|
|
|
|
Gondong Buhun Tanggal 07 Aug 2018 oleh OKSM18_19718356_Fauzan . |
Gondong Buhun merupakan seni musik tetabuhan (tutunggulan) yang biasa disertai oleh nyanyian, dan satu set alat musik yang dikenal sebagai lisung dan alu.
Asal mula seni musik tersebut berasal dari kebiasaan masyarakat Ciamis dalam mengolah hasil panen padi mereka. Gabah padi diproses menjadi beras pada wadah kayu yang berbentuk persegi panjang dinamakan lisung. Alat ini memproduksi suara dari hasil pemukulan (nutu) alat tersebut dengan penumbuk padi yang terbuat dari sebatang kayu, dikenal sebagai alu. Menurut adat Cirebon, seni musik ini dipentaskan oleh wanita yang berjumlah lima orang untuk memukul lisung-nya, dan seluruh masyarakat yang berminat menyanyikan lagunya untuk melepas rasa lelah. Namun terkadang pria pun berikut serta dalam proses permainan Gondong Buhun ini. Kesenian musik ini populer di kalangan pedesaan Cirebon, salah satu contohnya ada di Kampung Cikukang, Desa Ciulu, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Ciamis.
ilustrasi pemain gondong buhun memukuli "lisung"
Pementasan kesenian ini terkait dengan beberapa ritus; antara lain ritus Nyi Pohaci Sanghyang Sri (mapag sri), ritus untuk turunnya hujan dan ritus undangan kenduri. Ritus mapag sri bisa disebut juga ritus yang dilakukan saat musim panen. Ritus tersebut merupakan sebuah rasa puji syukur kepada Tuhan YME yang telah memanenkan seluruh hasil panen para petani disana. Lalu ritus minta hujan dilakukan saat musim kemarau berkepanjangan. Biasanya pada musim kemarau, panen sangat rawan untuk gagal. Hal ini mendorong para petani untuk berdoa atas turunnya hujan, biar padi yang sedang tumbuh subur. Pada saat hujan turun, disitulah dimana upacara para petani mulai lagi. Lalu yang terakhir adalah undangan kenduri. Hal ini biasanya diselenggarakan jika para petani mau mengadakan kumpul ramai dari suara lisung yang keras, dimana suara tersebut dapat terdengar dari jauh, dan hal ini menyatakan bahwa seseorang akan melaksanakan kenduri.
Pada umumnya, proses permainan Gondong Buhun ini dimainkan dengan cara memukul berlimaan, yang membuat suara bervariasi. Kemudian, para masyarakat senang nembang (bernyanyi tanpa irama) untuk mengusir rasa lelah mereka dari hasil membuat panen-panen tersebut. Bunyi yang dihasilkan lebih teratur dan mempunyai irama serta nyanyian yang dinyanyikan juga menggambarkan rasa syukur, penuh dengan motivasi, penuh makna dan pengingat aturan hidup mengkaji diri, yang tentunya dinyanyikan dalam Bahasa Sunda.
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |