Ritual
Ritual
Tradisi Kalimantan Selatan Martapura
HAUL GURU SEKUMPUL

HAUL GURU SEKUMPUL

Tradisi Martapura, Kalimantan Selatan

Keyword : Haul, Guru Sekumpul, Martapura

Haul dan asal-usulnya

Haul berasal dari bahasa arab haala-yahuulu-haulan yang bermakna upaya, perpindahan, daya, mengembalikan, tahun. Kemudian kata haul tersebut berkembang dan terserap menjadi istilah Bahasa Indonesia, yang lazim dan masyhur di pakai komunitas masyarakat muslim di Indonesia, dan dari istilah Indonesia inilah, kata haul memiliki dua pengertian besar, yaitu:

  • Haul berati upacara peringatan ulang tahun wafatnya seseorang dengan berbagai acara, yang puncaknya menziarahi kubur almarhum atau almarhumah. Selayaknya merayakan ulang tahun di hari kelahiran, haul dilaksanakan setiap tahun
  • Haul yang di artikan putaran waktu dua belas bulan (satu tahun) kalender Hijriyyah terhadap harta yang wajib dizakati di tangan pemilik (Muzzaki) dan arti ini berkaitan erat dengan masalah zakat. 

 

Haul sendiri kemudian menjadi media untuk mengajak umat muslim (khususnya) untuk mengingat adanya kematian, selain menjadi media untuk mengajak orang untuk berdzikir, membaca quran, dan shalawat. Dalam prakteknya, Haul, serta peringatan hari kematian lain (7 harian, 40 harian, 100 harian, 1000 harian dst). pelaksanaan dan teknisnya pun bervariasi dan bermacam-macam, di antaranya ada yang melaksanakan haul dengan pembacaan 30 juz al-qur’an oleh para huffadz, ada pula yang menggelar tahlil akbar, tabligh akbar, shadaqah dsb. Yang pahala dan fadhilah dari rangkaian kegiatan tersebut di tujukan kepada orang yang di peringati hari wafatnya.

Haul serta penerjemahan dan pengembangan dari istilah “Mendoakan yang di Haul-i” akan terasa terasa dan tampak besar-besaran dahsyat ketika yang di peringati adalah tokoh yang kharismatik, ulama besar,  pendiri pesantren, dsb. Dapat dikatakan jamaah yang datan dan  menghadiri acara haul sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya ketokohan yang di-haul-i. Dan dari banyaknya umat yang hadir, Shohibul hajat (Tuan rumah atau penyelenggara acara) lazimnya mengadakan pengajian sebagai “santapan rohani”.

Salah satu agenda “Haul akbar” yang ada di Indonesia adalah peringatan wafatnya KH. Zaini bin Abdul Ghani atau lebih masyhur dengan Guru Sekumpul di daerah Martapura, Kalimantan selatan. KH Zaini Abdul ghani, di kenal sebagai seorang tokoh ulama yang kharismatik. Di tiap tahunnya kota Martapura akan penuh dengan puluhan ribu jamaah yang datang dari pelbagai daerah di Indonesia,  Perayaan ini pun tak main-main, karna jumlah pengunjung tiap tahunnya semakin meningkat. Bahkan pada peringatan haul tahun 2018, Presiden Joko Widodo sendiri menyempatkan datang untuk turut serta duduk dalam “majelis” tersebut. Dari tahun ke tahun Haul ini seperti di persiapkan oleh “shabibul hajat” mengingat antusiasme jamaah yang semakin bertambah.

Sekelumit Tentang Guru Sekumpul

Bagi masyarakat "Kota Intan" Martapura atau "Bumi Barakat" Banjar dan Kalimantan umumnya, Nama Guru Sekumpul bukanlah nama asing. Jika berkunjung ke Martapura (40 Km dari Banjarmasin atau sekitar 13 kilometer dari Bandara Syamsudin Noor) dapat di pastikan di dinding setiap rumah, warung, toko dan tempat-tempat bernaung akan terpajang foto dengan wajah Guru Sekumpul. Sebagai bentuk penghormatan dan ta’dzim kepada sosok kharismatik pemilik nama lengkap KH Muhammad Zaini Abdul Ghani tersebut, bukan hanya kharismatik, Guru Sekumpul juka terkenal sebagai sosok yang tidak hanya unggul dalam bidang agama, tetapi juga peduli terhadap sosial. Bukan hanya foto, akan terdengar suara khas Guru Sekumpul melalui gadget mereka, baik lantun sholawat maupun rekaman ceramah-ceramah sosok yang juga kerap di sebut dengan Guru Ijai ini.

