkan area pertandingan terlebih dulu dianggap kalah (Candra, 2015).
Tedong yang kalah akan langsung disembelih saat itu juga. Setelah itu, tedong dimasak untuk dibagikan kepada masyarakat di sekitar pesta. Semakin banyak tedong, ritual Rambu Solo pun akan semakin lama bahkan hingga berbulan-bulan. Tedong Saloka umumnya tidak disembelih tetapi disumbangkan ke Gereja (Oktaviano, 2016). Konon, dalam upritual pemakaman ini, jika ada yang berbuat “nakal” dalam arti menjampi-jampi tedong yang sedang diadu maka dapat mengakibatkan tedong susah mati meski disembelih di lapangan saat itu juga hingga kepalanya hampir putus, bahkan bisa berjalan-jalan memakan rumput dengan kepala terkatung-katung.
Referensi
Aco, H. (2016, Januari 20). BERITA FOTO: Uniknya Nama Kerbau di Toraja, Ada yang Dinamai "Syarini, Luna Maya, dan ISIS". Diambil kembali dari tribunnews.com: http://www.tribunnews.com/regional/2016/01/20/uniknya-nama-kerbau-di-toraja-ada-yang-dinamai-syahrini-neymar-dan-isis
Candra, D. (2015, Juli 24). Tedong Pudu Paling Disukai, Harganya ’’Hanya’’ Rp 40 Juta. Diambil kembali dari Jawapos.com: http://www2.jawapos.com/baca/artikel/20654/tedong-pudu-paling-disukai-harganya-hanya-rp-40-juta
Fadil, I. (2012, Desember 31). Kerbau belang Toraja ini seharga mobil Alphard. Diambil kembali dari merdeka.com: https://www.merdeka.com/peristiwa/kerbau-belang-toraja-ini-seharga-mobil-alphard.html
Oktaviano, D. (2016, Juli 14). Di Upritual Adat Toraja, Ada Kerbau Persembahan Berharga hingga Rp 1 Miliar. Diambil kembali dari Kompas.com: http://foto.kompas.com/photo/detail/2016/07/14/667891653110861468429242/di.upritual.adat.toraja.ada.kerbau.persembahan.berharga.hingga.rp.1.miliar
Prodjo, W. A. (2016, Juni 25). Catat! 27 Juni Ada Tradisi Pemakaman Rambu Solo Toraja. Diambil kembali dari Kompas.com: http://travel.kompas.com/read/2016/06/25/062613327/catat.27.juni.ada.tradisi.pemakaman.rambu.solo.toraja.
Sumiyati. (2016, Februari 24). Tradisi Adu Kerbau di Toraja Sebelum adu kerbau, dilakukan upritual khusus terlebih dahulu. Diambil kembali dari viva.co.id: http://log.viva.co.id/frame/read/aHR0cDovL3d3dy5jdW1pbGViYXkuY29tLzIwMTYvMDIvdGVkb25nLXNpbGFnYS1hZHUta2VyYmF1LWRpLXRvcmFqYS5odG1s
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak, Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman)...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok ataupun pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghad...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang