GPIB Immanuel, atau yang dikenal dengan nama Gereja Immanuel, merupakan sebuah Gereja bersejarah yang terletak di daerah Gambir, Jakarta Pusat. Peletakan batu pertama Gereja yang dirancang oleh J.H. Horst ini dilaksanakan pada tanggal 24 Agustus 1935 dan selesai pada 24 Agustus 1939. Gereja ini dulunya bernama Willemskerk untuk menghormati raja Willem I, raja Belanda yang berkuasa dari tahun 1813 sampai tahun 1840.
Pilar-pilar putih bergaya Eropa klasik menopang teras Gereja ini. Tangga masuk Gereja ini berbahan kayu jati yang tingginya lebih dari 5 meter. Pohon-pohon rindang yang ada di halaman Gereja ini juga menambah kesan hijau pada Gereja ini.
Masuk lebih dalam, bangku-bangku gereja terbentang. Ada dua bagian bangku yakni di sisi tengah dan di sisi tembok. Bangku di tengah dalam terbujur dalam beberapa baris, sementara deretan bangku sisi tembok melengkung.
Hal paling menarik ketika sampai di ruang utama Gereja Immanuel Jakarta adalah pipa-pipa orgel cantik yang panjang dan besar di ujung ruangan. Kipas-kipas kecil tampak terpasang pada dinding diantara jendela sebagai pendingin ruang Gereja Immanuel Jakarta yang sepertinya tidak menggunakan sistem pendingin AC ini.
Bagian dalam kubah Gereja Immanuel Jakarta memiliki sepuluh pasang garis konsentrik yang membagi kubah menjadi sepuluh bagian sama besar. Pada puncak tengah kubah terdapat menara bundar dengan pilar-pilar kecil yang dari sela-selanya masuk berkas sinar ke dalam ruangan. Di tengah menara terlihat hiasan bunga teratai dengan enam helai kelopak. Gereja Immanuel Jakarta kini digunakan oleh jemaat Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat – G.P.I.B, yang menyelenggarakan ibadah kebaktian dalam Bahasa Indonesia, Bahasa Belanda, dan Bahasa Inggris pada jam berbeda.
Lampu kristal yang menyala di atas mimbar di ujung ruangan, serta berkas cahaya dari jendela-jendela di bawah kubah merupakan sumber penerangan untuk menerangi ruangan berdiameter 9,5 meter ini. Di dekat mimbar terdapat cawan piringan terbuat dari kuningan dengan ukiran indah serta perlengkapan upacara lainnya yang diletakkan di atas meja. Ada tulisan digrafir pada tepian cawan serta di beberapa bagian tengahnya. Cawan untuk upacara perjamuan kudus itu pada puncaknya terdapat patung domba, berangka tahun 1863. Tempat air berangka tahun 1740, merupakan perlengkapan upacara perjamuan kudus Gereja Immanuel Jakarta.
Pada dinding kiri kanan ruang utama gereja bagian depan terdapat pigura-pigura panjang besar yang berisi daftar nama pemimpin jemaat serta tahun pelayanannya. Salah satunya Nicolaus Molinaeus yang memimpin jemaat Portugis pada 1633. Ia adalah salah satu dari 12 pelajar sekolah agama di Belanda yang mendapat beasiswa dan sebagai imbalannya diwajibkan untuk melayani jemaat Portugis di Batavia selama dua kali masa didiknya.
Gereja ini juga memiliki sebuah orgel indah yang masih berfungsi untuk mengiringi acara kebaktian di Gereja tersebut. Orgel tersebut dibuat tahun 1843 oleh Jonathan Batz di Utrecht, Belanda. Pada 1985, orgel Gereja Immanuel Jakarta ini dibongkar untuk dibersihkan. Hal menarik lainnya adalah balkon tempat duduk jemaat yang membelah dinding melingkar Gereja Immanuel Jakarta menjadi dua bagian sama besar.
Ketua Majelis Jemaat Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB), Pendeta Chiko Saren mengatakan Gereja Immanuel dulunya hanya dikhususkan untuk ibadah pejabat-pejabat Hindia Belanda. Tak ada golongan rakyat yang bisa beribadah di sana. Kenapa? Dalam catatan sejarah, Gereja ini terletak di dekat alun-alun atau pusat kota. Jadi, pejabat-pejabat atau para petinggi bisa dengan mudah mengakses Gereja ini, tinggal naik kereta saja. Sementara untuk rakyat Batavia memiliki tempat ibadahnya sendiri, seperti Gereja Sion yang terletak di daerah Pangeran Jayakarta, Jakarta Pusat.
Inilah contoh peninggalan Budaya Eropa yang juga menjadi kebudayaan Indonesia di masa sekarang. Semoga artikel ini bermanfaat. Terima kasih.
Sumber tulisan (dengan perubahan) :
Sumber gambar :
#OSKMITB2018
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja
Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...