Muhammad Zaini Abdul Ghani, Tunggul Irang, Martapura 11 Februari 1942 (27 Muharram 1361 H), adalah putra pertama dari pasangan Abdul Ghani bin H. Abdul Manaf bin Muhammad Seman dengan Ibu Hj Masliah binti H Mulya bin Muhyiddin, dari sisi garis nasab keturunan Guru Sekumpul adalah nasab yang sangat terhormat dan terjaga. keturunan ke-8 tokoh besar Banjar, Maulana Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari atau lebih masyhur dengan Laqab  Datuk Kalampayan. Seorang yang juga sangat alim, mengarang sebuah kitab klasik yang hingga kini masih menjadi rujukan ulama-ulama di Asia-Tenggara, Sabilal Muhtadin.

Qusyairi, Adalah nama kecilnya. Di didik langsung oleh kedua orang tua dan neneknya, Salbiyah.  Mulai dari dasar dan landasan pendidikan tauhid, akhlak, dan kedisiplinan mereka berikan kepadanya serta ilmu agama lainnya, seperti membaca Alquran.       

Qusyairi atau Zaini kecil mendapat “anugerah” yang sangat luar biasa yakni berupa kecerdasan otak yang tak terkira. Di usia 7 tahun Qusyairi sudah  mampu menghafal Alquran 30 Juz, bersamaan ketika ia mulai masuk ke pendidikan madrasah di Madrasah Ibtidaiyah Darussalam. Bahkan karena kecerdasaannya ini pada usia 9 tahun Qusyairi telah berhasil menghafal sebuah kitab tafsir masyhur karya Jalaluddin Al-Muhalli dan Jalaluddin As-Suyutu yaitu Tafsir Jalalain. Pada 1955 (13 tahun), Qusyairi melanjutkan ke jenjang menengah pertama di lembaga yang sama.

Diantara guru-guru yang memimbing Guru Sekumpul muda ketika mondok di Darussalam ialah, KH. Mahalli Abdul Qadir, KH. M. Zein, KH. Rofi'i Ahmad, KH. Husein Dahlan, KH. Syahran, KH. Semman Mulia (paman beliau), KH. Salman Jalil (ayah dari Guru Wildan Tanjung Rema), KH. Salim Ma'ruf, KH. Husein Qadri, KH. M. Sya'rani Arif, dan KH. Salman Yusuf

Kondisi keuangan yang tidak mendukung ketika Guru Sekumpul muda tidak mengurangi semangat beliau  untuk menuntut ilmu. Hal ini pernah diceritakan Guru Sekumpul pada suatu kesempatan.

"Aku dahulu sekolah di (Pondok Pesantren) Darussalam miskin, sakit banar, baju salambar di awak, batapih tapi kada basalawar, basandal, sandal kalum".(Arti) Aku dulu ketika sekolah di (Pondok Pesantren) Darussalam miskin, sangat memprihatinkan, baju hanya satu di badan, memakai sarung tapi tidak memakai celana, memakai sendal kalum.

Selama tidak kurang dari 12 tahun Guru Sekumpul muda merasakan kondisi sedemikian rupa ketika mondok di Darussalam. Biar kondisi begitu semangat Guru Sekumpul muda tidaklah pudar. Ini terbukti ketika ketika setiap pembagian nilai ulangan, beliau mendapatkan nilai tertinggi. Bahkan pada ijazah terakhir beliau mendapatkan nilai dengan predikat Jayyid Mumtaz yang tertera nilai dengan rata-rata 10.

Guru Sekumpul  melanjutkan pendidikannya ke Pesantren Datu Kalampian Bangil, Jawa Timur, kepada Kyai Sarwani Abdan (Guru Bangil) yang juga berasal dari Martapura. Di sini beliau selain mendapat pendidikan syariat juga mendalami ilmu spiritual. Selanjutnya beliau berguru kepada Syekh Falah di Bogor. Selain kepada kedua ulama ini, beliau juga mendalami syariat dan tarekat kepada Syekh Muhammad Yasin Padang di Mekah, Syekh Hasan Masysyath, Syekh Isma’il Yamani, Syekh Abdul Qadir al-Baar, Syekh Sayyid Muhammad Amin Kutby, Allamah Ali Junaidi (Berau) ibn Jamaluddin ibn Muhammad Arsyad. Atas petunjuk Syekh Ali Junaidi, beliau kemudian belajar kepada Syekh Fadhil Muhammad (Guru Gadung). Kepada Guru Gadung ini Guru Ijai belajar tentang ajaran Nur Muhammad. Beliau juga mendapat ijazah Maulid Simthud Durar dari sahabat karibnya, Habib Anis ibn Alwi ibn Ali al-Habsyi dari Solo, Jawa Tengah.

Beliau sempat menjadi pengajar di Pesantren Darussalam Martapura selama lima tahun, kemudian membuka pengajian di rumahnya sendiri pada 1970-an, di dampingi oleh seorang kyai terkenal yakni Guru Salman Bujang (Guru Salman Mulya). Pengajian dimulai setiap hari Kamis petang hingga malam Jum’at. Pada 1988 beliau pindah ke Kampung Sekumpul, membuka kompleks perumahan ar-Raudhah atau Dalam Regol. Sejak itu kewibawaan dan kharismanya memancar luas – murid-muridnya dan tamu-tamunya berdatangan dari berbagai daerah, bahkan dari negeri jiran seperti Malaysia, Singapura dan Brunei. 

Guru Sekumpul adalah ulama par-excellent. Beliau menempuh pendidikan dalam lingkungan keagamaan tradisional yang ketat, hampir tanpa persentuhan sedikit pun dengan pendidikan modern. Lalu pada masanya kemudian beliau dipercaya oleh guru-guru beliau untuk memberikan pengajian sendiri. Mula-mula di kampung Keraton. Namun karena pengajiannya makin membesar, dan kampung Keraton tak bisa menampung lagi, beliau pindah ke sebuah kawasan yang relatif masih sepi: Sekumpul. 

Pengajian-pengajian Guru Sekumpul berisi pengajaran-pengajaran tasawuf, baik tasawuf akhlaqi maupun falsafi. Selain itu, beliau juga menggelar pembacaan shalawat Simtut Durar, yang dua dekade kemudian populer di sekujur Jawa melalui pengasuhan Habib Syech Bin Abdul Qodir Assegaf yang bersuara empuk.

Guru Sekumpul memberikan pengajaran dengan menggunakan kitab dan para jamaahnya –juga dengan memegang kitab yang dibacakan-- duduk menyimak pembacaan dan penjelasan kitab tersebut. Cara mengajarnya sangat komunikatif sekali dan mudah dipahami. Sesekali beliau menyelipkan humor yang segar. Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Banjar dengan diselingi Bahasa Indonesia.   

Guru Sekumpul tak pernah mengenal yang istilah diskusi, seminar, workshop dan sejenisnya. Beliau tak pernah ikut pelatihan organisasi apapun. Beliau juga bukan orang politik, meski demikian, pengaruh politiknya sangat besar sekali, khususnya di kawasan Kalimantan. Karena itu taklah aneh jika hampir seluruh pimpinan politik di kawasan tersebut menyempatkan untuk mengunjungi beliau dan setiap calon pimpinan daerah berusaha mengejar restu beliau.

Semasa hidupnya Guru Sekumpul juga menulis banyak karya tulis. Beberapa karyanya yang terkenal antara lain Risalah MubarakahManaqib Asy-Syekh As-Sayyid Muhammad bin Abdul Karim Al-Qadiri Al-Hasani As-Samman Al-MadaniAr-Risalatun Nuraniyah fi Syarhit Tawassulatis Sammaniyah, dan Nubdzatun fi Manaqibil Imamil Masyhur bil Ustadzil azham Muhammad bin Ali Baalawy.

