Gondong Buhun merupakan seni musik tetabuhan (tutunggulan) yang biasa disertai oleh nyanyian, dan satu set alat musik yang dikenal sebagai lisung dan alu.
Asal mula seni musik tersebut berasal dari kebiasaan masyarakat Ciamis dalam mengolah hasil panen padi mereka. Gabah padi diproses menjadi beras pada wadah kayu yang berbentuk persegi panjang dinamakan lisung. Alat ini memproduksi suara dari hasil pemukulan (nutu) alat tersebut dengan penumbuk padi yang terbuat dari sebatang kayu, dikenal sebagai alu. Menurut adat Cirebon, seni musik ini dipentaskan oleh wanita yang berjumlah lima orang untuk memukul lisung-nya, dan seluruh masyarakat yang berminat menyanyikan lagunya untuk melepas rasa lelah. Namun terkadang pria pun berikut serta dalam proses permainan Gondong Buhun ini. Kesenian musik ini populer di kalangan pedesaan Cirebon, salah satu contohnya ada di Kampung Cikukang, Desa Ciulu, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Ciamis.

ilustrasi pemain gondong buhun memukuli "lisung"
Pementasan kesenian ini terkait dengan beberapa ritus; antara lain ritus Nyi Pohaci Sanghyang Sri (mapag sri), ritus untuk turunnya hujan dan ritus undangan kenduri. Ritus mapag sri bisa disebut juga ritus yang dilakukan saat musim panen. Ritus tersebut merupakan sebuah rasa puji syukur kepada Tuhan YME yang telah memanenkan seluruh hasil panen para petani disana. Lalu ritus minta hujan dilakukan saat musim kemarau berkepanjangan. Biasanya pada musim kemarau, panen sangat rawan untuk gagal. Hal ini mendorong para petani untuk berdoa atas turunnya hujan, biar padi yang sedang tumbuh subur. Pada saat hujan turun, disitulah dimana upacara para petani mulai lagi. Lalu yang terakhir adalah undangan kenduri. Hal ini biasanya diselenggarakan jika para petani mau mengadakan kumpul ramai dari suara lisung yang keras, dimana suara tersebut dapat terdengar dari jauh, dan hal ini menyatakan bahwa seseorang akan melaksanakan kenduri.
Pada umumnya, proses permainan Gondong Buhun ini dimainkan dengan cara memukul berlimaan, yang membuat suara bervariasi. Kemudian, para masyarakat senang nembang (bernyanyi tanpa irama) untuk mengusir rasa lelah mereka dari hasil membuat panen-panen tersebut. Bunyi yang dihasilkan lebih teratur dan mempunyai irama serta nyanyian yang dinyanyikan juga menggambarkan rasa syukur, penuh dengan motivasi, penuh makna dan pengingat aturan hidup mengkaji diri, yang tentunya dinyanyikan dalam Bahasa Sunda.
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang