×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Cerita Rakyat

Elemen Budaya

Cerita Rakyat

Provinsi

Sumatera Barat

Asal Daerah

Sumatera Barat

Dongeng Asal Mula Danau Maninjau

Tanggal 23 Jan 2017 oleh Bangindsoft . Revisi 4 oleh Bangindsoft pada 13 Oct 2024.

Di Sumatera Barat terdapat sebuah gunung sangat tinggi. Masyarakat setempat menyebutnya Gunung Tinjau. Di kaki Gunung Tinjau, terdapat sebuah perkampungan yang memiliki tanah subur. Penduduk setempat kebanyakan bermata pencarian menjadi petani. Masyarakat hidup makmur karena hasil panen selalu melimpah.
 
Di perkampungan tersebut tinggal sepuluh bersaudara dengan sembilan orang laki-laki dan seorang perempuan. Mereka adalah Kukuban, Kudun, Bayua, Malintang, Galapuang, Balok, Batang, Bayang, Kaciak dan yang perempuan bernama Siti Rasani. Kukuban menjadi kepala keluarga setelah kedua orang tua mereka meninggal. Kesepuluh bersaudara tersebut hidup bertetangga dengan keluarga Datuk Limbatang. Datuk Limbatang memiliki seorang anak laki-laki bernama Giran. Kedua keluarga tersebut biasa saling berkunjung.
Suatu hari, Datuk Limbatang pergi berkunjung ke rumah keluarga Kukuban. Ia mengajak anaknya yaitu Giran. Saat itulah Giran bertemu Siti Rasani, adik bungsu Kukuban. Keduanya akhirnya saling jatuh cinta. Baik keluarga Datuk Limbatang maupun keluarga Kukuban menyetujui hubungan keduanya.

Tidak lama semenjak perkenalan Giran dengan Siti Rasani, penduduk desa mengadakan acara syukuran karena hasil panen melimpah. Syukuran diadakan dengan membuat adu ketangkasan pencak silat. Baik Kukuban maupun Giran mengikuti acara tersebut.

Pada perlombaan tersebut, Kukuban menunjukan kehebatannya. Ia berhasil mengalahkan lawan-lawanya. Tidak ada satupun lawan mampu mengimbangi Kukuban. Akhirnya sampailah pada pertandingan antara Kukuban melawan Giran.
Pada awal pertandingan, Kukuban dan Giran bertanding cukup sengit tapi juga seimbang. Tapi lama-kelamaan, Kukuban mampu mendesak Giran hingga Giran terlihat sangat kewalahan. Melihat Giran terlihat sudah terdesak, Kukuban pun melayangkan tendangan pamungkasnya ke arah dada Giran. Melihat serangan cepat tersebut, Giran tidak punya pilihan lain selain menangkis tendangan Kukuban menggunakan tangannya.
“Aduh, kakiku!”. Teriak Kukuban sambil tertatih menjauhi Giran. Tangkisan tangan Giran cukup keras sehingga membuat Kukuban merasa kesakitan. Pertandingan pun dihentikan dengan Giran dinyatakan sebagai pemenang. Ternyata Kukuban tidak bisa menerima kekalahannya. Ia merasa sangat sakit hati terhadap Giran.

Beberapa hari kemudian Datuk Limbatang beserta istrinya mengunjungi rumah Kukuban bersaudara dengan tujuan melamar Siti Rasani untuk anak mereka, Giran. Semua kakak-beradik menerima kedatangan Datuk Limbatang sekeluarga. Mereka menyetujui pernikahan Giran dengan Siti Rasani kecuali Kukuban. Ia memilih berdiam  diri di dalam kamar.

“Aku tidak setuju Sani menikah dengan Giran!” tiba-tiba Kukuban berteriak kemudian keluar dari dalam kamar.
“Kenapa Kukuban? Bukankah engkau menyetujui hubungan Sani dengan Giran?” tanya Datuk Limbatang.
“Giran adalah pemuda sombong! Dia sudah mempermalukanku di depan orang banyak pada pertandingan pencak silat. Pokoknya aku tidak setuju!” Kukuban berteriak.
“Baiklah kalau begitu. Kami akan pulang.” Datuk Limbatang sekeluarga kemudian pulang dengan tangan hampa.

Giran dan Sani tentu saja merasa sangat sedih. Mereka berdua kesal dengan tingkah laku Kukuban. Mereka berdua memutuskan untuk bertemu diam-diam membicarakan masalah ini. Saat bertemu, mereka berdua tidak banyak bicara karena bingung harus berbuat apa. Siti Rasani bangkit dari tempat duduknya karena bingung memikirkan hal ini, namun kain sarungnya tersangkut pada duri pohon hingga robek hingga melukai pahanya. Giran pun segera menolong dengan mengusapkan obat pada paha Sani.

Kukuban beserta adik-adiknya keluar rumah mencari Sani yang lama tidak terlihat. Tibalah mereka di hadapan Giran dan Kukuban. Mereka sangat kaget ketika melihat Giran tengah mengusap paha Sani.
“Giran! Engkau memang pemuda tidak tahu sopan santun. Berani sekali engkau berbuat tidak senonoh pada adikku!” teriak Kukuban marah.
“Jangan salah sangka, aku hendak mengobati kaki Sani” Giran berusaha menjelaskan.
“Betul Kak, Giran sedang mengobati kakiku.” Ujar Sani.
Tapi Kukuban beserta saudara-saudaranya tak memperdulikan jawaban Giran. Mereka kemudian menyeret keduanya untuk diadili secara adat.

Dalam persidangan hukum adat, Giran & Siti Rasani dinyatakan bersalah telah berbuat tidak senonoh. Keduanya mendapat hukuman dengan cara dilempar ke dalam kawah Gunung Tinjau. Keduanya berteriak-teriak memohon ampun tetapi tidak ada yang mau mendengarkan. Dengan kedua mata terikat kain hitam, Giran & Sani diperintahkan untuk melompat ke dalam kawah Gunung Tinjau.

“Ya Tuhan, jika kami memang bersalah, maka hancurkanlah tubuh kami di dalam kawah panas. Tetapi jika tidak bersalah maka letuskanlah Gunung Tinjau. Kutuk saudara-saudara Sani menjadi ikan.” Karena sudah pasrah dengan hukuman, sebelum melompat Giran pun berdoa. Ia akhirnya meloncat ke dalam kawah.
Tuhan mengabulkan doa Giran. Sesaat setelah mereka berdua melompat, tiba-tiba gunung bergemuruh akhirnya meletus dengan dahsyat. Lahar panas mengalir menghancurkan desa di kaki gunung tersebut. Bekas letusan gunung yang sangat dahsyat tersebut menghasilkan cekungan luas. Kini cekungan tersebut telah dipenuhi air. Cekungan gunung Tinjau menjadi sebuah danau. Kesembilan bersaudara, Kukuban beserta adik-adiknya, berubah menjadi ikan. Masyarakat sekitar menyebutnya dengan nama Danau Maninjau.
 

Sumber: Asal Usul Danau Maninjau, Sumatra Barat, Caritasato.

DISKUSI


TERBARU


Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

Refleksi Realit...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Refleksi Keraton Yogyakarta Melalui Perspektif Sosiologis

Manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Adanya manusia menjadi penyebab munculnya kebudayaan. Kebudayaan sangat penting dalam k...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...