Guru Sekumpul meninggal pada hari rabu tanggal 10 Agustus 2005 pada usia 63 tahun di kediamannya sekaligus komplek pengajiannya di daerah Sekumpul Martapura. Sebelum meninggal, beliau sempat dirawat di Rumah Sakit Mount Eizabeth, Singapura selama 10 hari akibat gagal ginjal yang di derita.

Haul Yang Selalu Ramai

Bila bulan rajab datang, Pasar Martapura akan terlihat semakin sibuk. Sepanjang jalan menuju Musholla Ar-Raudhah tak kalah sibuknya, Kesibukan untuk menyambut tamu-tamu Alm. Guru Sekumpul di acara Haul nya. Pemandangan ini menjadi lazim sejak kepergian Guru Sekumpul pada 2005. Bukan hal yang mengagetkan bagi masyarakat sekumpul, mengingat semasa  Guru Sekumpul masih hidup, hampir setiap minggu Kel. Sekumpul di datangi ribuan jamaah yang mengikuti pengajian.

Rumah-rumah di sekitaran Musholla Ar-Raudhah, Kelurahan Sekumpul, Martapura membuka lebar pintu mereka. Meja-meja di siapkan di depan rumah, di atasnya berbagai makanan di haturkan, berbagai minuman di hidangkan, semuanya gratis bagi siapapun yang ingin menyantapnya. Seluruh masyarakat sekumpul merasa menjadi tuan rumah di acara ini. Mereka merelakan apapun yang mereka miliki, tempat, makanan, tenaga bahkan tak jarang finansial untuk sekedar “menyumbang” di Haul  Guru besar mereka yang telah berpulang.

Pemerintah daerah pun tak tinggal diam menyambut gelaran tahunan ini. Baik Pemprov Kal-Sel maupun Pemerintah Daerah benar-benar turun tangan. Mulai dari persiapan lalu-lintas, tempat parkir, listrik dan penerangan kesemuanya benar-benar di persiapkan setiap menjelang acara Haul datang.

Kesemuanya di lakukan warga “Kota Intan” Martapura sebagai bentuk penghormatan kepada “Sang Guru”. Meskipun Guru Sekumpul telah berpulang, bukan menjadi alasan bagi mereka untuk ber-ta’dzim melalui tenaga, harta, tempat, pikiran dan segala yang di miliki. Hal ini semacam menjadi ucapan terima kasih atas segala ilmu yang telah di berikan Guru Sekumpul, meskipun mereka sadar, kesemuanya tidak bisa di sejajarkan volume nya dengan ilmu yang sudah Guru Sekumpul berikan.

“Pintu surga diharamkan bagi orang bakhil”. Begitu salah satu pesan Guru Sekumpul kepada santri dan jamaahnya, pesan yang secara esensi mengacu kepada Hadist dan Ajaran Nabi Muhammad. Pesan ini bukan hanya terpatri di hati jamaahnya ketika Guru Sekumpul masih hidup, setelah kepergiannya pun, pesan ini tetap di ingat dan di aplikasikan, salah satunya ketika hadir hari Haul Guru Sekumpul.

Haul Guru Sekumpul seakan menjadi media dan wadah bersedekah bagi jamaah dan santri-santrinya.

Puncak acara yang sebenarnya tidak berdurasi lama, ba’da magrib sampai Isya. Di isi dengan pembacaan maulid simthu dhurar, tahlil, qira’atul Qur’an, namun mampu menjadi wadah bersedekah, media silaturahim puluhan ribu manusia yang datang dari berbagai daerah, persiapan yang begitu megah dan melibatkan berbagai macam element masyarakat, sungguh budaya dan tradisi yang patut di apresiasi. Haul Guru Sekumpul seperti menjadi “event religious tahunan” Persiapan telah dilakukan sejak jauh hari tidak hanya oleh panitia haul, melainkan oleh semua elemen masyarakat, tak terkecuali pemerintah daerah kabupaten banjar sebagai tuan rumah. Bahkan pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan. Dinas Perhubungan dan instansi terkait lainnya mempersiapkan pengaturan arus lalu lintas untuk mengantisipasi terjadinya kemacetan akibat volume kendaraan yang datang. Peta jalur keluar-masuk Sekumpul dan Martapura disosialisasikan kepada masyarakat luas. Himbauan untuk memperlancar pelaksanaan event ini pun disampaikan melalui semua media agar diketahui khalayak. PLN sibuk menyiapkan ketersediaan listrik agar tidak terjadi gangguan pada saat acara haul berlangsung. Selain pengaturan lalu lintas dan keamanan, bahkan Polresta Banjarmasin berpartisipasi dengan menyulap kendaraan Water Canon-nya menjadi tempat wudhu. Dan masih banyak lagi partisipasi aktif masyarakat dalam acara haul ini. Semua membuktikan kecintaannya terhadap Abah Guru, sebutan akrab jamaah kepada Guru Sekumpul.

Bahkan bercermin pada peringatan haul tahun-tahun sebelumnya, jumlah jamaah yang menghadiri acara ini mencapai ribuan orang. Beberapa pihak meyakini bahwa jumlah jamaah yang hadir lebih dari satu juta orang. Kabarnya tahun 2018 kemarin bahkan panitia menyiapkan 44 dapur umum untuk menyediakan 600 ribu bungkus nasi untuk jamaah yang hadir. Panitia memperkirakan jumlah jamaah yang akan menghadiri acara haul ke-13 ini mencapai 1,5 juta orang, terdiri dari berbagai daerah di Kalsel dan bahkan dari mancanegara. Ini membuktikan begitu besarnya pengaruh Guru ijai hingga sekarang. Masyarakat Banjar sangat menghormati dan mencintai beliau.

Dari perspektif pariwisata, tentu acara ini sangatlah istimewa. Tak banyak event bersifat keagamaan di Indonesia yang bisa menyedot pengunjung dalam jumlah besar seperti acara ini. Kabupaten Banjar sebagai pengampu wilayah mendapatkan berkah yang luar biasa dengan adanya ratusan ribu bahkan jutaan jamaah (peziarah) yang datang. Tidak bisa dipungkiri, dampak acaranya ini tentu sangat besar, baik itu secara sosial maupun ekonomi. Hotel, rumah makan, pedagang souvenir yang tersebar di sekitar Sekumpul dan Martapura akan kebanjiran pengunjung.

Bukan tak mungkin kedepan, sektor wisata religi mampu menjadi komoditi daerah Martapura dan Kalimantan selatan, Selain sektor pertambangan, bukan prospek yang bersifat duniawi tentu arahnya, lebih di arahkan sebagai “ngalap berkah” Tuan Guru Sekumpul.

#OSKMITB18

OSKM ITB 2018

Referensi :

Abdul Rahman Hj. Abdullah, Biografi Agung Syeikh Arsyad Al-Banjari, Banjarmasin :  Karya Bestari, TT

Ahmad Rosyadi, Bertamu Ke Sekumpul, Sebuah Kenangan Buat Abah Guru (Edisi ke-4), Banjarmasin : Lembaga pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Kabupaten Banjar, 2011

Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, Jakarta : PT Ichtiyar Bbaru Van Hoeve, 1994

Hairus Salim HS, Gus Dur dan Guru Sekumpul: Sebuah Pertemuan, di akses melalui http://www.nu.or.id/

Miftahur Rahman, Keajaiban 1000 Dinar, Jakarta : Elex Media Komputindo, 2013

Munawir. A.W, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (edisi kedua), Surabaya: Pustaka Progresif, 1997

Team Redaksi, Da’i Indonesia, Jakarta: General Books, 2001

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Sambal Matah
Makanan Minuman Makanan Minuman
Bali

Resep Sambal Matah Bahan-bahan: Bawang Merah Cabai Rawit Daun Jeruk Sereh Secukupnya garam Minyak panas Pembuatan: Cincang bawang merah, cabai rawit, daun jeruk, dan juga sereh Campur semua bahan yang sudah dicincang dalam satu wadah Tambahkan garam secukupnya atau sesuai selera Masukkan minyak panas Aduk semuanya Sambal matah siap dinikmati

avatar
Reog Dev
Gambar Entri
Gereja Kristen Jawa Pakem Taman Lansia Ceria
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Bangunan GKJ Pakem merupakan bagian dari kompleks sanatorium Pakem, yang didirikan sebagai respon terhadap lonjakan kasus tuberculosis di Hindia-Belanda pada awal abad ke-20, saat obat dan vaksin untuk penyakit ini belum ditemukan. Sanatorium dibangun untuk mengkarantina penderita tuberculosis guna mencegah penularan. Keberadaan sanatorium di Indonesia dimulai pada tahun 1900-an, dengan pandangan bahwa tuberculosis adalah penyakit yang jarang terjadi di negara tropis. Kompleks Sanatorium Pakem dibangun sebagai solusi untuk mengatasi kekurangan kapasitas di rumah sakit zending di berbagai kota seperti Solo, Klaten, Yogyakarta, dan sekitarnya. Lokasi di Pakem, 19 kilometer ke utara Yogyakarta, dipilih karena jauh dari keramaian dan memiliki udara yang dianggap mendukung pemulihan pasien. Pembangunan sanatorium dimulai pada Oktober 1935 dan dirancang oleh kantor arsitektur Sindoetomo, termasuk pemasangan listrik dan pipa air. Sanatorium diresmikan oleh Sultan Hamengkubuwono VIII pada 23...

avatar
Seraphimuriel
Gambar Entri
Pecel Mie
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Timur

Bahan-bahan 4 orang 2 bungkus mie telur 4 butir telur kocok 1 buah wortel potong korek api 5 helai kol 1 daun bawang 4 seledri gula, garam, totole dan merica 1 sdm bumbu dasar putih Bumbu Dasar Putih Praktis 1 sdm bumbu dasar merah Meal Prep Frozen ll Stok Bumbu Dasar Praktis Merah Putih Kuning + Bumbu Nasi/ Mie Goreng merica (saya pake merica bubuk) kaldu jamur (totole) secukupnya kecap manis secukupnya saus tiram Bumbu Pecel 1 bumbu pecel instant Pelengkap Bakwan Bakwan Kriuk bawang goreng telur ceplok kerupuk Cara Membuat 30 menit 1 Rebus mie, tiriskan 2 Buat telur orak arik 3 Masukkan duo bumbu dasar, sayuran, tumis hingga layu, masukkan kecap, saus tiram, gula, garam, lada bubuk, penyedap, aduk hingga kecap mulai berkaramel 4 Masukkan mie telur, kecilkan / matikan api, aduk hingga merata 5 Goreng bakwan, seduh bumbu pecel 6 Siram diatas mie, sajikan dengan pelengkap

avatar
Netizen
Gambar Entri
Wisma Gadjah Mada
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Gadjah Mada terletak di Jalan Wrekso no. 447, Kelurahan Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma Gadjah Mada dimiliki oleh Universitas Gadjah Mada yang dikelola oleh PT GAMA MULTI USAHA MANDIRI. Bangunan ini didirikan pada tahun 1919 oleh pemiliknya orang Belanda yaitu Tuan Dezentje. Salah satu nilai historis wisma Gadjah Mada yaitu pada tahun 1948 pernah digunakan sebagai tempat perundingan khusus antara pemerintahan RI dengan Belanda yang diwakili oleh Komisi Tiga Negara yang menghasilkan Notulen Kaliurang. Wisma Gadjah Mada diresmikan oleh rektor UGM, Prof. Dr. T. Jacob setelah di pugar sekitar tahun 1958. Bangunan ini dikenal oleh masyarakat sekitar dengan Loji Cengger, penamaan tersebut dikarenakan salah satu komponen bangunan menyerupai cengger ayam. Wisma Gadjah Mada awalnya digunakan sebagai tempat tinggal Tuan Dezentje, saat ini bangunan tersebut difungsikan sebagai penginapan dan tempat rapat. Wisma Gadjah Mada memiliki arsitektur ind...

avatar
Seraphimuriel
Gambar Entri
Rumah Indis Wisma RRI
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Bangunan ini dibangun tahun 1930-an. Pada tahun 1945 bangunan ini dibeli oleh RRI Yogyakarta, kemudian dilakukan renovasi dan selesai tanggal 7 Mei 1948 sesuai dengan tulisan di prasasti yang terdapat di halaman. Bangunan bergaya indis. Bangunan dilengkapi cerobong asap.

avatar
Seraphimuriel